Menuju konten utama
Seri Pesepakbola Muslim

Papiss Cisse: Antara Sujud Syukur, Prinsip Agama, dan Isu Kasino

Sebagai pesepakbola muslim, Papiss Cisse pernah menolak memakai jersey baru Newcastle yang disponsori perusahaan rentenir.

Papiss Cisse: Antara Sujud Syukur, Prinsip Agama, dan Isu Kasino
Pesepakbola muslim asal Senegal, Papiss Cisse, saat memperkuat Newcastle United. (AP Photo / Scott Heppell)

tirto.id - Papiss Cisse adalah pesepakbola muslim yang mengalami puncak karier sekaligus menuai kontroversi saat membela Newcastle United. Penyerang Timnas Senegal ini terkenal dengan selebrasi sujud syukur yang kerap dilakukannya usai mencetak gol.

Striker yang kini bermain di klub Turki, Anyalaspor, ini meniatkan selebrasi sujud untuk merepresentasikan “wajah Islam”, yang kerap disalahpahami. Papiss Cisse mengakui, sujud adalah simbol agama yang penting baginya sekaligus perlawanan terhadap Islamofobia.

“Ini [Islam] adalah hal terpenting bagi saya dan senang rasanya untuk mempromosikan toleransi dan kesepahaman. Sebagian orang salah paham terhadap Islam,” ucap Papiss Cisse dalam wawancara dengan The Journal pada 2012, tahun pertamanya di Newcastle.

Karier sepak bola Papiss Cisse bermula dari klub di kota kelahirannya, Douanes Dakar (2003-2004), sebelum pergi ke Perancis dan direkrut FC Metz (2003-2004) kendati sempat dipinjamkan ke Cherbourg serta Chateauroux.

Kehebatan Papiss Cisse sebagai striker haus gol semakin bersinar kala ia membela klub Bundesliga Jerman, SC Freiburg (2009-2012). Hingga kemudian Papiss Cisse berlaga di Inggris dan menjadi andalan lini depan Newcastle (2012-2016).

Dari Newcastle, Papiss Cisse sempat pindah ke klub Cina, Shandong Luneng (2016-2018), sebelum hijrah ke Turki untuk membela Alanyaspor hingga saat ini.

Papiss Cisse adalah sosok bomber haus gol meskipun tidak pernah memperkuat klub-klub besar. Hingga akhir tahun 2019 lalu, ia telah melesakkan 179 gol di sepanjang kariernya untuk level klub di berbagai kompetisi atau turnamen resmi.

Sedangkan di Timnas Senegal yang dibelanya sejak 2009, Papiss Cisse sejauh ini sudah mengoleksi 16 gol dari 35 caps.

Keutamaan Salat Bagi Cisse

Lahir di Dakar, Senegal, tanggal 3 Juni 1985, dengan nama lengkap Papiss Demba Cisse, ia adalah sosok muslim yang saleh. Ibadah salat lima waktu tidak pernah ditinggalkan oleh pesepakbola yang kini berusia 34 tahun ini.

Saat berseragam Newcastle United sejak 2012, kebutuhan rohani Papiss Cisse sebagai seorang muslim diakomodir dengan disediakannya tempat salat di lingkungan Stadion St. James Park.

Kala itu, The Magpies punya cukup banyak pemain yang beragama Islam. Selain Papiss Cisse, ada pula Cheick Tiote, Hatem Ben Arfa, Massadio Haidara, Mapou Yanga-Mbiwa, Moussa Sissoko, hingga Mehdi Abeid.

Sebelum tempat ibadah itu dibangun, para pemain muslim Newcastle melaksanakan salat di sejumlah ruangan di kompleks stadion.

Bagi Papiss Cisse dan kawan-kawan, menunaikan salat adalah hal yang penting untuk dilakukan sebelum bertanding, selain tentu saja kewajiban untuk umat Islam.

“Saya beribadah saat saya terlalu muda untuk menjadi pesepakbola. Saya memenuhi kewajiban dan saya menjadi pesepakbola profesional. Saya sangat bangga dengan itu," kata Papiss Cisse dikutip dari Al Arabiya.

"Satu-satunya hal yang saya minta adalah saya bisa menjalankan salat lima waktu. Ini mungkin adalah hal terpenting untuk muslim, hanya untuk beribadah,” imbuhnya.

Menolak Sponsor Riba

Keharmonisan Papiss Cisse dengan Newcastle tidak selamanya berjalan mulus. Terjadi perselisihan yang secara langsung atau tidak, ikut mempengaruhi kelangsungan kariernya di St. James Park.

Awal musim 2013/2014, Papiss Cisse menolak mengenakan seragam baru Newcastle United. Pasalnya, jersey anyar itu disponsori oleh Wonga, sebuah perusahaan peminjaman uang alias kredit, atau semacam rentenir berskala besar.

Bagi Papiss Cisse, pekerjaan yang dilakukan Wonga tidak selaras dengan ajaran Islam. Wonga meminjamkan uang dengan menerapkan bunga tinggi, juga riba. Sebagai seorang muslim yang taat, Papiss Cisse tentunya tidak mau dibayar dengan uang haram.

Agar perseteruan ini tidak semakin meruncing, Bobby Barnes selaku Wakil CEO Asosiasi Pesepakbola Profesional Inggris (PFA) saat itu, mendesak kepada Newcastle dan Papiss Cisse untuk duduk berrsama guna mencari solusi.

Kepada BBC, Barnes berkata, “Kami sadar bahwa klub perlu mencari pendapatan dan terkadang harus menggunakan jasa bermacam perusahaan."

"Tetapi, jika seseorang merasa sangat-sangat kuat bahwa itu [sponsor] tidak sesuai dengan kepercayaannya, maka solusi harus ditemukan," lanjutnya.

Kedua belah pihak pun menemukan kata sepakat. Papiss Cisse akhirnya bisa mengerti setelah berdiskusi dengan kaum ulama dan keluarga.

"Saya melakukan diskusi yang amat berguna dengan klub, keluarga, dan ulama Islam pada beberapa pekan lalu," ucap Papiss Cisse, seperti diwartakan BBC.

"Setelah sejumlah pemikiran dan refleksi, saya mengambil keputusan untuk mengikuti rekan satu tim dan mengenakan kaus seragam itu," tambahnya.

Namun, ada versi lain terkait melunaknya sikap Papiss Cisse. Ia akhirnya bersedia memakai jersey bersponsor Wonga setelah ketahuan mengunjungi sebuah kasino atau rumah judi.

Meskipun belum ada bukti kuat apakah ia ikut bertaruh di kasino itu atau tidak, namun publik terlanjur kecewa terhadap Papiss Cisse, terutama masyarakat muslim di Inggris.

Karier Papiss Cisse di Inggris pun benar-benar usai pada pertengahan 2016. Ia kemudian merantau jauh ke Cina, sebelum akhirnya kembali ke Eropa, walaupun di pinggiran benua, yakni Turki, sejak akhir Agustus 2018.

Baca juga artikel terkait SERI PESEPAKBOLA MUSLIM atau tulisan lainnya dari Ikhsan Abdul Hakim

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Ikhsan Abdul Hakim
Penulis: Ikhsan Abdul Hakim
Editor: Iswara N Raditya