Menuju konten utama

Pasar Global Bakal Goyah Pasca Trump Dilantik

Menurut investor sekaligus miliarder George Soros, pasca pelantikan presiden terpilih George Soros, pasar global akan goyah sebagai dampak kebijakan-kebijakan Trump yang tidak menentu.

Pasar Global Bakal Goyah Pasca Trump Dilantik
Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump membantah Jim Acosta dari CNN dalam konferensi pers di lobi Trump Tower di Manhattan, New York City, Amerika Serikat, Rabu (11/1). ANTARA FOTO/REUTERS/Lucas Jackson.

tirto.id - Menurut investor sekaligus miliarder George Soros, pasca pelantikan presiden terpilih George Soros, pasar global akan goyah sebagai dampak kebijakan-kebijakan Trump yang tidak menentu.

"Saat ini ketidakmenentuan sudah berada pada puncaknya. Saya kira pasar tidak akan baik-baik saja," kata Soros kepada Bloomberg News dalam makan malam bersama media tahunan pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Harga saham di Amerika Serikat melonjak setelah Trump memenangi Pemilu 8 November silam. Trump akan mengucap sumpah jabatan Jumat (20/1/2017) waktu setempat atau Sabtu (21/1/2017) dini hari WIB nanti.

"Pasar melihat Trump tengah bongkar pasang aturan-aturan dan memangkas pajak, dan itu semua memang impian. Impian itu telah terwujud," kata Soros.

Sebelumnya Trump telah menyerukan pajak perbatasan (impor) dan menarik diri dari kesepakatan perdagangan Kemitraan Trans Pasifik yang digagas para pendahulunya. Kebijakan-kebijakan politik Trump ini dinilai Soros tidak memiliki konsekuensi yang jelas dengan pertumbuhan ekonomi AS.

"Mustahil memprediksi langkah yang sebenarnya akan diambil Trump," kata dia seperti dikutip Reuters.

Soros yang mendirikan Soros Fund Management LLC dan kini memimpin perusahaan yang berbasis di New York itu, adalah penyumbang besar untuk kelompok penggalangan dana Super PAC yang mendukung calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton, selain menyumbang kelompok-kelompok lain pendukung Demokrat.

"Saya pribadi yakin dia akan jatuh. Bukan karena orang seperti saya menginginkan dia jatuh. Tetapi karena gagasan-gagasannya yang membuat dia sendiri secara inheren kontradiktif dan kontradiksi ini telah benar-benar terwujud dari para penasihatnya dan kabinetnya," tutur Soros.

Demikian pula dengan Inggris Raya, Soros juga tidak yakin Perdana Menteri Theresa May akan terus bertahan mengingat ada perpecahan luas dalam pemerintahannya. Selasa lalu May menjabarkan rencana Inggris untuk menegosiasikan langkah keluar negara ini dari Uni Eropa. Soros mengatakan proses itu akan panjang dan "perceraian yang pedih" akan merugikan baik Inggris Raya maupun Uni Eropa.

Soros terkenal menarik untung besar pada 1992 ketika dia berspekulasi bahwa poundsterling Inggris akan jatuh jauh di bawah level normalnya saat itu dan harus menarik diri dari Mekanisme Tingkat Mata Uang Eropa.

Mengenai Cina, Soros mengapa Cina memiliki kepentingan dalam Eropa yang bersatu karena pentingnya blok ini sebagai pasar ekspornya.

Dia mengatakan Presiden Cina Xi Jinping yang menjadi pemimpin Cina pertama yang menghadiri Forum Davos, dapat mengantarkan negaranya baik ke arah masyarakat yang lebih terbuka maupun ke arah masyarakat yang lebih tertutup, demi mempertahankan model pertumbuhan ekonomi yang lebih sinambung.

"Trump harus berbuat lebih banyak untuk menjadikan Cina diterima sebagai anggota utama komunitas internasional ketimbang yang bisa dilakukan Cina untuk dirinya sendiri," tutup Soros.

Baca juga artikel terkait EKONOMI AMERIKA SERIKAT atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri