tirto.id - Para ahli gizi memandang diet potong lambung memang efektif untuk menurunkan berat badan.
Namun ada sejumlah hal yang perlu diketahui sebelum seseorang menempuh prosedur ini.
Ahli nutrisi dari Asosiasi Nutrisi Indonesua, Dr. Saptawati Bardosono menjelaskan, diet potong lambung lebih ke upaya medis tindakan operasi, alih-alih seperti pemahaman diet kita selama ini.
"Cukup efektif untuk meningkatkan rasa kenyang lebih cepat. Tetapi ini bukan jenis diet namun tindakan operasi," ujarnya, sebagaimana dilaporkan Antara.
Mayo Clinic menulis, tindakan yang bisa disebut operasi bypass lambung itu dilakukan juga untuk mengurangi risiko potensi masalah kesehatan terkait berat badan yang mengancam jiwa, termasuk penyakit refluks gastroesofagus, penyakit jantung dan apnea parah.
Operasi potong lambung atau lose belly fat ini biasanya dilakukan hanya setelah seseorang mencoba menurunkan berat badan dengan memperbaiki pola makan dan olahraga.
Secara umum, bypass lambung menjadi pilihan bagi mereka yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 40 atau lebih dari itu, sehingga bukan untuk semua orang yang kelebihan berat badan.
Yang perlu dipertimbangkan sebelum menjalani operasi ini adalah, seseorang harus memenuhi syarat untuk operasi penurunan berat badan, bersedia melakukan perubahan permanen untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat dan mau ikut merencanakan tindak lanjut jangka panjang yang mencakup pemantauan nutrisi, gaya hidup dan kondisi medis.
Bypass lambung membuat perubahan pada sistem pencernaan dengan membatasi berapa banyak yang bisa seseorang makan atau dengan mengurangi penyerapan nutrisi, atau keduanya.
Seperti halnya operasi besar lainnya, bypass lambung berpotensi menimbulkan risiko kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yakni pendarahan, infeksi, darah menggumpal, masalah paru-paru atau pernapasan, kebocoran di sistem pencernaan hingga kematian.
Risiko jangka panjang dan komplikasi dari operasi bervariasi tergantung pada jenis operasi, namun ada kemungkinan terjadi sumbatan usus, diare, muntah, muncul batu empedu, hernia, hipoglikemia, malnutrisi dan kematian--walau kasusnya jarang terjadi.
Editor: Maya Saputri