Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Nasib PPP di Pileg 2024 yang Terseok-seok Menembus Senayan

Meski terseok-seok dalam hasil hitung cepat, elite PPP yakin akan lolos Senayan pada Pemilu 2024.

Nasib PPP di Pileg 2024 yang Terseok-seok Menembus Senayan
Ketua Bappilu PPP Sandiaga Uno (kiri) bersama Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani (kedua kiri), Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono (ketiga kiri) dan Ketua DPW PPP Sulsel Imam Fauzan Amir Uskara menyapa simpatisan dan kader PPP pada puncak perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-51 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di GOR Sudiang Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/1/2024). Muhamad Mardiono berharap agar PPP dapat mengembalikan kejayaannya dalam peringatan Harlah PPP yang mengusung tema Harga Murah, Kerja Mudah, Hidup Berkah, Pilih Ka'bah. ANTARA FOTO/Hasrul Said/YU/foc.

tirto.id - Pemilu serentak 2024 telah dilangsungkan yang menyisakan asa dan ketegangan bagi para kontestan. Palagan di tingkat legislatif misalnya, mulai menunjukkan dinamika persaingan melalui hasil hitung cepat atau quick count dari sejumlah lembaga survei. Sejauh ini, partai politik Senayan rata-rata terpantau aman kembali melenggang ke kursi DPR RI dengan perolehan suara lebih dari 4 persen sesuai syarat minimal ambang batas parlemen (parliamentary threshold).

Namun, ada satu partai penghuni Senayan yang dalam beberapa hasil survei masih terseok di urutan bawah berdekatan dengan partai baru dan guram, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Parpol berlambang Kabah yang sudah eksis sejak era rezim Orde Baru itu masih mendapatkan hasil suara di bawah 4 persen dalam rekam hasil beberapa survei.

Sebagaimana terekam dalam data Indikator Politik Indonesia, Kamis (15/2/2024), yang sudah menerbitkan hasil quick count untuk Pileg 2024 dengan jumlah suara masuk 86,40 persen hingga pukul 00.30 WIB dini hari. Hasilnya, PPP mendapatkan suara sebanyak 3,66 persen. Urutan pucuk ditempati oleh PDIP dengan 16,68 persen, diikuti Golkar 14,75 persen dan Gerindra dengan raihan 13,65 persen.

Hasil tak jauh berbeda juga ditempati PPP dalam survei hitung cepat Poltracking. PPP berada di urutan sembilan perolehan suara dengan 3,59 persen. Di atasnya, ada PAN yang mendapatkan 6,76 persen suara. PPP berada di atas partai baru dan guram seperti PSI di urutan kesepuluh dengan suara 2,79 persen. Diikuti oleh Perindo dengan raihan suara 1,29 persen.

Sementara itu, hasil hitung cepat SMRC, Rabu (14/2/2023) pukul 21.44 WIB, menampilkan bahwa PPP mendapatkan suara 3,8 persen. Lagi-lagi PPP berada di bawah PAN yang sudah melewati ambang batas parlemen dengan perolehan suara 6,98 persen. PPP juga kalah jauh dengan partai bercorak Islam lain seperti PKB dan PKS. PKB bertengger di urutan keempat dengan raihan suara 10,71 persen dan PKS memperoleh 8,18 persen suara di urutan keenam.

Berbeda dengan hitung cepat yang dirilis Charta Politika Indonesia. Berdasarkan sampel data yang sudah mencapai 92,30 persen per Kamis (15/2/2024) pukul 17.34 WIB, PPP mendapatkan suara sekitar 4,04 persen.

Ngopi bareng bersama Sandiaga Uno

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sandiaga Salahuddin Uno (tengah) yang juga Menparekraf memberikan pengarahan kepada kader PPP di warung kopi di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (3/12/2023). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/Spt.

Analis politik dari SMRC, Saidiman Ahmad, menyatakan hasil suara PPP dalam hitung cepat memang belum konklusif. Adapun perolehan sementara ini juga bisa dibaca dengan sikap positif ataupun negatif, tergantung perspektif yang akan digunakan PPP.

“Suara PPP di Quick Count SMRC belum konklusif, masih dalam margin of error dengan ambang batas parlemen. Kalau angka temuan quick count itu dibaca positif, PPP lolos. Sebaliknya, jika angka itu dibaca negatif, partai tersebut tidak lolos,” kata Saidimin kepada reporter Tirto, Kamis (15/2/2024).

Beberapa faktor mempengaruhi, kata dia, misalnya dalam ceruk pemilih Islam, PPP harus berhadapan dengan partai yang lebih atraktif menjaring pemilih berbasiskan agama, seperti PKS, PKB, dan PAN. Ditambah, secara keseluruhan pemilih ideologis Islam di Indonesia cenderung mengalami pelemahan dari waktu ke waktu karena adanya proses sekularisasi di tingkat massa.

“Religiositas yang meningkat tidak dibarengi oleh menguatkan politik Islam. Publik justru semakin kuat pada politik di luar politik agama,” tutur Saidiman.

Selain itu, kata Saidiman, PPP dinilai kurang terasosiasi dengan calon presiden yang didukungnya, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Akibatnya berimbas pada PPP yang kurang mendapat efek ekor jas dari paslon nomor urut 3 tersebut.

“Selain itu, secara keseluruhan, dukungan pada Ganjar juga menurun yang berakibat pada turunnya suara partai-partai pendukungnya,” tambah Saidiman.

Faktor Internal

Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy, menyatakan hasil hitung cepat lembaga survei masih sangat sementara dan memiliki margin of error plus minus 1 persen. Dia mengklaim, hasil hitung cepat internal PPP justru mendapati hasil suara lebih dari 4 persen atau melewati ambang batas parlemen.

“Misal di quick count itu 3,59 buat PPP bisa bermakna 3,59 plus 1 persen alias 4,69 persen. Bisa juga bermakna sebaliknya, 3,59 persen minus 1 persen jadi 2,59 persen,” kata sosok yang akrab disapa Romi itu kepada reporter Tirto, Kamis (15/2/2024).

Di sisi lain, kata dia, survei Charta Politik menunjukkan hasil suara PPP yang juga melewati angka 4 persen. Ini diperkuat dengan laporan caleg-caleg PPP di seluruh Indonesia yang menyatakan partai berlogo Kabah itu mendapatkan hasil di atas ambang batas parlemen.

“Kami meyakini PPP lolos [parlemen] jadi tidak ada masalah, saat ini kami mengupayakannya lolosnya PPP itu juga dengan penambahan kursi signifikan dibandingkan 2019 kemarin,” ujar Romy.

Pada Pemilu 2019, PPP memperoleh suara sebanyak 4,52 persen dalam kontestasi Pileg atau setara dengan 6.323.147 suara. PPP mendapatkan jatah sebanyak 19 kursi di DPR periode 2019-2024.

Analis politik dari Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, menyatakan PPP semakin melemah dalam peta kekuatan politik nasional disebabkan sejumlah faktor internal. Misalnya, polemik eks pimpinan PPP, Suharso Monoarfa, yang diberhentikan dari partai.

“PPP terlihat kehilangan kekuasaan di peta politik nasional sekaligus kehilangan kekuatan memang pasca Suharso Monoarfa memimpin di awal. PPP mengalami penurunan yang cukup drastis, tingkat kepercayaan publik menurun, tingkat pengenalan kepada elite PPP menurun,” kata Dedi kepada reporter Tirto.

Di sisi lain, kata Dedi, PPP juga gagal membangun konsolidasi yang solid karena jarang berkegiatan di akar rumput. Pemilih di Jawa Tengah misalnya, tidak tahu PPP sebagai partai jika mereka tidak mengenali tokoh-tokoh elite partai yang tampil di masyarakat.

Dedi menambahkan, PPP juga tidak solid dalam mengusung dan mempromosikan capres pilihannya, Ganjar Pranowo. Berbanding terbalik misalnya dengan PAN, meskipun sama-sama tidak menyumbangkan kader dalam kontestasi pilpres, tapi dalam perjalanan kampanye, PAN begitu totalitas mempromosikan Prabowo-Gibran bahkan program Presiden Jokowi.

“Dan catatan survei bahkan pemilih PPP itu dominatornya adalah pemilih Prabowo Subianto, lalu yang kedua Anies Baswedan, baru pemilih Ganjar Pranowo. Itulah mengapa kemudian PPP tidak dianggap bagian koalisi oleh publik,” terang Dedi.

Sementara itu, analis politik dari Universitas Padjajaran, Kunto Adi Wibowo, memandang hasil hitung cepat sementara memang menunjukkan PPP yang tengah terseok. Meski sudah menggaet tokoh seperti Sandiaga Uno, efeknya tidak terlalu signifikan mengerek suara karena tidak ada kader yang berlaga di tingkat pilpres.

Di sisi lain, PPP harus berkompetisi dengan partai-partai lain yang mengincar suara nahdliyin. Hal ini menjadi masalah karena partai dengan basis suara kuat seperti PDIP dan PKB juga menggarap massa Nahdlatul Ulama.

“Semakin ke sini, basis nahdliyin tergerus oleh PKB dan oleh partai-partai lain yang juga menggaet nahdliyyin, maka menyulitkan posisi PPP di akar rumput,” jelas Kunto kepada reporter Tirto, Kamis (15/2/2024).

Pembukaan Rapimnas PPP

Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono (kanan) didampingi Ketua Majelis Pertimbangan Partai Muhammad Romahurmuziy (kiri) dan Sekjen Arwani Thomafi (tengah) berfoto bersama kader pada pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VI Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Jakarta, Jumat (16/6/2023). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.

Yakin Lolos Senayan

Meski terseok dalam hasil hitung cepat, PPP yakin akan lolos Senayan pada Pemilu 2024. Juru bicara DPP PPP, Donnie Tokan, mengatakan PPP selama ikut pemilu sejak 1977 dan di era reformasi, partai berlambang Kabah selalu dianggap tidak lolos oleh lembaga survei. Namun, nyatanya terus lolos Senayan.

“Alhamdulillah sampai pemilu terakhir PPP masih dipercaya oleh rakyat Indonesia untuk memperjuangkan kepentingannya,” kata Donnie kepada Tirto, Kamis (15/2/2024).

Menurut Donnie, hasil survei senantiasa mereka gunakan sebagai koreksi perjuangan di Pemilu 2024. Tentunya, kata dia, strategi perjuangan juga berbeda dengan pemilu sebelumnya. Kata dia, PPP punya sosok Sandiaga Uno, yang notebene Ketua Bidang Pemenangan Pemilu. Sosok Sandi dianggap PPP sebagai ikon kaum milenial dan emak-emak.

“Kami merancang dan merekrut petarung-petarung sebagai caleg PPP di Pemilu 2024 ini mulai dari tokoh senior PPP, pengusaha, mantan petinggi TNI dan Polri, artis, kaum disabilitas, kaum milenial dan Gen-Z,” kata Donnie.

Donnie mengatakan sejak daftar caleg sementara (DCS), PPP sudah menginstruksikan kepada para calon petarung untuk mulai bekerja menyapa rakyat. “Semua ini kami lakukan dengan target untuk meraih 11 juta suara pemilih,” terang dia.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Politik
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz