tirto.id - Bicara tentang teknologi, internet, dan ketakutan banyak orang terhadap dunia digital, mau tak mau bikin ingat film The Internship. Film ini berkisah tentang dua sales setengah baya, Nick (Owen Wilson) dan Billy (Vince Vaughn) yang magang di Google dan satu tim dengan anak-anak muda tech savvy namun gagap skill sosial. Tugas akhir magang tim mereka adalah merekrut klien untuk menandatangani kontrak memasang iklan di Google.
Namun, sebelum tugas akhir itu dijalani, tim pecah dan para anak muda di tim ini harus menemui sendiri calon klien, sebuah kedai pizza legendaris yang menolak untuk jadi modern. Dengan tergagap, anak-anak muda ini menjelaskan pentingnya algoritma, teknologi, maps, juga internet. Ditolak dengan cepat karena presentasi mereka tidak meyakinkan.
“Kalian anak-anak baik. Tapi kami hanya kedai keluarga, kami tak mau memakai internet,” ujar si pemilik.
Sama seperti film Hollywood lain, akhir film ini berjalan ke arah bahagia. Nick dan Billy datang dan jadi penyelamat bagi anak-anak muda ini. Mereka, yang memang adalah sales tangguh, mulai mengajak ngobrol si pemilik kedai. Awalnya, pemilik kedai lagi-lagi menolak.
“Kami selalu melakukannya dengan cara yang sama. Yellow Pages, brosur, dan iklan di koran.”
“Kami menghargai itu. Tapi tahukah kamu apa yang bikin kita ketakutan? Perubahan.”
Mereka sadar bahwa memang tak mudah bagi pemilik bisnis konvensional untuk memakai teknologi, internet, dan dunia digital. Bagi manusia, perubahan memang menakutkan, sebab kita semua tak tahu apa yang ada di masa depan. Di situ, Nick dan Billy mengatakan bahwa internet dan dunia digital memang sesuatu yang asing.
Karena itu banyak pebisnis yang memilih gaya lama, yang sudah dijalankan bertahun-tahun dengan nyaman. Meski dunia digital berkembang pesat, mereka memilih untuk tetap berdiri di tempat yang sudah didiaminya sejak dulu. Namun pada akhirnya, dunia digital memang banyak memudahkan para pebisnis. Jarak dilipat, dan dunia seperti ada di genggaman. Nick dan Billy pun berhasil membujuk pemilik kedai pizza itu untuk beriklan di internet.
“Aku tak bisa menyalahkanmu karena takut dengan perubahan. Tapi kalau kamu mau ambil kesempatan kenal dunia digital, percayalah, ada banyak kemungkinan bagus di luar sana,” ujar Billy.
Kios dan Warung Go Digital
Merambah bisnis di dunia digital memang tak mudah, terutama bagi pemilik toko-toko kecil, yang bahkan mungkin tak tahu bagaimana cara kerja internet. Tokopedia, salah satu perusahaan teknologi buatan Indonesia percaya bahwa teknologi bisa menjadi jembatan bagi pemilik bisnis tradisional untuk berkembang di era digitalisasi.
Lewat Mitra Tokopedia, Tokopedia memungkinkan pemilik toko, warung, bahkan individu yang ingin berjualan produk-produk secara digital lewat berbagai fitur dukungan.
Sebagai jembatan pebisnis tradisional menuju dunia digital, Mitra Tokopedia paham bahwa hal paling yang harus ditonjolkan adalah kemudahan penggunaan aplikasi. Untuk itu, Mitra Tokopedia menghadirkan berbagai fitur dalam satu aplikasi, dan ada layanan bantuan Live Chat yang bisa dihubungi 24 jam.
Fitur yang ada juga memudahkan para pengelola bisnis ini untuk terus bertumbuh. Ada fitur Grosir, misalkan. Dengan fitur ini, Mitra bisa mengisi stok kebutuhan warung dengan harga murah untuk dijual kembali. Ada berbagai kategori produk grosir, mulai dari snack, minuman, obat, dan lain-lain. Produk-produk ini bisa dibeli melalui aplikasi, dan langsung dikirim hari ini atau besok.
Fitur lain adalah Catat Hutang, yang bisa mencatat transaksi utang secara digital. Dengan adanya fitur ini, pemilik bisnis tak perlu lagi mencatat secara manual, yang rawan hilang atau tak tercatat. Dengan adanya fitur ini, pepatah “Hiroshima Hancur Karena Bom, Warung Hancur Karena Bon” tak perlu terjadi.
“Catat Hutang kami luncurkan di Maret 2021. Fitur ini diluncurkan karena ada kebutuhan dari para mitra. Karena sebagian besar mitra kami adalah pedagang tradisional, dan kadang utang pembeli dicatat manual. Bahkan terkadang tidak mereka catat. Jadi ini kerugian buat mereka,” ujar Karina Susilo, Head of Mitra Tokopedia dalam wawancara bersama Kumparan.
Lewat inovasi dan kemudahan yang ditawarkan, saat ini Mitra Tokopedia telah membantu jutaan UMKM dan melayani lebih dari 500 kota/kabupaten di Indonesia, mulai dari pebisnis difabel yang berhasil berdaya dan mandiri karena berjualan aneka produk digital di kampungnya, hingga mereka yang berhasil membantu perekonomian keluarga.
Karina menambahkan bahwa hampir 80 persen usaha meraih keuntungan tambahan lebih dari dua kali lipat sejak bergabung sebagai Mitra Tokopedia. Tak hanya itu, lebih dari 35 persen Mitra Tokopedia jadi lebih melek teknologi dan sudah bisa menggunakan transaksi non tunai/ dompet digital.
Di masa depan, Mitra Tokopedia akan terus mengembangkan fitur dan layanannya. Mereka akan menghadirkan produk dengan harga lebih terjangkau, promo berkala, gratis ongkos kirim, menambah pilihan pembayaran, hingga menghadirkan fitur-fitur tambahan.
Mitra Tokopedia pada akhirnya menjalani fungsi yang lebih besar. Tak hanya mengajak para pebisnis tradisional untuk merambah dunia digital, Mitra Tokopedia juga perlahan mengurangi jurang ketimpangan ekonomi karena urbanisasi, mendorong pemerataan ekonomi digital, bahkan menyebarkan upaya melek digital ke seluruh Indonesia.
“Dengan teknologi, kami ingin memberikan peluang lebih, dan membantu masyarakat Indonesia agar bisa lebih berkembang lagi, terutama dari segi pendapatan,” ujar Karina.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis