Menuju konten utama
Letusan Freatik Merapi

Morfologi Kawah Gunung Merapi Dinilai Tidak Berubah

"Dari pengamatan visual yang kami lakukan, relatif tidak ada perubahan morfologi di kawah Merapi."

Morfologi Kawah Gunung Merapi Dinilai Tidak Berubah
Wisatawan mengabadikan Gunung Merapi dari kawasan wisata Bungker Kaliadem, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (22/5/2018). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

tirto.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi menyatakan relatif tidak ada perubahan morfologi pada kawah gunung Merapi, usai mengalami letusan freatik pada Rabu (23/5/2018) pukul 03.31 WIB.

"Dari pengamatan visual yang kami lakukan, relatif tidak ada perubahan morfologi di kawah Merapi," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santosa di Yogyakarta, Rabu (23/5/2018) sebagaimana diberitakan Antara.

Agus menyatakan, walau letusan freatik tergolong tidak berbahaya, masyarakat sebaiknya tetap waspada, tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak, dan mengenakan alat pelindung seperti masker dan kacamata ketika beraktivitas di luar ruangan guna mengantisipasi dampak abu vulkanik terhadap kesehatan.

Letusan freatik keenam yang terjadi menjelang subuh tersebut mempunyai magnitudonya cukup besar dan terjadi selama empat menit dengan ketinggian kolom asap sekitar 2.000 meter dari puncak mengarah ke barat daya.

Akibatnya, hujan abu meliputi wilayah Kabupaten Magelang, khususnya yang masuk Kawasan Rawan Bencana II dan III seperti di Desa Keningar, Sumber, Dukun dan Kalibening.

"Kami akan pantau terus bagaimana aktivitas Gunung Merapi. Tetapi dari letusan-letusan freatik yang terjadi akhir-akhir ini, semuanya terjadi secara mendadak atau hanya ada sedikit tanda-tanda saja," katanya.

Agus juga menjelaskan bahwa hal itu menunjukkan masih tingginya akumulasi tekanan dari dalam yang menyebabkan terjadinya gempa vulkano tektonik atau gempa dangkal yang kemungkinan besar disebabkan adanya batuan yang pecah.

Menurutnya, jika dibanding letusan freatik yang terjadi sehari sebelumnya yang jeda tiap letusannya jeda delapan jam, maka letusan yang terjadi pada Rabu dinihari memiliki jeda jauh lebih lama yaitu sekitar 26 jam.

"Kami akan terus pantau bagaimana perkembangannya. Kita ikuti saja bagaimana perkembangan aktivitas Gunung Merapi termasuk aktivitas yang mengarah ke letusan magmatis," katanya.

Hingga saat ini, lanjut dia, status Gunung Merapi tetap dinyatakan waspada.

Agus menambahkan, berdasarkan data pemantauan, pada peristiwa erupsi 2006 dan 2010 ada tanda-tanda yang menunjukkan dengan jelas adanya pergerakan magma. Namun tanda-tanda tersebut tidak terlihat secara jelas pada aktivitas Gunung Merapi yang terjadi akhir-akhir ini.

Tanda letusan magmatis antara lain bisa dilihat dari material erupsi dikeluarkan Gunung Merapi.

"Adanya jenis material baru yang dikeluarkan Gunung Merapi bisa menjadi tanda. Salah satu material baru itu adalah material glass. Ini yang sedang kami teliti," katanya.

Baca juga artikel terkait GUNUNG MERAPI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani