Menuju konten utama

Mendulang Cuan dari Wisata Petik Melon Premium di Kota Semarang

Akses masuk kebun melon satu pintu dengan masjid, sehingga tidak ada biaya masuk selain tarif parkir kendaraan.

Mendulang Cuan dari Wisata Petik Melon Premium di Kota Semarang
Pengunjung sedang menikmati wisata petik buah di Agrowisata Melon MAJT, Semarang. tirto.id/Baihaqi Annizar

tirto.id - “Beli buah langsung dari kebunnya itu sensasinya beda dengan beli di toko,” ucap Riani sembari memetik buah di Agrowisata Melon Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Di kebun melon ini, Riani bisa leluasa memilih buah sesuai selera. Dengan menenteng fasilitas keranjang di tangan kiri dan gunting di tangan kanan, ia mengitari greenhouse yang penuh tanaman melon.

Perempuan paruh baya itu berhenti saat melihat melon berwarna kuning keemasan dengan bentuk bulat sempurna. Riani memetik dengan hati-hati setelah buahnya ditepuk-tepuk untuk memastikan tingkat kematangan.

Satu buah ternyata belum cukup. Tangan Riani masih "gatal" ingin memetik lagi. Ia pun lanjut mengelilingi greenhouse sampai menemukan buah dengan ukuran lebih besar dari yang pertama.

Di greenhouse yang sama terdapat wisatawan lain bernama Febriana. Gadis asal Kabupaten Demak ini sengaja mengunjungi Agrowisata Melon MAJT yang ada di Kota Semarang setelah mendapat info dari temannya.

Ia sampai di kebun melon pada Jumat (24/5/2024) pukul 11.30 WIB, waktu di mana matahari sedang terik-teriknya. Hawa panas semakin terasa saat berada dalam rumah tanam berkerangka bambu yang diselubungi bahan bening tembus cahaya.

Meskipun gerah, perempuan yang akrab disapa Febri itu mengaku senang bisa melihat buah yang bejibun. “Kesannya ya senang bisa metik langsung dari pohonnya," celetuk dia.

Agrowisata Melon Premium di Semarang

Supervisor Agrowisata MAJT, Ragil Panca sedang mengecek kualitas buah di greenhouse di Semarang. tirto.id/Baihaqi Annizar

Budidaya Melon Premium

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang terkenal sebagai destinasi wisata religi di Kota Semarang, mengoptimalkan lahan di belakang masjid untuk membudidayakan buah melon premium sejak 29 Juni 2023.

Meski sudah menggunakan metode greenhouse, melon masih ditanam secara manual dalam bedengan tanah yang ditutup mulsa. Namun, sistem irigasinya sudah ada yang menggunakan bantuan selang tetes.

Tanaman melon ditumbuhkan secara vertikal dengan bantuan tali pengait, buahnya berada di batang bagian bawah. Jarak antar-tanaman diatur sedemikian rupa hingga membentuk deretan yang rapi nan elegan.

“(Budidaya melon) ini sudah hampir setahun. Kami memiliki delapan greenhouse yang kami tanam secara bergiliran,” ujar Humas MAJT, Beny Arief Hidayat, kepada kontributor Tirto, Selasa (21/5/2024).

Supervisor kebun melon MAJT, Ragil Panca, menambahkan, dari delapan greenhouse, hanya empat yang saat ini efektif untuk menanam buah bernama latin cucumis melo--empat greenhouse sisanya masih dalam perbaikan.

Dalam satu greenhouse berkuran 40 x 12 meter, kata Ragil, berisi 1.000 tanaman melon. “Sekali masa panen untuk satu greenhouse bisa menghasilkan 1 ton melon,” jelas perempuan yang biasa dipanggil Ragil, Jumat (24/5/2024).

Ragil yang merupakan lulusan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (Undip) mengatakan, melon yang ditanam selalu varietas premium. Untuk saat ini terdapat dua jenis melon.

“Ada melon inthanon yang berasal dari Belanda. Ciri-cirinya kulitnya kuning, daging buahnya hijau. Rasanya crunchy (renyah) sama juicy (mengandung banyak air)," tutur Ragil.

“Ada juga melon super sweet dari Thailand. Kulit buahnya putih, daging buahnya oranye. Rasanya sama: crunchy," imbuh perempuan yang pernah menempuh program studi Agroekotekologi itu.

Baik melon jenis inthanon maupun super sweet dibanderol dengan harga Rp30.000 per kilogram. Adapun beratnya, rata-rata per buah 1,5 kilogram, meski pernah ada yang sampai 4 kilogram.

Agrowisata Melon Premium di Semarang

Grower Agrowisata Melon MAJT sedang melilit bibit melon dalam tali di Semarang. tirto.id/Baihaqi Annizar

Kebun Melon Berbasis Wisata

Kebun melon premium di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) bukan sekadar tempat budidaya buah. Pengelola sengaja mengonsep sebagai agrowisata, di mana pembeli bisa datang ke kebun sembari berwisata petik melon.

Perwakilan pengelola, Beny Arief Hidayat, mengatakan, Agrowisata Melon MAJT buka setiap hari pukul 08.00--16.00 WIB. Akses masuk kebun melon satu pintu dengan masjid, sehingga tidak ada biaya masuk selain tarif parkir kendaraan.

“Kami buka untuk umum gratis. Kalau sedang tidak ada stok melon yang bisa dipetik, pengunjung bisa foto-foto maupun belajar cara menanam melon,” jelas Beny.

Pengunjung hanya akan dikenai tarif sesuai harga melon yang dipetik, yakni Rp30.000 per kilogram. Harga melon pernah Rp20.000 per kilogram saat yang ditanam jenis sweet net dan baby sweet.

Ribuan tanaman melon di empat greenhouse berbeda ditanam secara bergiliran. Pada akhir Mei ini melon inthanon sedang masa panen, dua pekan lagi melon jenis yang sama siap panen, dan sebulan lagi masa panen melon super sweet.

Ragil Panca yang biasa mendampingi pengunjung Agrowisata Melon MAJT menuturkan, setiap hari pasti ada orang yang datang atau sekadar melihat-lihat. Meskipun begitu, melon berhasil terjual hanya dengan mengandalkan orang yang berkunjung.

“Biasanya selalu habis di tempat, kalaupun ada sisa paling yang kualitasnya kurang bagus," kata dia.

Selama ini pihak pengelola belum mendata jumlah kunjungan kebun melon karena sudah satu kesatuan dengan kunjungan masjid. Namun, menurut Ragil, setiap hari libur pasti ramai dikunjungi.

“Pada hari libur penjualan melon sehari bisa Rp3 hingga Rp4 juta. Sementara hari-hari biasa rata-rata penjualan Rp700.000," ungkap Ragil.

Agrowisata Melon Premium di Semarang

Agrowisata MAJT di Semarang. tirto.id/Baihaqi Annizar

Agrowisata yang Menguntungkan

Sebagai daerah urban berpenduduk 1.696.366 (pada akhir 2023), kegiatan ekonomi di Kota Semarang bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa. Namun, bukan berarti Ibu Kota Jawa Tengah ini tidak memiliki potensi pertanian.

Dinas Pertanian Kota Semarang sejak lama mendorong pengembangan urban farming untuk mengoptimalkan sektor pertanian di lahan terbatas. Bahkan pemerintah setempat menyediakan bibit gratis bagi warganya.

Pertanian urban seperti budidaya melon dalam greenhouse di lahan milik Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) menghasilkan buah melon berkualitas unggul.

Penelitian Wijayani dan Widodo dalam Jurnal Ilmu Pertanian (2005) mengungkapkan, buah yang ditanam di greenhouse memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan buah yang ditanam di lahan terbuka.

Pemasaran hasil pertanian melon di MAJT berjalan efektif karena pertaniannya dipadukan dengan wisata petik buah. Melon tidak perlu dijual ke pasar, melainkan pelanggan yang datang dan memetik sendiri di kebun.

Agrowisata Melon MAJT memutus mata rantai tengkulak dan memangkas operasional, seperti biaya memanen dan ongkos kirim. Pada akhirnya, agrowisata mempertemukan produsen buah dengan konsumennya secara langsung.

Menurut Budiarti dalam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol 18, Nomor 3, pengembangan agrowisata salah satu manfaatnya bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Selain di MAJT, sebenarnya terdapat kebun melon lain di Kota Semarang. Salah satu tempat budidaya melon yang dikelola secara profesional dengan teknologi modern adalah Laguna Greenhouse Farming Graha Padma.

Kebun yang berada satu lokasi dengan Perumahan Graha Padma Semarang ini juga menjadi destinasi wisata petik melon hidroponik. Namun, jadwal petik melon hanya dibuka saat masa panen.

Menurut informasi dari padmanews.id, situs Perumahan Graha Padma, Laguna Greenhouse rutin memanen melon setiap 20 hari sekali. Ia memiliki empat rumah tanam. Untuk setiap rumah tanam berukuran 2.500 meter persegi bisa menghasilkan sekitar 6-8 ton melon.

Meskipun begitu, budidaya melon di Kota Semarang masih terbilang sedikit. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang 2019-2022 tidak ada produksi melon di Kota Semarang. Namun, Pemerintah Kota Semarang tampaknya mulai tergiur dengan komoditas ini.

Pada Oktober 2023, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang, menyatakan bahwa kotanya memiliki potensi untuk mengembangkan budidaya melon. Bahkan, ada rencana untuk membuat branding baru.

“Ternyata budidaya melon ini luar biasa, selain durian yang bisa dikonsumsi, melon juga bisa. Jadi kita ingin ‘branding' Semarang sebagai penghasil melon,” kata Kepala Dispertan sebagaimana tertulis pada laman resminya.

Agrowisata Melon Premium di Semarang

Supervisor Agrowisata MAJT, Ragil Panca sedang mengecek kualitas buah di greenhouse di Semarang. tirto.id/Baihaqi Annizar

Baca juga artikel terkait PERTANIAN atau tulisan lainnya dari Baihaqi Annizar

Reporter: Baihaqi Annizar
Penulis: Baihaqi Annizar
Editor: Abdul Aziz