tirto.id - Warna-warni cat di rumah-rumah warga Kampung Pelangi Semarang memang mulai memudar. Namun, permukiman padat penduduk yang hanya berjarak ratusan meter dari Tugu Muda dan Lawang Sewu --ikon wisata Kota Semarang-- ini masih memiliki daya tarik wisata.
Wisatawan dari luar Kota Semarang, Jawa Tengah maupun mancanegara silih berganti mengunjungi Kampung Pelangi, meskipun jumlahnya tidak seramai saat kampung ini baru selesai direvitalisasi.
Pada Selasa (26/9/2023) sore, tampak sejoli memarkirkan sepeda motornya di pinggir jalan dekat pintu masuk Kampung Pelangi. Keduanya berhenti di atas jembatan dan berswafoto dengan latar kampung penuh warna.
“Main-main aja, jalan-jalan sore,” ucap Krisna sambil beranjak menyusuri lorong-lorong sempit perkampungan tersebut.
Jembatan tempat Krisna dan rekannya berdiri merupakan penghubung antara Pasar Kembang Kalisari dengan Kampung Pelangi. Terdapat delapan jembatan penghubung berikut sungai yang mengalir di bawahnya yang telah ditalud rapi.
Selain Krisna, terlihat pula dua wisatawan asing yang tengah berjalan beriringan menuju Kampung Pelangi melalui jembatan berbeda. Salah satu di antaranya memegang ponsel untuk mengabadikan momen di sepanjang perjalanan.
Sesekali mereka membalas senyum warga lokal yang menyapa dengan isyarat. Kemudian berlalu, menaiki tangga berundak menuju puncak Bukit Brintik yang terdapat papan besar bertuliskan “Kampoeng Pelangi.”
Meskipun Kampung Pelangi berada di jantung kota, tetapi wilayahnya berupa perbukitan, sehingga rumah-rumah dibangun tak beraturan menyesuaikan kontur tanah. Sekilas dari jauh, kampung ini terlihat seperti bertumpuk.
Kampung bagian bawah hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Sementara kampung bagian atas tidak bisa dilalui kendaraan.
Di ujung atas kampung terdapat gardu pandang yang bisa untuk melihat lanskap Kampung Pelangi dengan skala yang lebih luas. Termasuk menyuguhkan pemandangan Kota Semarang.
Kampung yang Bertransformasi
Kampung Pelangi berada di RW 3 dan RW 4 Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Dulunya kawasan ini dikenal dengan sebutan Kampung Wonosari atau Kampung Gunung Brintik.
Dalam penelitian Rusman berjudul “Evaluasi Implementasi Kebijakan Kampung Pelangi” menyatakan, Kampung Pelangi awalnya merupakan perkampungan yang berdiri di lahan persiapan pengembangan pemakaman umum Bergota--pemakaman terbesar di Kota Semarang.
Eksistensi permukiman yang mayoritas dihuni masyarakat kelas bawah ini sudah berjalan sejak 1970-an. Lambat laun menjadi permukiman padat penduduk dengan bangunan saling berhimpit yang terkesan kumuh.
Dalam penelitian itu, Rusman yang merupakan akademisi Universitas Islam Sultan Agung Semarang mengungkap, Kampung Gunung Brintik bertransformasi menjadi Kampung Pelangi setelah adanya program kampung tematik yang diinisiasi Pemerintah Kota Semarang.
Upaya penataan Kampung Pelangi dimulai pada April 2017 dengan cara mengecat ratusan rumah dengan warna berbeda. Menurut informasi jatengprov.go.id, penatahan tahap awal Kampung Pelangi menghabiskan dana sekitar Rp3 miliar hasil kerja sama pihak swasta dan swadaya masyarakat.
Pada penataan tahap kedua, Pemerintah Kota Semarang mengucurkan anggaran sekitar Rp16 miliar untuk keperluan pembangunan kawasan parkir, normalisasi drainase, dan pembangunan pedestrian di sepanjang saluran.
Usai direvitalisasi, Kampung Pelangi menjadi destinasi wisata sekaligus ikon baru Kota Semarang. Terdapat berbagai kunjungan resmi ke lokasi ini, termasuk pernah dikunjungi sejumlah Duta Besar Negara Uni Eropa.
Dongkrak Kunjungan Wisatawan
Meski digadang-gadang sebagai tempat wisata jangka panjang, tetapi Kampung Pelangi sempat mengalami stagnasi. Kunjungan wisata perlahan mengalami penurunan seiring dengan memudarnya warna cat. Kunjungan semakin menurun saat pandemi Covid-19 melanda.
Aurilia Triani Aryaningtyas, dkk., dalam “Pengembangan Kawasan Kampung Pelangi Semarang: Persepsi dan Dukungan Masyarakat” menyebutkan, aktivitas ekonomi warga di Kampung Pelangi mulai lesu karena sepi dari kunjungan wisatawan.
Penggerak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Pelangi, Sri Handini menyebut, meskipun jumlah kunjungan tidak seramai awal-awal terbentuknya Kampung Pelangi, tetapi sampai saat ini masih ada wisatawan yang berdatangan.
“Kunjungan wisatawan alhamdulillah masih, bulan kemarin ada wisatawan dari Amerika Serikat. Khusus wisatawan luar negeri dalam dua bulan terakhir jumlahnya sekitar 450 orang,” ujar Handini kepada kontributor Tirto di Semarang, Selasa (26/9/2023).
Data wisatawan yang dihimpun merupakan kunjungan resmi yang biasanya dalam bentuk rombongan. Untuk kunjungan perorangan sulit terpantau mengingat Kampung Pelangi terbuka untuk akses umum dan tidak ada sistem tiket masuk.
Selama ini, Pokdarwis Kampung Pelangi berupaya menggaet wisatawan melalui berbagai program. Sebab, pengecatan ulang Kampung Pelangi tidak bisa dilakukan terus-menerus mengingat keterbatasan dana.
Program Baru: Rekreasi sambil Berkreasi
Baru-baru ini, Pokdarwis menyediakan program paket wisata bahagia Kampung Pelangi. Program ini tidak hanya mendorong pelancong sekadar berekreasi menikmati pemandangan warna-warni, melainkan diajak sambil berkreasi.
Terdapat tiga paket wisata Kampung Pelangi. Pertama, paket wisata pembuatan wingko babat khas Semarang. Kedua, paket wisata pembuatan bunga kertas. Ketiga, paket wisata pembuatan hand bouquette.
Paket wisata edukasi ini dibanderol mulai dari Rp50.000 per paket. “Wisatawan yang berminat tinggal menghubungi Pokdarwis, nanti kami fasilitasi," tutur Handini.
Rumah Ibu Janti merupakan salah satu sentra pembuatan wingko babat Kampung Pelangi. Rumahnya berada di Gang Dua, RT 6 RW 4 Randusari. Saat ini ia sedang memasang papan nama agar usahanya lebih mudah diketahui wisatawan.
Sementara itu, Indah Nur Cahyani merupakan perajin bunga kertas yang beralamat di RT 4 RW 3 Randusari. Rumahnya sudah lama menjadi sentra kerajinan bunga buatan yang biasa menyuplai hasil produksinya ke luar kota hingga luar Pulau Jawa.
Indah mempersilakan wisatawan yang ingin belajar membuat bunga kertas. “Biasanya kalau perorangan enggak saya pungut biaya. Bahkan kalau mau mbawa pulang bunga yang dibuat, ya monggo,” tuturnya.
Handini selaku penggerak Pokdarwis Kampung Pelangi menuturkan, setidaknya sudah ada tiga rombongan yang mengambil paket wisata edukasi Kampung Pelangi.
“Terakhir ada rombongan mahasiswa dari Nias 35 orang, romongan pertukaran pelajar 35 orang, sama rombongan dari Kendal 40 orang, semua ke sini ambil paket wisata yang kami sediakan,” imbuhnya.
Menurut Handini, program tersebut bertujuan mendongkrak jumlah wisatawan sekaligus meningkatkan perekonomian warga sekitar. Di sisi lain, wisatawannya bisa pulang membawa kenangan cum keterampilan baru.
Penulis: Baihaqi Annizar
Editor: Abdul Aziz