tirto.id - Mohamed Elneny didatangkan Arsenal pada masa-masa terakhir kepelatihan Arsene Wenger. Bergabung pada awal tahun 2016, pesepakbola muslim Timnas Mesir ini sempat memperkaya kultur Islam di skuad The Gunners.
Proses adaptasi Mohamed Elneny yang diboyong Wenger dari klub Swiss, Basel, di Premier League sempat diragukan. Namun, pemain yang kini berusia 27 tahun ini ternyata cukup cepat menyesuaikan diri, bahkan menunjukkan prospek menjanjikan.
Debut Mohamed Elneny berlangsung manis berkat kemenangan 2-1 skuad Meriam London atas Burnley di Piala FA pada 30 Januari 2020. Beberapa pekan berselang, Ia menerima penghargaan Pemain Terbaik Arsenal untuk bulan Maret.
Lantas, apa resep cepat padunya Mohamed Elneny dengan kultur sepak bola Inggris yang terkenal keras? Tidak ada. Ia hanya menjalani sebaik mungkin, selalu berpikir positif, dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan.
“Saya bisa karena Tuhan memberi saya kekuatan untuk menghadapi segala situasi. Beberapa orang berkata akan sulit beradaptasi dengan tuntutan fisik Premier League, tetapi saya berpikir sebaliknya,” ucap Mohamed Elneny kepada Express pada 2016.
“Saya berkata ke agen saya, beri saya waktu tiga pekan untuk membuktikan betapa baik saya bisa beradaptasi," tambahnya.
"Saya tahu saya bisa beradaptasi terhadap semua jenis orang dan setiap liga yang saya bermain di dalamnya,” tandas pemilik 77 caps dan 6 gol di Timnas Mesir ini.
Pemuda Mesir Menjajal Eropa
Mohamed Elneny dilahirkan dari keluarga muslim di Mesir. Nama lengkapnya adalah Mohamed Naser Elsayed Elneny, lahir di El Mahalla El Kubra, Mesir, tanggal 11 Juli 1992.
Ia mengawali karier sepak bola sebagai pemain junior klub Al Ahly dan Al Mokawloon. Pada 2010, Mohamed Elneny memenangkan debut profesional bersama tim senior Al Mokawloon.
Bakat Mohamed Elneny ternyata tercium sampai ke Eropa. Adalah FC Basel yang kemudian tertarik meminjamnya. Elneny pun hijrah ke Swiss pada 2013, saat berusia 21 tahun, dan mulai merajut mimpi di Eropa.
Selama masa peminjaman dari Al Mokawloon, Mohamed Elneny ikut mengantarkan Basel merengkuh gelar juara Liga Super Swiss 2012/2013, serta turut membawa klubnya menjadi runner up Piala Swiss di musim yang sama.
Penampilan apik Mohamed Elneny pada musim debutnya itu membuat Basel kemudian mengontraknya secara permanen. Keputusan itu tidak salah karena pemuda Mesir ini sangat membantu Basel meraih kejayaan.
Mohamed Elneny menjadi pilar penting Basel yang kembali menyabet trofi juara Liga Super Swiss secara beruntun, yakni musim 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016, sebelum akhirnya ia pindah ke Inggris.
Bakat Mohamed Elneny rupanya masuk dalam radar Arsene Wenger yang memang terkenal ulung menangani pemain muda. Awal tahun 2016, Arsenal resmi menggaetnya dengan mahar 12,5 juta euro.
Koneksi Muslim di Arsenal
Mohamed Elneny melengkapi skuad Arsenal yang kala itu cukup banyak diperkuat oleh pemain muslim dari berbagai latar belakang. Ada Mesut Ozil, Shkodran Mustafi, Granit Xhaka, juga Sead Kolasinac.
Semain banyaknya pesepakbola muslim di Premier League turut membantu orang Inggris dan Eropa lebih memahami citra Islam, yang selama ini barangkali sempat mendapat pandangan miring.
Papiss Cisse dan Demba Ba, misalnya, kerap melakukan selebrasi gol dengan sujud syukur kala masih memperkuat Newcastle United. Kini, aksi serupa juga sering diperlihatkan oleh Mohamed Salah dan Sadio Mane dari Liverpool.
Di Arsenal sendiri, pemain muslim seperti Ozil, Mustafi, atau Elneny, sering terlihat menengadahkan tangan untuk berdoa sebelum melakoni pertandingan. Rutinitas ini mendapat respons positif dari fans Arsenal.
“Melihat Mustafi dan Ozil berdoa sebelum laga, saya percaya dan lebih yakin akan hasil pertandingan, tak peduli siapa lawannya, karena harapan dan doa adalah dua hal yang saling bergandengan,” ucap Kash Ali, seorang suporter Arsenal dikutip Football London.
Imej “anyar” Arsenal itu pun disebut membawa kultur baru ke suporter klub sekaligus mengkampanyekan keanekaragaman.
“Menjadi muslim membuat pengalaman saya sebagai penggemar Arsenal lebih menggembirakan, ada koneksi lebih dalam terhadap pemain seperti Ozil dan Elneny, karena kesamaan agama kami,” ujar Humza Ahmed, seorang Gunners lainnya.
Hanya saja, sejak 31 Agustus 2019 lalu ketika Arsenal masih dibesut Unai Emery atau sebelumnya kembalinya Mikel Arteta sebagai pelatih baru, Mohamed Elneny justru dipinjamkan ke klub Turki, Besiktas.
Mohamed Elneny bermain untuk Besiktas hingga Juni 2020. Jika Arteta tidak menginginkannya balik ke London, bukan tidak mungkin Elneny bakal melanjutkan kiprahnya di Turki.
Penulis: Ikhsan Abdul Hakim
Editor: Iswara N Raditya