tirto.id - Pemerintah Cina telah menahan hampir 13 ribu orang yang dituding sebagai teroris, juga telah membabat ratusan geng teroris, di Xinjiang, sejak 2014. Hal ini terkuak dari laporan pemerintah Cina yang dirilis pada Senin (18/3/2019) seperti dilansir Associated Press (AP News).
Laporan tersebut mengatakan bahwa Xinjiang menerima pengaruh kultur Islam dan itu tidak mengubah fakta bahwa Islam merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan Cina. “Islam bukanlah keyakinan alami etnis Uighur dan etnis-etnis lain, ataupun keyakinan satu-satunya [masyarakat Xinjiang],” sebut laporan tersebut, dikutip dari AP News.
Pemerintah Cina selalu menyanggah melalui media dan berbagai forum internasional melawan tuduhan kultural genosida terkait tindakan mereka terhadap muslim Uighur. Namun, hal tersebut justru membangkitkan kekuatan global untuk menyerang Cina dan secara otomatis memperburuk reputasi negara itu di bidang Hak Asasi Manusia (HAM).
Sebelumnya, Amerika Serikat mengeluarkan laporan tahunan catatan kemanusiaan dan menyebut Cina sebagai negara terburuk dalam konteks HAM. Laporan tersebut menjelaskan sejumlah tindakan pemerintah Cina yang menekan kebebasan beragama, tidak hanya muslim Uighur, namun juga Kristen, Budha Tibet, dan beberapa etnis minoritas lainnya.
Upaya penahanan terhadap umat muslim Uighur di Xinjiang dianggap sebagai pelanggaran terhadap kebebasan HAM. Sekitar 1 juta orang-orang Islam Uighur ditahan di dalam kamp-kamp di Xinjiang dan membuat pemerintah Cina menuai kritik secara global.
Pemerintah Cina berdalih bahwa kamp tersebut adalah tempat untuk pelatihan vokasional dan partisipan, serta di dalamnya bersifat sukarelawan. Namun, mantan tahanan mengatakan bahwa mereka disiksa di dalam kamp, dipaksa untuk melepaskan kepercayaannya terhadap Islam, dan mengabdi kepada Partai Komunis Cina.
Melalui pantauan satelit terlihat kerumunan tahanan yang sangat besar. Pemerintah Cina masih mempertahankan keamanan ketat di Xinjiang. Verifikasi independen yang dilakukan aktivis Uighur juga diblokir oleh pemerintah Cina.
Cina menyebut segala upaya tersebut sebagai upaya menekan militansi Islam dan upaya pencegahan sebelum situasi berubah menjadi lebih buruk, demikian diwartakan South China Morning Post.
Sejak 2014, Xinjiang telah menghancurkan 1.588 kekerasan dan geng teroris, menahan 12.955 orang, mengamankan 2.052 hulu ledak, menghukum 30.645 orang yang mengadakan aktivitas religius ilegal, dan menyita 345.229 salinan materi agama yang dianggap ilegal.
Kongres Uighur Dunia dengan cepat menanggapi laporan tersebut. “Cina sengaja mendistorsi kebenaran,” kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, dikutip dari Aljazeera.
“Melawan terorisme adalah kamuflase politik untuk menekan Uighur. Tujuan sebenarnya adalah yang disebut deradikalisasi, itu adalah untuk menghilangkan keimanan secara menyeluruh melalui pelaksanaan sinifikasi [menanamkan pengaruh budaya Cina],” lanjutnya.
Editor: Iswara N Raditya