Menuju konten utama

Mengenal Diabetes Mellitus, Gejala, Pencegahan, & Mitos-Mitosnya

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena peningkatan kadar glukosa darah.

Mengenal Diabetes Mellitus, Gejala, Pencegahan, & Mitos-Mitosnya
Ilustrasi Diabetes. FOTO/Istock

tirto.id - Jumlah penyandang diabetes atau diabetesi di Indonesia diperkirakan akan mencapai 21,3 juta di tahun 2030, atau meningkat sebanyak 12,9 juta diabetes hanya dalam waktu 30 tahun.

"Hanya dalam periode 30 tahun, jumlah penyandang diabetes di Indonesia akan melonjak tajam menjadi 21,3 juta orang," kata dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Nida Ul Hasanat, dilansir Antara.

Ia menuturkan, hasil survei World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia tahun 2000 memperlihatkan Indonesia menempati urutan keempat jumlah penyandang diabetes terbesar di dunia sebanyak 8,4 juta, setelah India 31,7 juta, Cina 20,8 juta dan Amerika Serikat (17,7 juta).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena peningkatan kadar glukosa darah, yang terjadi akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Terdapat beberapa jenis diabetes mellitus yakni tipe satu, tipe dua, tipe lain, dan gestasional (resistensi insulin dengan disfungsi sel beta pada kehamilan).

Penyakit diabetes mellitus tipe satu merupakan penyakit autoimun. Hingga saat ini penyakit tersebut belum diketahui penyebabnya serta bukan merupakan penyakit keturunan. Pada penderita diabetes tipe satu, sel beta hancur sehingga insulin sedikit atau sama sekali tidak berfungsi. Biasanya diabetes tipe satu menyerang penderita berusia muda, kadar insulin rendah, dan cenderung kurus.

Sementara itu, penderita diabetes tipe dua biasanya diderita pasien usia 40 tahun ke atas, kadar insulin tinggi, dan cenderung gemuk.

Gejala diabetes mellitus di antaranya seperti badan mudah letih, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan mulai kabur, gairah seks menurun, luka sulit sembuh, dan infeksi berulang.

Komplikasi diabetes antara lain antara lain adalah penyakit jantung koroner, stroke, penyumbatan pembuluh darah, jantung, gangguan fungsi ginjal, pengurangan penglihatan, dan lainnya.

Untuk mencegah diabetes, dapat dilakukan dengan olahraga, pembatasan asupan kalori dan pengurangan berat badan.

Olahraga dan pembatasan kalori berefek positif pada tingkat sensitivitas insulin. Di samping itu, olahraga dan pembatasan kalori bermanfaat positif mengatur keseimbangan glukosa dalam tubuh atau glukoregulasi.

Ada banyak mitos-mitos tentang diabetes yang beredar di tengah masyarakat. Kendati belum tentu benar, masyarakat kadung mempercayainya.

Ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, Dr Sandra Utami Widiastuti SpPD, menyebutkan ada 9 mitos diabetes yang kadung dipercayai masyarakat. Ia juga menjelaskan fakta yang benar tentang diabetes. Berikut ini penuturannya seperti dikutip Antara.

Mitos pertama, diabetes bukanlah penyakit serius. Padahal faktanya diabetes menyebabkan angka kematian lebih tinggi daripada kanker payudara dan AIDS sekaligus. Diabetes juga meningkatkan risiko hampir dua kali lipat untuk terkena serangan jantung.

"Tidak ada istilah diabetes ringan, sebab semua tipe diabetes dapat meningkatkan komplikasi yang serius bila tidak diperhatikan dengan baik," ujarnya.

Mitos kedua, diabetes dapat dicegah. Faktanya tidak semua diabetes dapat dicegah. Diabetes tipe satu merupakan kelainan autoimun sehingga tidak dapat dicegah. Sementara risiko terjadinya diabetes tipe dua dapat berkurang 58 persen dengan olah raga dan pola makan sehat.

"Namun ada juga faktor risiko untuk mengidap diabetes tipe dua yang tidak dapat dicegah yakni faktor keturunan," terangnya.

Mitos ketiga, pasien diabetes dapat merasakan jika gulanya terlalu rendah dan terlalu tinggi. Faktanya gula darah yang terlalu tinggi kadang bisa dirasakan seperti buang air kecil atau rasa haus berlebihan, begitu juga gula darah rendah dapat dirasakan seperti rasa lapar, keringat dingin, mual atau pusing. Namun, semua itu tidak selalu dirasakan penderita diabetes. Untuk itu penting sekali melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin.

Mitos keempat, diabetes diturunkan menyilang, yakni dari ayah ke anak perempuan atau dari ibu ke anak laki-laki. Padahal faktanya, baik anak perempuan dan anak laki-laki memiliki risiko yang sama apabila orang tuanya menderita diabetes.

"Keluarga juga bukan satu-satunya faktor risiko, diabetes bisa dihindari dengan menjaga gaya hidup dan pola makan," kata Sandra.

Mitos kelima, ada diabetes tipe basah dan tipe kering. Menurut Sandra tidak ada istilah diabetes tipe basah ataupun kering. Istilah itu muncul karena anggapan bahwa pada penderita diabetes terjadi penurunan berat badan yang drastis (kering), karena gula tidak dapat diubah oleh insulin menjadi energi pada sel tubuh. Sedangkan istilah diabetes tipe basah muncul karena penderita diabetes seringkali mengalami luka yang sulit sembuh dan bernanah.

Mitos keenam, rasa urine yang manis pada penderita diabetes. "Hal itu tidak benar karena rasa urine penderita diabetes tidak manis," ungkap Sandra.

Mitos ketujuh, obat gula tidak baik karena dapat merusak fungsi ginjal. Faktanya gula darah yang tidak terkontrol mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.

Mitos kedelapan, diabetes dapat menular. Menurut ahli penyakit dalam ini diabetes bukanlah penyakit menular.

"Mitos terakhir, yakni jika dokter menyarankan untuk menggunakan insulin artinya tidak ada harapan karena dipakai seumur hidup. Faktanya penggunaan insulin seumur hidup mutlak untuk penderita diabetes tipe satu. Pemberian insulin untuk tipe dua diberikan ketika obat oral tidak cukup untuk mengontrol gula darahnya atau pada keadaan tertentu," paparmya dia.

Perlu diketahui pula bahwa tidak ada perbedaan kadar gula antara nasi panas dan nasi dingin. Menurut Sandra, suhu tidak mempengaruhi jumlah kalori dari nasi tersebut.

Infografik SC Mitos Diabetes Mellitus

Infografik SC Mitos Diabetes Mellitus. tirto.id/Quita

Baca juga artikel terkait DIABETES

tirto.id - Kesehatan
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani