tirto.id - Pakistan resmi menyalip posisi Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. World Population Review mencatat jumlah penduduk beragama islam di negara Asia Selatan tersebut mencapai 240,8 juta jiwa. PBB bahkan memperkirakan jumlah penduduk pada 1 Juli 2024 mendatang akan bertambah sebanyak 245.209.815 jiwa.
Sementara Indonesia, menempati urutan kedua dengan mencatatkan sebanyak 236 juta jiwa penduduk beragama Islam. Angka ini setara dengan 84,35 persen dari total populasi negara tersebut.
Pakistan memang sebelumnya pernah menduduki tahta negara dengan jumlah penduduk muslim tertinggi di dunia hingga 1971. Tahta itu disematkan kala Bangladesh masih menjadi salah satu provinsi di wilayah timur.
Surganya Garam
Lebih lanjut, di luar status tersebut, tidak banyak yang mengetahui bahwa Pakistan memiliki cadangan garam terbesar kedua di dunia. Cadangan garam negara ini, diperkirakan mencapai 10 miliar ton, dengan 6,68 miliar ton berada di tambang garam Khewra saja.
Tambang garam Khewra, terletak sebelah utara kota Jhelum, sekitar 2 jam perjalanan dari ibu kota, Islamabad. Produksi garam tahunan dari tambang ini diperkirakan mencapai sekitar 350.000 ton – 400.000 ton.
Sayangnya, di tengah potensi tersebut, Pakistan belum mampu menyandang statusnya sebagai Republik Garam atau minimal negara produsen garam terbesar. Negara ini hanya berada di urutan ke-20 di antara negara-negara penghasil garam.
Hal ini dikarenakan, Pakistan baru dapat memproduksi 1,9 juta ton per tahun, atau kurang dari 1 persen produksi garam global.
Kemudian, Pakistan juga hanya sanggup mengekspor garam senilai 81,7 juta dolar AS dan harus puas menjadikannya pengekspor garam terbesar ke-14 di dunia pada 2022. Tujuan utama ekspor garam dari Pakistan adalah Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Jerman.
Pada saat yang sama, negara tersebut juga mengimpor garam senilai 962 ribu dolar AS. Garam yang diimpor berasal dari Austria, Turki hingga Cina.
Berdasarkan analisa Statista, pemain kunci dari rantai pasok garam dunia adalah Cina. Negeri Tirai Bambu merupakan negara produsen garam terbesar yang mampu menyediakan sebanyak 53 juta metrik ton garam pada tahun 2023.
Pada tahun yang sama, negara penghasil garam terbesar kedua ditempati Amerika Serikat dengan total produksi 42 juta metrik ton.
Sebenarnya jika melihat dari ukuran pasarnya, garam telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Nilainya diperkirakan meningkat dari 41,01 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 45,7 miliar dolar AS di 2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 9,0persen.
Ukuran pasar garam diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan yang kuat hingga menyentuh 61,51 miliar dolar AS pada 2028 dengan CAGR sebesar 7,7 persen.
Pemilik Asli Garam Himalaya
Potensi lainnya yang patut disayangkan adalah terkait garam Himalaya. Dalam beberapa tahun terakhir jenis garam tersebut menarik perhatian banyak orang karena manfaat dan keistimewaannya.
Garam Himalaya adalah jenis garam paling murni karena tidak mengandung bahan kimia atau racun. Ia memiliki sekitar 84 mineral yang mudah diserap oleh tubuh karena ukuran molekulnya yang kecil.
Orang Yunani kuno kerap menggunakan jenis garam satu ini untuk membersihkan saluran udara dan meningkatkan pernapasan. Garam Himalaya membantu setidaknya untuk menghilangkan debu, serbuk sari, asap, dan kontaminan lainnya yang dapat meningkatkan risiko pernapasan.
Tidak hanya itu, manfaat lain dari garam Himalaya merah muda dapat meningkatkan kadar serotonin dalam tubuh. Bahan kimia tersebut berfungsi mengurangi stres, meningkatkan energi, dan meredakan depresi.
Karena kandungan mineralnya yang tinggi, garam merah muda Himalaya juga dapat membantu Anda mendapatkan tidur yang nyenyak.
Uniknya, masyarakat Pakistan tampak tidak menyadari bahwa garam Himalaya yang beredar di pasar global berasal dari negaranya. Yang mereka ketahui adalah garam batu berwarna merah muda yang ditambang dari Khewra dan laris dijual di India dan Cina.
Polemik kemudian menguak pada 2019 ketika sebuah dokumenter di sosial media menunjukkan bahwa garam ini “dikemas ulang” oleh tetangganya India.
Negeri Bollywood mengolah kembali garam batu milik Pakistan dan mempopulerkannya menjadi garam yang berasal dari Himalaya dengan harga fantastis.
Perlu diketahui, Pakistan umumnya menjual garam tersebut dalam bentuk bongkahan batu kecil ke India dengan kisaran harga 40 dolar AS per ton.
Padahal, jumlah yang sama dapat dijual dengan harga 300 dolar AS ke pasar Eropa. Namun, hal ini tak dapat dilakukan karena proses pengolahan di Pakistan belum sebersih di India.
Seorang penambang lokal menyebutkan bahwa jika ditemukan sehelai rambut, maka pembeli Eropa akan langsung mengembalikan keseluruhan batch garam yang dikirim. Sementara, jika terjadi masalah yang sama pada pembeli India mereka tidak peduli, dilansir dari NPR.
Kasus tersebut menyebabkan kebanyakan penambang atau pengolah garam Himalaya di Pakistan tidak percaya diri dan tidak berani menanggung risiko kerugian. Mereka juga kerap menyalahkan pemerintah yang kurang berupaya membangun nama di Dunia Barat.
Pakistan semestinya bisa mengembangkan produksi garam nasional berdasarkan konsumsi dan tren pasar dunia. Ini tentu saja bukan suatu mustahil. Mengingat seluruh potensi dan sumber daya alam garam masih cukup besar.
Pemerintah perlu berupaya meningkatkan sektor pertambangan garamnya dari tingkat akar rumput dengan menerapkan strategi merebut pasar luar negeri, teknik eksplorasi dan penambangan yang populer.
Selain itu pemberdayaan para penambang lokal juga penting dilakukan. Perlu adanya peningkatan kapasitas baik dari sisi modal, teknik atau pun strategi bisnis seperti kemampuan bahasa asing.
Editor: Dwi Ayuningtyas