Menuju konten utama

Panduan dan Cara Stimulasi Bayi 1 Bulan Hingga 3 Tahun

Stimulasi dini pada bayi merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh para orang tua agar tumbuh kembang anak menjadi optimal.

Panduan dan Cara Stimulasi Bayi 1 Bulan Hingga 3 Tahun
Ilustrasi Bayi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Melihat si kecil tumbuh besar dengan badan sehat dan perkembangan normal merupakan harapan semua orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus memastikan kebutuhan nutrisi untuk bayinya terpenuhi secara maksimal.

Selain nutrisi, orang tua juga harus memperhatikan tumbuh kembang anak. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan para orang tua agar tumbuh kembang anak optimal adalah stimulasi dini.

Stimulasi dini secara rutin di setiap kesempatan perlu diberikan ke anak. Sebab, penyimpangan tumbuh kembang anak, bahkan gangguan menetap, bisa terjadi karena kekurangan stimulasi, demikian dilansir laman Kemenkes.

Makanya, Direktorat Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan, merumuskan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.

Perlu diketahui, periode awal kehidupan, terutama sejak dalam kandungan sampai usia 2 tahun, merupakan fase sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Periode ini adalah 'masa emas' sekaligus 'fase kritis' bagi otak anak karena mereka dapat cepat menerima masukan dan pengaruh dari lingkungan sekitarnya.

Oleh karena periode 2 tahun pertama adalah masa singkat yang tidak terulang kembali, setiap orang tua diimbau untuk secara maksimal memanfaatkan fase itu untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Asupan nutrisi dan gizi seimbang, pelayanan kesehatan terbaik dan stimulasi adalah 3 hal penting yang perlu diberikan di periode itu.

Khusus soal stimulasi, setiap bayi memerlukan hal ini agar kecerdasannya berkembang maksimal. Merujuk pada artikel DR. Dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), yang dilansir laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sel-sel otak janin dibentuk sejak usia 3-4 bulan di kandungan.

Hubungan antarsel yang membikin rangkaian fungsi-fungsi kemudian akan mulai terbentuk pada usia kehamilan 6 bulan. Jumlah sel-sel otak tersebut berkembang menjadi miliaran di masa sejak kelahiran hingga bayi berusia tiga tahun. Namun, kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel ditentukan oleh stimulasi (rangsangan).

Semakin bervariasi, sering dan teratur stimulasi diterima bayi, hubungan antarsel di otak mereka juga bertambah kompleks sekaligus kuat. Apabila hubungan sel-sel otak bayi semakin kompleks dan kuat, peluang anak memiliki kecerdasan tinggi di kemudian hari pun lebih besar.

Adapun stimulasi dini adalah rangsangan yang diberikan kepada bayi sejak dalam kandungan hingga tahun-tahun awal kelahiran, untuk mengaktifkan semua indera dan gerak hingga kemampuan berpikir mereka.

Jadi, stimulasi dilakukan dengan memberikan rangsangan secara teratur setiap hari terhadap semua sistem indera bayi, mulai dari pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan dan pengecapan. Stimulasi juga perlu dilakukan untuk mengaktifkan gerak kasar dan halus kaki, tangan beserta jari-jari, kemampuan berkomunikasi hingga daya analitik dan empati pada balita.

Berikut adalah sejumlah cara melakukan stimulasi pada bayi yang tepat, sesuai dengan usia mereka, yang dikutip dari laman Nutriclub.

1. Usia 0-3 bulan

Stimulasi yang perlu dilakukan kepada bayi usia 0 sampai 3 bulan adalah dengan rutin memeluk secara lembut, menggendongnya, menatapnya, mengajaknya tersenyum atau berbicara, membunyikan suara dan musik secara bergantian, menggantung atau menggerakan benda berwarna terang, hingga melatih tangan mereka memegang.

2. Usia 3-6 bulan

Stimulasi dapat dilakukan dengan mengajak bayi bermain cilukba, lalu berkaca bersama di depan cermin yang memperlihatkan wajahnya dan sang Ibu, dan merangsangnya untuk telungkup dan terlentang bolak-balik hingga duduk.

3. Usia 6-9 bulan

Stimulasi bisa berupa mulai sering memanggil nama bayi, mengajaknya bersalaman, bertepuk tangan ketika ada hal yang membahagiakan, membacakannya dongeng, merangsangnya untuk duduk, dan melatihnya berdiri sambil berpegangan.

4. Usia 9-12 bulan

Stimulasi bisa berupa memperkenalkan nama ibu, ayah dan kakak berulang-ulang kepada bayi, melatihnya berdiri dan berjalan sambil berpegangan, hingga menuntunnya untuk memasukkan mainan ke wadah, minum dari gelas, serta menggelindingkan bola.

5. Usia 12-18 bulan

Stimulasi selanjutnya ialah dengan melatih bayi mencoret-coret kertas memakai pensil warna, menyusun kubus dan balok-balok puzzle, melepas celana, mengajarkan perintah-perintah sederhana, melatih mereka menyebutkan namanya sendiri atau nama-nama benda, melatih mereka berjalan tanpa berpegangan, menendang bola, hingga memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya.

6. Usia 18 - 24 bulan

Pada usia ini, stimulasi bisa dilakukan dengan memperkenalkan bayi pada fungsi bagian-bagian tubuhnya secara sederhana, menuntunnya menghafal nama-nama binatang dan benda-benda di sekitarnya, mengajak berbicara soal apa saja yang sudah ia lakukan seharian, mengajarkan sebelum atau sehabis makan selalu mencuci tangan, belajar untuk memakai baju dan celana secara mandiri, serta mengajaknya bermain bola dan melompat.

7. Usia 2-3 tahun

Stimulasi di fase usia ini dapat dilakukan dengan mengenalkan beragam warna-warna, melatih mereka berbicara menggunakan kata sifat, menyebutkan dan menghafal nama teman-teman, menghitung, menyikat gigi, bermain kartu, boneka maupun masak-masakan, menggambar, dan biasakan balita buang air besar maupun kecil di toilet.

8. Usia 3 tahun ke atas

Stimulasi pada usia ini bisa dengan mengembangkan kemampuan di usia sebelumnya, mengarahkan anak bersiap masuk ke sekolah seperti cara memegang pensil, menulis, mengenal huruf-huruf dan angka, memahami perintah, mengajarkan konsep berbagi kepada sesama dan kemandirian.

Tips Stimulasi Dini yang Tepat

Para orang tua dianjurkan untuk melakukan stimulasi dini secara rutin serta terus-menerus di setiap kesempatan berinteraksi dengan si kecil, dengan cara bervariasi dan menyenangkan. Stimulasi pun seharusnya tidak dilakukan dengan terburu-buru maupun secara paksa kepada anak.

Perlu diingat, sikap marah, kesal, bosan dan sejenisnya yang ditunjukkan orang tua dapat memberikan pengaruh negatif terhadap emosi anak. Sebab, semua ucapan dan tindakan orang di sekelilingnya, mudah terekam dalam ingatan bayi dan bisa mendorong mereka untuk menirunya.

Di sisi lain, kreativitas anak dapat berkembang dengan maksimal apabila orang tua terbiasa menunjukkan sikap demokratis, seperti mendengarkan dan menghargai pendapat mereka. Mendorong anak menyampaikan pendapat secara terbuka juga penting. Sikap keterbukaan bisa memancing anak tertarik untuk mengamati dan menganalisis segala hal di sekelilingnya. Hal terakhir tentunya juga memerlukan dorongan dari orang tua.

Baca juga artikel terkait BAYI atau tulisan lainnya dari Dewi Sekar Pambayun

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dewi Sekar Pambayun
Penulis: Dewi Sekar Pambayun
Editor: Addi M Idhom