Menuju konten utama
Polemik Aturan Toa Masjid

Menag Yaqut Tak Berniat Bandingkan Azan dengan Gonggongan Anjing

Wamenag meminta publik melihat secara utuh pernyataan Gus Yaqut.

Menag Yaqut Tak Berniat Bandingkan Azan dengan Gonggongan Anjing
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (tengah) memberikan penjelasan kepada wartawan usai bertemu Pimpinan KPK di Gedung KPK Merah Putih, Jakarta, Selasa (9/11/2021). ANTARA FOTO/ Reno Esnir/hp.

tirto.id - Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa'adi menilai pernyataan Menag, Yaqut Cholil Quomas yang menyamakan toa masjid dengan gonggongan anjing hanya perumpamaan saja.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengaku telah menyimak pernyataan Gus Yaqut secara utuh. Dia yakin menterinya tak berniat membandingkan suara azan dengan "gonggongan" anjing.

"Apa yang disampaikan oleh Pak Menag hanya ingin memberikan tamsil atau perumpamaan," kata Zainut melalui keterangan tertulisnya, Kamis (24/2/2022).

Menurutnya, pernyataan yang disampaikan Gus Yaqut bertujuan agar bisa lebih mudah ditangkap pemahamannya oleh masyarakat tanpa ada maksud membandingkan satu dengan lainnya.

"Untuk hal tersebut saya mohon masyarakat dapat memahami pernyataan beliau secara utuh, jernih, dan proporsional agar tidak muncul dugaan yang tidak benar," ucapnya.

Plt Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Kemenag, Thobib Al-Asyhar menilai Gus Yaqut sama sekali tidak membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing. Pemberitaan yang mengatakan Menag membandingkan dua hal itu disebut tidak tepat.

"Menag sama sekali tidak membandingkan suara azan dengan suara anjing, tapi Menag sedang mencontohkan tentang pentingnya pengaturan kebisingan pengeras suara," kata Thobib melalui keterangan tertulis, Kamis (24/2/2022).

Menurut Thobib, saat ditanya wartawan tentang Surat Edaran (SE) Nomor 5 Tahun 2022 dalam kunjungan kerjanya di Pekanbaru, Gus Yaqut menjelaskan bahwa toleransi diperlukan dalam kehidupan masyarakat yang plural.

Sehingga, perlu pedoman bersama agar kehidupan harmoni tetap terawat dengan baik, termasuk tentang pengaturan kebisingan pengeras suara apa pun yang bisa membuat tidak nyaman.

"Dalam penjelasan itu, Gus Menteri memberi contoh sederhana, tidak dalam konteks membandingkan satu dengan lainnya, makanya beliau menyebut kata misal. Yang dimaksud Gus Yaqut adalah misalkan umat Muslim tinggal sebagai minoritas di kawasan tertentu, di mana masyarakatnya banyak memelihara anjing, pasti akan terganggu jika tidak ada toleransi dari tetangga yang memelihara," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait ATURAN TOA MASJID atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Fahreza Rizky