tirto.id - Melihatnya dari depan, mobil ini seperti tak memiliki perbedaan dengan sedan maupun hatchback. Perbedaan baru kentara saat menyaksikannya dari samping. Mobil lebih panjang dibanding beberapa jenis lainnya, sebab overhang mobil sengaja dibuat lebih jauh dari as roda belakang untuk menciptakan kapasitas bagasi ekstra lega.
Hal ini turut menjadi perbedaan utamanya dengan hatchback yang lebih kecil. Bisa dibilang mobil ini merupakan perwujudan dari sedan yang dipanjangkan, atau sedan tanpa bagasi. Soalnya tempat penyimpanan itu telah menyatu dengan ruang kabin mobil.
Lantas apakah mobil ini malah jadi identik dengan MPV? Tidak juga. Mobil ini tak selalu memiliki bangku baris ketiga seperti kebanyakan MPV. Walau dari luas bagasinya kita juga sudah bisa mengira mobil ini punya daya tampung lebih banyak.
Sementara saat memperhatikannya dari belakang, ciri khas mobil makin terasa lewat kaca besar yang berada di antara pilar C dan pilar D. Dengan bodi rendah dan pintu bagasi yang membuka ke atas, dipastikan rupa bagian buritan mobil menjadi sangat unik. Dan inilah bagian yang disukai penggemar station wagon atau estate, segmen mobil yang jarang ada di Indonesia.
“Mobil barunya saja jarang, makanya unit bekasnya juga demikian. Station wagon jadi mobil hobi seperti sedan dua pintu atau sport car, maupun mobil langka lainnya. Harganya cenderung gelap tidak ada patokan tertentu,” kata Senior Manager Marketing Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua, Herjanto Kosasih saat ditanya Tirto.
Meski sebelumnya terkenal langka, kepemilikan station wagon kembali mencuat karena beberapa faktor. Khususnya pada penjualan mobil baru, yang tak hanya terjadi di dunia tapi juga di Indonesia.
Salah satu faktornya adalah soal pajak yang lebih murah dari sedan, kendaraan satu basisnya. Seperti diketahui, regulasi di Indonesia memasukkan semua mobil tanpa bagasi dalam kategori minibus yang notabene memiliki nilai pajak lebih rendah.
Roy Arman Arfandy, Presiden Direktur PT Eurokars Motor Indonesia, menyebutkan pajak yang tertera di STNK Mazda6 Estate lebih murah dari yang model sedan. Hal tersebut turut mempengaruhi harga jualnya, yang menarik sejumlah konsumen untuk meramaikan segmen kendaraan yang populer di Eropa dan Amerika.
“Pajak sedan kan mahal, jadi orang masih pikir dua kali untuk ambil sedan. Kami pun berpikir kenapa enggak bawa estate-nya? Ternyata demand-nya bagus dan banyak yang inden untuk yang estate. Perbandingannya kalau yang minta sedan satu orang, yang minta estate bisa empat sampai lima orang,” ungkapnya saat ditemui Tirto di sebuah pameran otomotif April lalu.
Selama bertahun-tahun, station wagon mendefinisikan keluarga kelas menengah Amerika Serikat. Sampai sekarang pun mobil yang juga disebut estate ini masih masuk dalam kategori niche. Singkatnya, gengsi seseorang bakal terdongkrak seketika saat mengendarai mobil ini.
Padahal di awal kemunculannya, station wagon bukan mainan orang kaya dan lebih merupakan kebutuhan alat transportasi. Dilansir dari The Atlantic, tahun 1920-an jadi kali pertama mobil ini mulai muncul menggantikan fungsi kereta kuda yang menjemput penumpang, dari dan menuju stasiun kereta.
Mengambil basis dari truk sasis, kendaraan ini dilengkapi kabin belakang yang lega. Station wagon yang awalnya disebut depot hacks ini terbilang sederhana dan mampu melewati jalan kasar, seperti halnya kendaraan SUV atau crossover di zaman sekarang.
Saat awal meluncur, station wagon masih berupa kendaraan modifikasi dari Ford Model T. Sampai akhirnya tahun 1923, merek Star, dari Durant Motor membangun estate pertama yang langsung dibuat dari pabrik. Semenjak itu mulai banyak produsen yang menawarkan mobil jenis ini.
Popularitas station wagon pun terus meningkat. Pada periode 1950-an sampai 1960-an menjadi masa-masa keemasan mobil ini di Amerika Serikat. Namun pertengahan 1970-an penjualan estate mulai merosot, salah satunya karena krisis minyak yang bikin orang enggan membeli mobil bermesin kapasitas besar.
Perlahan Naik Kembali
Kendaraan SUV dan crossover jadi primadona sejak beberapa tahun terakhir. Peningkatan penjualannya terasa begitu signifikan dari waktu ke waktu. Di jalan kita pasti akan sering bertemu dengan kendaraan di segmen ini.
Sejak awal 1990-an, kendaraan SUV dianggap telah menawarkan kepraktisan dan ruang kargo yang lapang seperti station wagon, terlebih ia juga kapabel dengan berbagai medan. Tak mengherankan SUV bisa merajai penjualan hampir di setiap pasar.
Namun yang mengejutkan adalah station wagon muncul sebagai segmen kendaraan yang mengalami peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir, di bawah SUV maupun crossover. Mengutip laporan dari Bloomberg, penjualan station wagon di AS bertumbuh 29 persen dibanding periode yang sama sebelumnya.
Ia berada di urutan keempat di bawah kompak crossover (75 persen), SUV entry-level (71 persen), dan pikap ukuran sedang (60 persen). Estate bahkan mengalami peningkatan lebih baik dari semua kendaraan tradisional seperti sedan, hatchback, MPV dan segmen lainnya.
Apalagi dalam tiga tahun terakhir, penjualan station wagon juga berhasil meraih angka penjualan lebih dari 200 ribu kendaraan per tahun. Raihan tertinggi dicapai pada 2017, dengan jumlah 237.600 ribu.
Oleh sejumlah konsumen, station wagon dinilai lebih mengkomodir kebutuhan ketimbang SUV. Apalagi konsumen ini juga tak pernah benar-benar membawa mobil mereka ke medan off-road. Di samping itu, jarak ke tanah yang lebih dekat membuat pengendalian dan stabilitas estate jadi lebih baik.
“Ada sekelompok konsumen yang sangat tertarik pada keserbagunaan dan kapabilitas SUV, tetapi mereka tidak ingin dilihat sebagai seorang yang mengikuti arus,” ujar Direktur Pemasaran Buick, Sam Russel kepada Bloomberg.
Saat ini Eropa jadi pasar terbesar station wagon dengan pangsa pasar 72 persen dbanding region lainya, dengan porsi terbanyak berada di Jerman (37 persen), Skandinavia (12 persen), dan Eropa Timur (11 persen).
Setelah Eropa, Amerika Serikat dan Cina rupanya jadi pasar estate terbesar berikutnya. Laman JATO Dynamics, situs yang merilis angka penjualan mobil di berbagai negara, menyebutkan pada 2017 sebanyak 2,5 juta station wagon terjual di seluruh dunia. Hal ini setara dengan 3,1 persen pangsa pasar mobil penumpang.
Bukan tak mungkin meningkatnya penjualan station wagon nanti akan terjadi di Indonesia, seperti halnya tren SUV yang lebih dulu populer di mancanegara baru kemudian masuk ke Tanah Air. Tapi yang jadi pertanyaan, jika jumlahnya makin banyak di jalan, mungkinkah ia masih se-istimewa sekarang?
Editor: Nuran Wibisono