tirto.id - Nuri Sahin merupakan pesepakbola muslim yang kini bermain untuk klub Bundesliga, Jerman, Werder Bremen. Karier gelandang berusia 31 tahun ini memang naik-turun, tapi Nuri Sahin tidak pernah melewatkan ibadah dalam ajaran Islam, termasuk puasa Ramadan.
Klub-klub mapan Eropa macam Borussia Dortmund, Feyenoord, Real Madrid, juga Liverpool pernah dibela pengemas 52 caps bersama Timnas Turki ini, kendati performa Nuri Sahin tak selamanya konsisten.
Gelandang kreatif yang berasal dari keluarga imigran Turki ini dididik sebagai muslim taat sedari dini. Inilah yang membuat Nuri Sahin tidak bermasalah dengan ibadah puasa meskipun harus tetap menjalani latihan dan kompetisi.
“Sejak kecil kami sudah dibiasakan menjalankan kewajiban agama termasuk puasa Ramadan. Saya lahir dari keluarga muslim yang taat,” ucap Sahin dalam wawancara dengan Marca pada 2012, sebagaimana dikutip Republika.
Waktu itu, Sahin sedang melakoni musim perdananya bersama raksasa La Liga Spanyol, Real Madrid. Namun, masalah cedera dan kalah bersaing membuatnya tersingkir dari skuad utama Los Blancos asuhan Jose Mourinho.
Sempat digadang-gadang sebagai playmaker kreatif, karier Nuri Sahin justru mundur saat berada di klub besar macam Real Madrid.
Tak Maksimal di Klub Besar
Lahir di Ludenscheid, Jerman Barat, tanggal 5 September 1988, Sahin tumbuh sebagai pesepakbola di Kota Meinerzhagen. Ia memulai karier junior di klub lokal RSV Meinerzhagen. Talenta apik Sahin membuatnya direkrut ke akademi Borussia Dortmund pada 2001.
Tanggal 6 Agustus 2005, Nuri Sahin melakoni debut profesional untuk Die Borussen. Waktu itu ia menjadi pemain termuda di Bundesliga Jerman, yakni masih berumur 16 tahun 334 hari.
Nuri Sahin mencetak rekor sebagai pencetak gol termuda Bundesliga saat Dortmund menghadapi FC Nurnberg.
Saat Jurgen Klopp mengambil-alih skuad Dortmund pada 2008, karier Sahin semakin menanjak. Pada musim 2009/2010, pemain yang sempat dipinjamkan ke Feyenoord ini memainkan peran penting.
Musim selanjutnya, Nuri Sahin turut membawa Borussia Dormund juara Bundesliga dan terpilih menjadi pemain terbaik liga.
Penampilan gemilang sepanjang musim 2010/2011 membuat Sahin dipinang Real Madrid dengan mahar 10 juta euro pada 2011. Namun di Spanyol, karier Sahin anjlok dan hanya bermain empat kali. Semusim peminjaman ke Liverpool pun tidak sanggup menyelamatkan karier Sahin.
Pada 2013, Nuri Sahin kembali ke Dortmund dengan status pinjaman sebelum dipermanenkan dengan mahar 7 juta euro. Di Signal Iduna Park, karier Nuri Sahin berjalan lebih baik dan membantu Dortmund memenangkan DFL Super Cup pada 2013.
Nuri Sahin pindah ke Werder Bremen pada 2018 dan memperkuat klub Bundesliga sampai sekarang.
Trauma Teror Dortmund 2017
Selain momen di lapangan hijau, salah satu peristiwa yang tidak bisa dilupakan Sahin adalah serangan teroris di Dortmund pada 11 April 2017. Menjelang laga perempat final Liga Champions lawan AS Monaco, tiga bom pipa yang mengincar bus Borussia Dortmund meledak di jalan.
Tidak ada korban jiwa dari insiden tersebut. Namun, ledakan tersebut memecahkan kaca bus dan melukai seorang polisi di tempat kejadian. Bek Dortmund, Marc Bartra, mengalami luka ringan akibat pecahan kaca.
“Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi,” kenang Nuri Sahin atas peristiwa tersebut sebagaimana dikutip laman resmi Bundesliga.
“Saya semacam... membeku, saya kira. Tetapi pikiran saya melesat. Dalam waktu kira-kira dua detik, saya memikirkan seluruh hidup saya,” tambahnya.
“Saya memikirkan kematian—tetapi kehidupan juga. Dan kemudian saya memikirkan keluarga. Saya melihat putra saya yang berusia lima tahun, putri saya yang berusia setahun dan istri saya. Saya dapat merasakan mereka di sana bersama saya," beber Nuri Sahin.
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, dua klaim lain juga datang dari ekstremis sayap kiri dan ekstremis sayap kanan.
Malam hari setelah serangan, Nuri Sahin kembali ke rumah untuk menengok keluarganya. “Saya berhenti—saya hanya melihat mereka selama beberapa detik. Kemudian saya mulai menangis,” ucapnya.
“Saya menangis seperti orang yang belum pernah menangis. Saya memeluk putri saya. Saya merasakan wajahnya dan berpikir, saya sangat beruntung. Sangat beruntung,” imbuh Nuri Sahin.
Baginya, kekerasan atas nama apa pun tidak bisa dibenarkan, yang utama adalah kemanusiaan. Bahkan sepak bola seolah menjadi tidak penting lagi bagi Nuri Sahin dalam situasi seperti itu.
"Kami merasakan bagaimana ada di situasi seperti itu dan saya tidak mengharapkan siapa pun merasakannya," ucap Nuri Sahin usai laga, dikutip Detikcom dari Telegraph.
"Saya mengerti sepak bola sangat penting. Kami menderita bersama sepak bola, kami cinta sepak bola. Saya tahu kami dapat banyak uang dan punya kehidupan yang sangat bagus," bebernya.
"Tapi kami manusia. Ada banyak hal yang lebih penting dari sepak bola di dunia ini dan tadi malam kami merasakannya," tutup Nuri Sahin.
Penulis: Ikhsan Abdul Hakim
Editor: Iswara N Raditya