Menuju konten utama

Niat Puasa Qadha di Bulan Haji, Arab, Latin, dan Tata Caranya

Berikut adalah niat puasa qadha di Bulan Haji dalam bahasa Arab, Latin, serta tata caranya.

Niat Puasa Qadha di Bulan Haji, Arab, Latin, dan Tata Caranya
Ilustrasi buka puasa di bulan Ramadhan. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Seseorang yang meninggalkan puasa Ramadhan memiliki kewajiban untuk menggantinya di hari lain. Lalu, bolehkah puasa qadha di bulan Haji dan menggabungnya dengan puasa sunnah bulan Dzulhijjah?

Puasa qadha adalah puasa yang dilakukan seorang muslim untuk membayar utang puasa atau mengganti puasa wajib yang pernah ditinggalkan. Sebagai contoh, seorang wanita yang haid atau nifas tidak berpuasa Ramadhan, maka ia wajib mengganti puasa Ramadhan di hari lain.

Tak hanya wanita haid/nifas, orang yang memiliki uzur syar'i lain seperti sakit, berusia lanjut hingga lemah fisik, musafir (melakukan perjalanan jauh), serta wanita hamil/menyusui juga boleh tidak berpuasa Ramadhan.

Khusus untuk orang lanjut usia yang sudah sangat lemah atau memiliki kesehatan yang buruk sehingga tidak memungkinkan mengqada puasa, maka dapat mengganti puasa Ramadhan dengan membayar fidyah.

Hukum Qadha Puasa Ramadhan

Hukum puasa qadhaatau membayar utang puasa Ramadhan adalah wajib. Jumlah hari puasanya pun harus sama dengan jumlah puasa yang ditinggalkan.

Mengenai waktunya, maka utang puasa sangat dianjurkan segera diganti atau mengqada utang puasanya segera setelah Ramadhan selesai, yaitu setelah Idul Fitri atau bisa mulai tanggal 2 Syawal.

Akan tetapi, jika baru teringat utang puasa saat bulan haji (Dzulhijjah), maka ia diperbolehkan mengqada utang puasa Ramadhan serta menggabungnya dengan puasa sunnah seperti puasa Arafah.

Menurut laman NU Online, jika ada seorang muslim yang membayar utang Ramadhan bertepatan dengan waktunya puasa Arafah, maka qadha puasa Ramadhannya dianggap sah. Tak hanya itu, ia juga akan mendapatkan keutamaan puasa sunnah Arafah.

Ada dua puasa sunnah yang memiliki keutamaan di bulan Dzulhijjah, yaitu puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan puasa Arafah (9 Dzulhijjah) yang dilakukan sebelum Idul Adha.

Pada tanggal 9 Dzulhijjah, umat Islam yang berhaji tengah melaksanakan wukuf di Arafah. Sementara bagi orang muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah Arafah.

Jadi, puasa Arafah hukumnya sunnah muakkad (sangat dianjurkan) karena dapat menghapus dosa seorang muslim. Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Muslim yang berbunyi:

“Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).

Meski demikian, jika dibandingkan dengan puasa qadha Ramadhan, maka membayar utang puasa adalah lebih utama karena hukumnya wajib. Karena itu, sebisa mungkin membayar utang puasa Ramadhan sebaiknya didahulukan.

Namun, jika ternyata terlupa atau baru bisa mengqada puasa Ramadhan bertepatan dengan hari Arafah, maka sebaiknya segera dilakukan di hari tersebut.

Niat Puasa Qadha

Cara melaksanakan puasa qadha sama seperti melakukan puasa pada umumnya, tapi memiliki niat puasa yang berbeda. Berikut bacaan niat puasa qadha Ramadhan di bulan haji beserta artinya:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

(Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ)

Artinya: Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT

Tata Cara Puasa Qadha Bulan Haji

Pada dasarnya, tata cara melakukan puasa qadha di bulan Haji sama seperti saat melaksanakan puasa lainnya seperti puasa Ramadhan, yaitu harus menahan lapar dan haus, tidak melakukan hubungan badan di siang hari, serta tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.

Meski demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat hendak mengqada puasa, yaitu:

1. Jumlah puasa qadha harus sesuai

Mengqada puasa sebanyak jumlah hari yang ditinggalkan saat bulan Ramadhan. Jika ia tidak berpuasa selama 10 hari saat Ramadhan, maka ia wajib mengqada atau mengganti puasa sebanyak 10 hari di luar bulan Ramadhan.

2. Dianjurkan berturut-turut

Puasa qadha dianjurkan untuk dilakukan secara berurutan. Misal harus mengganti puasa Ramadhan sebanyak 10 hari, maka qadha puasa juga sebaiknya dilakukan selama 10 hari berturut-turut.

Namun, jika tidak bisa atau memiliki halangan untuk melakukannya secara berurutan, maka utang puasa tetap boleh dilakukan dengan menyesuaikan kondisi waktu yang memungkinkan.

3. Niat puasa qadha

Seseorang yang ingin membayar utang puasa harus membaca niat puasa qadha pada malam hari sebelum berpuasa.

4. Dianjurkan melakukan amalan baik lainnya

Seseorang yang sedang mengqada puasa dianjurkan melakukan berbagai amalan lain seperti membaca Al-Qur’an, bersedekah, atau memperbanyak dzikir.

Baca juga artikel terkait HAJI 2024 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno