Menuju konten utama

Mendikbud Sebut Belajar 8 Jam akan Untungkan Madrasah

Mendikbud menjelaskan bahwa kebijakan itu adalah implementasi dari program Penguatan Pendidikan Karakter dengan menitik beratkan lima nilai utama, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas.

Mendikbud Sebut Belajar 8 Jam akan Untungkan Madrasah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy . Antara foto/Widodo S. Jusuf.

tirto.id - Penerapan kebijakan delapan jam belajar dengan lima hari sekolah di tahun ajaran 2017/2018 dinilai menguntungkan madrasah diniyah karena semakin banyak waktu siswa untuk belajar.

"Madrasah diniyah justru diuntungkan karena akan tumbuh dijadikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat bersinergi dengan sekolah dalam menguatkan nilai karakter religius," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy di Jakarta, Senin (12/6/2017).

Mendikbud meminta untuk tidak membayangkan siswa akan berada di kelas sepanjang hari melalui pendidikan belajar delapan jam itu.

"Nantinya guru akan mendorong siswa untuk belajar dengan berbagai metode seperti bermain peran dan dari bermacam-macam sumber belajar, bisa dari seniman, petani, ustaz, pendeta. Banyak sumber yang bisa terlibat, tetapi guru harus tetap bertanggung jawab pada aktivitas siswanya," kata dia dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan bahwa kebijakan itu adalah implementasi dari program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan menitik beratkan lima nilai utama, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas. "Peraturan terkait hal tersebut segera diterbitkan dan segera kita sosialisasikan," cetus dia.

Kendati demikian, ia mengatakan bahwa penguatan karakter tersebut tidak berarti siswa akan belajar selama delapan jam di kelas. Namun, siswa akan didorong melakukan aktivitas yang menumbuhkan budi pekerti serta keterampilan abad 21.

Ia mengatakan kegiatannya pun tak hanya di sekolah, namun akan dilakukan di lingkungan seperti surau, masjid, gereja, pura, lapangan sepak bola, museum, taman budaya, sanggar seni, dan tempat-tempat lainnya yang dapat menjadi sumber belajar. "Proporsinya lebih banyak ke pembentukan karakter, sekitar 70 persen dan pengetahuan 30 persen," cetus dia.

Untuk itu, kata dia, kegiatan guru ceramah di kelas harus dikurangi dan digantikan dengan aktivitas positif, termasuk mengikuti madrasah diniyah, bagi siswa Muslim.

Selain itu, guru juga wajib mengetahui dan memastikan di mana dan bagaimana siswanya mengikuti pelajaran agama sebagai bagian dari penguatan nilai relijiusitas dan guru juga wajib memantau siswanya agar terhindar dari pengajaran sesat atau yang mengarah kepada intoleransi.

Baca juga artikel terkait KEMENDIKBUD atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto