Menuju konten utama

Pasukan Penjaga Perdamaian Malah Membawa Bencana

Dapatkah dibayangkan pasukan penjaga perdamaian PBB justru menularkan epidemi kolera?

Pasukan Penjaga Perdamaian Malah Membawa Bencana
Osuari di Naples, Italia, yang berisi tulang belulang korban wabah kolera. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Pertengahan Oktober 2010. Diare parah dan muntah-muntah menjangkiti masyarakat di wilayah Haiti bagian tengah. Gejala yang ada memunculkan dugaan telah terjadi wabah kolera. Namun, kesimpulan diambil dengan sangat hati-hati karena wabah kolera belum pernah terjadi di Haiti.

Per Jumat 22 Oktober 2010, Kementerian Kesehatan Haiti mencatat 135 orang meninggal dunia akibat wabah ini.

Wabah kolera ini menjangkiti masyarakat di kawasan Artibonite. Kawasan ini tidak menderita kerusakan parah saat gempa bumi pada 12 Januari 2010 mengguncang Haiti. Namun pasca gempa, kawasan Artibonite terus menerus kedatangan pengungsi. Permukiman kumuh pun meruyak.

Jumlah masyarakat yang terjangkit wabah kolera begitu banyak hingga rumah sakit kewalahan menangani gelombang kedatangan pasien. Klinik-klinik pun sama. Beberapa orang bergerak ke selatan, menuju Port-au-Prince, untuk mencari pengobatan.

Per Minggu 24 Oktober 2010, jumlah korban meninggal mencapai 253 orang.

Baca juga: Haji Kere, Wabah Kolera, dan Radikalisme dari Mekah

Fokus utama otoritas kesehatan Haiti adalah mengisolir wabah di kawasan Artibonite. Wabah masuk ke Port-au-Prince berarti petaka karena kondisi ibu kota sama kumuhnya. Ditambah, Port-au-Prince menampung tiga juta pengungsi. Wabah akan menjangkit jauh lebih banyak orang di sana.

Per Selasa 9 November 2010, jumlah korban meninggal sudah mencapai 544 orang.

Pada hari yang sama otoritas kesehatan Haiti resmi kalah cepat dari bakteri kolera. Port-au-Prince sudah menjadi lokasi kontaminasi. Hal ini dipastikan setelah seorang bocah berusia tiga tahun positif terjangkit kolera. Sang bocah tidak bepergian dari Port-au-Prince dan tidak pula menjalin kontak dengan pasien-pasien asal kawasan Artibonite.

Per Kamis 11 November 2010, jumlah korban meninggal 644 orang.

Sungai Artibonite yang mengalir di wilayah Haiti bagian tengah dicurigai menjadi titik mula penyebaran wabah kolera. Masyarakat mandi di dan minum dari sana. Badai Tomas yang menyebabkan banjir membantu menyebarkan bakteri ke wilayah-wilayah lain di Haiti.

Namun pencarian jawaban atas penyebaran wabah tidak berhenti di Badai Tomas dan Sungai Artibonite. Ditarik mundur lebih jauh, muncul kecurigaan bahwa penyebab wabah adalah Minustah, misi penjaga perdamaian PBB di Haiti. Pada Oktober 2010, PBB menempatkan pasukan penjaga perdamaian asal Nepal di Mirebalais. Pangkalan mereka dekat dengan Sungai Meille, anak sungai Artibonite. Tidak seperti di Haiti, kolera memiliki sejarah panjang di Nepal.

Baca juga: Ancaman Mematikan Wabah Kolera

Yang Penting Stabilitas Politik

Per Jumat 12 November 2010, jumlah korban meninggal mencapai 800 orang.

Centers for Disease Control (CDC), institut kesehatan publik asal Amerika Serikat, menyebut jejak kolera di Haiti berasal dari Asia Selatan. PBB bersikap defensif terhadap spekulasi yang menyebutkan pasukan penjaga perdamaian asal Nepal sebagai pembawa bakteri kolera ke Haiti.

Minustah dinilai berhasil menjalankan mandat sebagai penjaga stabilitas politik di Haiti. Juga sebagai tenaga bantuan untuk penanganan bencana badai dan gempa bumi. Namun, banyak masyarakat Haiti yang menganggap pasukan penjaga perdamaian adalah kekuatan yang tidak perlu. Ditambah dengan kecurigaan sebagai penyebab wabah kolera, pecahlah unjuk rasa di beberapa kota.

Akses keluar masuk Cap-Haitien, kota terbesar kedua di Haiti, tertutup karena pengunjuk rasa menutup jalan dan bandara pada Selasa 16 November 2010. Kerusuhan berlangsung selama dua hari. Belasan orang luka-luka. Di Hinche, tujuh anggota pasukan penjaga perdamaian terluka. Secara keseluruhan, dua warga Haiti meninggal dunia dalam serangkaian kerusuhan.

Pihak Minustah menuduh unjuk rasa dilatarbelakangi alasan politis. Haiti akan menggelar pemilu pada 28 November 2010.

Baca juga:

Akibat kerusuhan-kerusuhan tersebut, PBB membatalkan penerbangan yang mengangkut sabun dan kebutuhan medis lain ke Cap-Haitien. Proyek klorinasi air terhenti sementara. Pelatihan staf medis pun sama. “Kolera sudah merenggut banyak nyawa,” ujar Presiden Haiti saat itu, Rene Preval. “Kerusuhan yang kalian sebabkan akan merenggut lebih banyak nyawa.”

Per Rabu 17 November 2010, jumlah korban meninggal sudah mencapai lebih dari seribu orang.

Sementara jumlah korban terus bertambah, temuan baru muncul: penyebab wabah kolera di Haiti bukan pasukan Minustah, melainkan kondisi cuaca. Opini tersebut diutarakan secara terpisah oleh David Sack (spesialis kolera dari Johns Hopkins University Bloomberg School of Public Health), Rita Colwell (pengajar di University of Maryland), dan Afsar Ali (associate professor di University of Florida).

Per Rabu 24 November 2010, jumlah korban meninggal 1.344 orang.

Nigel Fisher, koordinator kemanusiaan PBB di Haiti, mengatakan jumlah sebenarnya bisa jadi mencapai 2.000 orang mengingat wabah telah menyebar ke semua dari sepuluh propinsi di Haiti dan tidak ada data yang benar-benar akurat dari daerah. Minustah sendiri masih terus menerus membantah keterlibatannya dalam penyebaran wabah. Pemilu, yang menjadi salah satu mandat Minustah, berjalan sesuai jadwal.

Baca juga: Ancaman Bencana Penyakit Katastrofik

Bantahan dan Penolakan PBB

Lewat jurnal Emerging Infectious Diseases edisi Juli 2011, CDC kembali menegaskan bahwa wabah kolera di Haiti disebabkan oleh pasukan penjaga perdamaian PBB asal Nepal: “Penemuan kami dengan kuat menunjukkan bahwa kontaminasi Artibonite dan salah satu anak sungainya dari pangkalan militer memicu wabah ini.”

Masih menurut CDC dalam laporan yang sama, korelasi waktu antara kedatangan pasukan Nepal dan kemunculan kasus kolera pertama di Haiti sangat jelas. Dan keterpencilan Sungai Meille serta ketiadaan faktor lain yang memungkinkan terjadinya wabah kolera membuat bakteri kolera mustahil sampai di Haiti dengan cara lain.

Per Kamis 30 Juni 2011, jumlah korban meninggal dunia 5.500 orang.

Pada Sabtu 6 Agustus 2011, pasukan penjaga keamanan PBB yang ditempatkan di pangkalan Hinche ketahuan membuang kotoran ke sebuah lubang yang hanya berjarak beberapa meter dari Sungai Guayamouc.

“Misi Stabilisasi Persatuan Bangsa-Bangsa di Haiti (Minustah) secara resmi menolak bertanggung jawab untuk pembuangan kotoran di Hinche atau di mana pun di wilayah Haiti,” demikian pernyataan Minustah.

Baca juga: Tragedi Asam Urat Para Tokoh Besar dalam Sejarah

Per Jumat 14 Oktober 2011, jumlah korban meninggal 6.631 orang.

Akhir tahun 2011, setelah lebih dari satu tahun wabah kolera menjangkiti masyarakat Haiti, PBB masih membantah keterlibatan dan menolak disalahkan.

Akhir tahun 2011. PBB masih membantah dan menolak disalahkan. “Jejak kolera yang ada di Haiti sama dengan yang ada di Amerika Latin dan Afrika,” ujar Nigel Fisher. “Semuanya adalah turunan dari Bangladesh pada 1960an jadi semuanya berasal dari Asia.”

Per Senin 12 November 2012, jumlah korban sudah lebih dari 7.600 orang.

November 2012 menandai dua tahun pasca wabah bermula. PBB masih menghindar. Namun November 2012 juga membawa kabar baik. Pemerintah Haiti memulai wacana mengenai rencana sepuluh tahun untuk meningkatkan kebersihan dan persediaan air untuk melawan kolera. Namun untuk menjalankan program ini pemerintah membutuhkan dana dua miliar dolar AS.

Pada Februari 2013, PBB meningkatkan usaha mereka menghindari keharusan bertanggung jawab atas wabah kolera Haiti: untuk menolak klaim kompensasi dari lima ribu korban wabah kolera Haiti, PBB memohon kekebalan hukum.

Sekjen PBB saat itu, Ban Ki-moon, menghubungi Presiden Haiti saat itu, Michel Martelly, untuk mengabari bahwa PBB tidak bersedia membayar kompensasi satu pun penggugat. Gugatan kompensasi diajukan pada November 2011 oleh Institute for Justice and Democracy in Haiti (IJDH).

Baca juga: Gangguan Tiroid sebagai Beban Baru Negara

infografik penyakit peninggalan pbb

Minustah Pergi; Kolera Tinggal

Kabar baiknya, pada Februari 2013 pula rencana peningkatan kebersihan dan persediaan air diluncurkan. Tepatnya pada Selasa 26 Februari 2013, pemerintah Haiti memulai perjalanan panjang sepuluh tahun untuk memberantas kolera.

Pada Oktober tahun yang sama, IJDH kembali melayangkan tuntutan terhadap PBB walau PBB tetap mempertahankan posisi kebal hukumnya. Pada Maret 2014, tuntutan ketiga dilayangkan terhadap PBB. Kali ini oleh warga negara Haiti di Amerika Serikat. PBB masih mempertahankan posisi kebal hukumnya.

Pada Juni 2014, Sekertaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mengunjungi Haiti. PBB sendiri masih menolak bertanggung jawab atas wabah kolera Haiti. “Sekjen datang ke Haiti untuk kesempatan berfoto saat ia menolak bertanggung jawab untuk ribuan masyarakat Haiti yang meninggal dan ratusan ribu yang sakit akibat wabah kolera yang disebabkan oleh PBB adalah hinaan terhadap seluruh masyarakat Haiti,” ujar Mario Joseph, pengacara hak asasi manusia masyarakat Haiti.

Tidak hanya dari luar, dari dalam pun Ban Ki-moon menjadi sasaran kritik. Lima orang ahli hak asasi manusia PBB menuduh sang sekjen merongrong kredibilitas dan reputasi PBB dengan menolak bertanggung jawab atas wabah kolera yang terjadi di Haiti. Hal tersebut disampaikan lewat surat yang ditujukan kepada sang sekjen, tertanggal 23 Oktober 2015.

Baca juga:

PBB semakin tersudut ketika The Guardian, pada 5 April 2016, mewartakan bahwa laporan yang bocor menunjukkan bukti bahwa PBB mengetahui kondisi kebersihan di pangkalan-pangkalan Minustah kurang layak. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa kotoran dibuang di lahan terbuka, serta terjadinya kekurangan jumlah toilet dan sabun. Tidak ada usaha dari PBB untuk memperbaiki kondisi tersebut.

Pertengahan Agustus 2016, PBB perlahan mulai mengakui keterlibatannya dalam wabah kolera haiti. Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekjen PBB, dalam surat elektronik yang dikirim kepada Philip Alston, penasihat PBB, mengatakan bahwa “dalam beberapa tahun belakangan, PBB menjadi yakin harus bekerja lebih keras mengenai keterlibatannya sendiri dalam permulaan wabah dan penderitaan orang-orang yang terpengaruh oleh kolera.”

Haq menambahkan bahwa “respons baru akan disampaikan di depan umum dalam dua bulan ke depan, begitu telah dirinci sepenuhnya dan telah disepakati dengan otoritas Haiti dan telah didiskusikan dengan negara-negara anggota.”

Kamis, 1 Desember 2016, PBB akhirnya mengakui bahwa bakteri kolera masuk ke Haiti karena dibawa oleh pasukan penjaga perdamaiannya. Dalam laporan setebal 16 halaman yang dibawakan oleh Ban Ki-moon dalam majelis umum PBB di New York tersebut diakui bahwa “sebagian besar bukti mengarah pada kesimpulan bahwa personil yang terkait dengan fasilitas penjaga perdamaian PBB adalah sumber yang paling mungkin”.

Per tanggal yang sama, jumlah korban yang tercatat adalah 9.200 orang. Jumlah yang sebenarnya bisa jadi lebih banyak.

Mandat Minustah selesai pada Minggu 15 Oktober 2017. Para pasukan penjaga perdamaian meninggalkan Haiti. Bakteri yang mereka bawa tetap tinggal.

Baca juga artikel terkait PBB atau tulisan lainnya dari Taufiq Nur Shiddiq

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Taufiq Nur Shiddiq
Penulis: Taufiq Nur Shiddiq
Editor: Zen RS