tirto.id - Kedutan pada mata (blepharospasm) adalah masalah yang sering terjadi pada mata sehingga bagi sebagian orang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Banyak yang beranggapan bahwa gejala tersebut adalah masalah yang biasa terjadi karena kurang tidur, mata yang lelah dan lainnya, tetapi apakah itu benar?
Menurut National Instituteof Neurological Disoders and Stroke, blepharospasm esensial jinak (BEB) adalah kelainan neurologis progresif yang ditandai dengan kontraksi otot tak sadar dan kejang otot-otot kelopak mata.
Sehingga menyebabkan bentuk distonia atau kelainan gerakan dan kontraksi otot dengan penutupan kelopak mata yang berkelanjutan, gerakan berkedut atau berulang.
BEB dimulai secara bertahap dengan peningkatan frekuensi kedipan mata yang sering dikaitkan dengan iritasi mata.
Gejala lain mungkin termasuk meningkatnya kesulitan dalam menjaga mata terbuka, dan sensitivitas terhadap cahaya. Umumnya, ini terjadi di siang hari, menghilang dalam tidur, dan muncul kembali setelah bangun.
Saat kondisi ini berlanjut, akan terjadi kejang pada otot mata dan intensitasnya akan meningkat.
Sehingga dapat memaksa kelopak mata untuk tetap tertutup dalam jangka waktu yang lama, dan menyebabkan gangguan visual yang substansial atau kebutaan fungsional.
Kondisi ini dapat menjadi salah satu penyebab kebutaan pada mata. National Instituteof Neurological Disoders and Stroke juga mengatakan bahwa kebutaan dapat disebabkan oleh penutupan kelopak mata yang tidak terkendali dan bukan oleh disfungsi mata.
Sejauh ini, meskipun bisa terjadi pada laki-laki atau perempuan, kondisi ini pada umumnya lebih sering menimpa perempuan dengan rentan usia 50 tahun atau paruh baya.
Selain itu, menurut American Academy of Ophthalmology, BEB juga dapat terjadi pada beberapa orang yang pernah mengalami gangguan sindrom, penyakit pada mata tertentu seperti keratopati atau iritasi pada mata.
Untuk mengobati BEB, selain istirahat atau tidur, American Academy of Ophthalmology menambahkan bahwa, ada cara medis sebagai pengobatan langkah pertama untuk mengobati BEB supaya tidak terjadi efek berkelanjutan.
Langkah pertama dalam pengobatan medisnya adalah dengan injeksi berkala toksin botulinum ke otot-otot busur mata kelopak mata termasuk orbicularis oculi, supercilii corrugator, dan otot procerus.
Pengobatan toksin botulinum, akan bekerja untuk meringankan gejala BEB. Namun pengobatan tersebut tidak boleh terlalu sering dilakukan karena akan memiliki efek samping seperti kelopak mata terkulai, penglihatan kabur atau ganda, dan kekeringan pada mata.
Awalnya efek samping tersebut hanya terjadi sementara setelah pengobatan, tetapi kondisi tersebut jika terlalu sering akan memburuk dan meluas ke otot-otot disekitarnya dan dapat mengalami efek samping dalam rentan waktu yang panjang, sebagaimana yang dilansir dari National Instituteof Neurological Disoders and Stroke.
Sejauh ini, banyak yang beranggapan bahwa BEB dapat disembuhkan melaui pengobatan alternatif selain pengobatan medis.
Namun, menurut Web MD pengobatan alternatif seperti akupunktur, hipnose, kiropraktik, terapi nutrisi, penggunaan kacamata berwarna, belum dapat dibuktikan keberhasilannya secara studi ilmiah.
Penulis: Febri Eka Pambudi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari