tirto.id - Sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2018 dinilai masih memiliki sejumlah kelemahan dan perlu dievaluasi lebih lanjut. Prosedur pemindahan domisili dalam sistem zonasi, misalnya, kerap diakali untuk memperoleh peluang siswa bersekolah di sekolah negeri (favorit) sehingga menutup peluang siswa alih jenjang di zona tersebut.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sebelumnya mengklaim bahwa tujuan diterapkannya sistem zonasi adalah menghapus sekolah favorit. “... Semua [sekolah] harus sama tidak boleh ada yang status favorit kemudian yang lain buangan," tuturnya.
Karenanya, Muhadjir menegaskan penyebaran anak-anak pintar di sekolah-sekolah sangat penting dalam sistem zonasi PPDB ini.
"Anak pintar itu penting di semua sekolah, disamping bisa mengembangkan diri lebih leluasa juga mengatrol teman-temannya yang masih tertinggal secara akademik. Bagus sekali dalam membangun rasa kesetiakawanan," ujar Muhadjir di Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Untuk itu, ia meminta, keberadan anak-anak yang pintar jangan sampai menumpuk di suatu daerah. Begitu juga dengan anak yang berasal dari keluarga mampu dan tidak mampu. Pemisahan yang terjadi selama ini, kata dia, itu yang membuat terjadinya ketimpangan yang luar biasa.
"Seharusnya dengan adanya anak dari keluarga kaya dan miskin, maka bisa saling mengisi dan membantu," jelas Muhadjir seperti dilansir Antara.
PPDB 2018 dengan menggunakan sistem zonasi bertujuan untuk pemerataan kualitas dan mencegah serta menghilangkan praktik yang kurang baik pada sistem penerimaan sebelumnya.
Selain itu, PPDB zonasi juga bertujuan untuk pemetaan anggaran, populasi siswa, serta tenaga pengajar. Kemudian juga sulitnya membuat peta populasi siswa di suatu daerah. Sebab, begitu bebasnya semua siswa bisa pindah termasuk di semua tempat sehingga sulit memetakan.
"Justru sekarang ini dengan sistem zonasi, kami mengetahui ada daerah yang mengalami kelebihan siswa dan ada juga mengalami kekurangan siswa. Melalui peta yang menggunakan sistem zonasi ini, kami akan melakukan beberapa tindakan untuk mengatasi berbagai persoalan pendidikan di daerah itu."
Sementara jika ada permasalahan populasi siswa yang sedikit seperti di Solo, Muhadjir menyarankan untuk melakukan relokasi sekolah dan penggabungan guru. "Ternyata respons guru juga tidak negatif dan mereka juga senang karena sadar perlu pindah dari sekolah sebelumnya," katanya menerangkan.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari