Menuju konten utama

Melihat dari Dekat Jeruji Besi Tahanan KPK Perampok Uang Rakyat

KPK mengajak wartawan untuk melihat-lihat rutan setelah upaya pembaruan tata kelola. Seperti apa? simak selengkapnya.

Melihat dari Dekat Jeruji Besi Tahanan KPK Perampok Uang Rakyat
Rumah tahanan Merah Putih KPK, Jakarta Selatan. (FOTO/Dok. Hum KPK)

tirto.id - "Tolong semua handphone dimasukkan ke loker," ujar petugas Rutan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) K4 kepada puluhan jurnalis yang datang, Kamis (10/10/2024) kemarin. Meski datang sebagai tamu undangan, petugas tak membedakan SOP ketika para juru warta masuk ke tempat tahanan para koruptor itu.

Usai menaruh gawai dan kamera, kami, melewati tahap body chek, rinci, tak terlewat satu pun bagian tubuh diperiksa oleh petugas. Pemeriksaan itu dilakukan dua kali, satu di depan sebelum masuk rutan, satu lagi di dekat tempat besuk.

Setelah petugas merasa cukup, para pewarta dianggap aman, dan bisa mulai berkeliling memasuki bilik tahanan yang masih terlihat mewah dibandingkan tempat tahanan maling motor yang sering ditayangkan di TV.

Masuk dalam ruang yang disebut portir, tempat pemeriksaan kedua barang kiriman keluarga tahanan, setelah di cek di pintu masuk. Petugas akan membongkar semua barang dan makanan sebelum diberikan pada tahanan rompi oren.

Di portir lumayan gelap, panas, berjejer juga petugas yang tak banyak melemparkan senyum. Portir itu juga jadi gerbang masuk awal keluarga atau penasihat hukum yang ingin berkunjung.

Kami, digiring dalam ruang terbuka, tempat tahanan biasa main pingpong dan senam bersama. Kata Togi, Kepala Rutan, tahanan dapat waktu 90 menit pagi dan sore untuk sekedar berolahraga dan menjemur badan.

Olahraga pingpong jadi favorit, tapi Togi bilang, banyak juga tahanan yang tak pakai waktu olahraga untuk keluar dan merasakan udara yang tak didapat dalam sel. Entah mereka tak ingin bercengkerama dengan sesama koruptor, atau hanya sekedar ingin merenung.

Dari ruang terbuka tersebut, terlihat sebuah tembok tinggi yang sepertinya sulit dipanjat, sekiranya para tahanan ingin kabur, pasti tak bisa naik ke tembok itu.

Rumah Tahanan KPK

Rumah tahanan Merah Putih KPK, Jakarta Selatan. (FOTO/Dok. Hum KPK)

Tembok yang tingginya kurang lebih 7 meter itu, kelihatannya licin, otak macam koruptor di sana, pastinya tak akan pilih jalan itu untuk bebas.

Masuk ke ruangan yang pintunya di samping papan pingpong, Togi memamerkan, barang-barang yang disiapkan untuk tahanan, seperti baju tahanan, detergen, gelas, piring, ember dan gayung.

Ada kotak kontainer bening dengan tutup warna hijau, untuk keluarga kumpulkan kiriman makanan dan barang. Togi bilang, barang yang dikirim keluarga tak langsung diberikan pada tahanan, tapi dibawa masuk lewat jalur lain.

Di ruangan di mana Togi memamerkan barang-barang yang dipakai para koruptor itu, ada 2 pintu coklat yang saling berdampingan. Pintu sebelah kanan isinya ruangan pendaftaran. Para tahanan baru akan masuk dalam ruangan sekira 3x4 meter itu untuk difoto, dan diukur tingginya.

Di dindingnya, ada nama-nama tahanan berjumlah 38 orang, terlihat ada nama Amad Solhan, tahanan yang baru saja masuk rutan beberapa hari lalu. Dia, Kepala Dinas PUPR Kalimantan Selatan, yang tersandung kasus korupsi proyek Rp54 miliar.

Ada petugas di dalamnya, dia memberikan senyum pada wartawan yang rebutan ingin lihat situasinya. Ruangannya dingin, jauh berbeda dengan ruang tempat pameran barang-barang tahanan tadi.

Pintu satunya lagi, tempat tahanan sakit diperiksa, tak terlihat ada dokter di sana. Kata Togi, dokter akan datang jika dibutuhkan, atau akan beri rujukan bagi koruptor yang punya sakit parah.

Di dalamnya ada meja untuk dokter, bangsal, dan alat-alat kesehatan sederhana, kami juga hanya mengintip sedikit. Itu ruangan yang paling sebentar dikunjungi.

Rumah Tahanan KPK

Rumah tahanan Merah Putih KPK, Jakarta Selatan. (FOTO/Dok. Hum KPK)

Jalan ke depan sedikit membuka pintu arah barat ruang registrasi, belok ke kiri, dan ke kiri lagi, ada ruang terbuka lagi. Tempat itu, tempat tahanan menjemur baju dengan pemandangan kolam ikan berair keruh, beberapa ikan berenang-renang.

Lokasi itu juga jadi tempat tahanan olahraga selain tempat main pingpong tadi. Suara gemercik air dari kolam ikan juga menemani ruang terbuka itu. Tak ada satu pun baju yang sedang dijemur, hanya ada beberapa tanaman dalam pot yang ditaruh disisi-sisi tembok.

Masuk lagi ke pintu yang sama, belok kanan, kami kembali ke ruang pameran barang tadi. Kami lalu lurus memasuki lorong menuju sel tahanan. Saat berjalan ke arah jeruji besi ada tempelan di dinding sebelah kanan, tulisannya, menu makanan tahanan.

Mereka, dapat makan daging sapi setiap 10 hari sekali. Sisanya, mereka makan telur, ayam, ikan ditemani lauk yang terbaca nikmat. Tercatat, petugas juga siapkan takjil khusus bulan Ramadan.

Jalan sedikit, kami, diperlihatkan sebuah pintu, dengan tulisan 'Tahanan Perempuan'. Kata Togi, isinya cuma dua orang. Mengintip dari pintu yang terhalang besi, terlihat lorong panjang dengan beberapa pintu.

"Nggak boleh masuk mas?" kata salah satu wartawan. Kata Togi, sesuai aturan, wartawan tak dipersilakan masuk.

Bergeser ke sebelahnya, masih di lorong yang sama, ada sel tahanan laki-laki, ini lah lokasi paling lama kami datangi. Karena tak diizinkan masuk, ini jadi tempat paling bikin penasaran.

Togi bilang, di dalam sel itu, para tahanan sedang tidur dan sebagian lagi sedang mendapat kunjungan dari kuasa hukumnya.

Dalam sel itu, ada 6 kamar biasa yang diisi 3 hingga 4 orang setiap kamar. Masing-masing kamar punya kamar mandi yang terbuka, hanya ada penghalang sebatas pinggang, tanpa shower, dan peralatan yang proper. Serunya membayangkan para koruptor yang biasanya bergelimang harta, tapi harus mandi dengan tidak tenang di rutan. Mungkin, kali pertamanya mereka melihat gayung.

Di dalamnya, ada kasur-kasur berjejer, tak ada AC, hanya ada satu kipas angin dinding di setiap kamar biasa. Ini yang akan membantu hilangkan hawa panas dalam rutan. Ada juga 3 kamar isolasi, yang dipakai untuk tahanan baru dan tahanan yang melanggar aturan.

"Gelap nggak mas, ruang isolasi?," tanya wartawan.

"Terang mas, terang kok, bedanya cuma terpisah dari tahanan lain aja," tegas Togi.

Togi, pasti paham maksud pertanyaan wartawan. Sebab, di sidang kasus pungli rutan KPK, sempat ada saksi yang bilang, saat jadi tahanan, dikurung dalam ruang isolasi, gelap, dan menyeramkan.

Tapi hal itu terjadi, sebelum masa jabatan Togi, puluhan petugas rutan yang sebelumnya ikut praktik pungli juga sudah tak ada lagi di rutan, katanya. Makanya, KPK ajak wartawan untuk melihat-lihat rutan setelah upaya pembaruan tata kelola.

Masih soal ruang isolasi, isinya, ada satu dipan dengan kasur tipis, dan satu kloset duduk, jadi satu, dalam satu ruangan. Tahanan baru, atau tahanan yang melanggar aturan akan diisolasi selama 4 hari.

Kembali ke apa saja yang ada dalam sel, kamar mandinya, bukan hanya di dalam masing-masing kamar saja. Tetapi ada juga kamar mandi bersama di dekat ruang bersama yang cukup luas, untuk makan bersama, dan nonton TV.

Rumah Tahanan KPK

Rumah tahanan Merah Putih KPK, Jakarta Selatan. (FOTO/Dok. Hum KPK)

Togi memang menyiapkan TV, untuk para koruptor menghilangkan penat. Bisa saja mereka menonton beritanya sendiri, yang ditayangkan. Berita-berita korupsi dengan wajah mereka yang kerap tundukkan kepala sambil dikejar awak media.

Di depan pintu sel, ada meja penjaga, dengan beberapa gantungan kunci sel. Katanya, setiap dua jam sekali, penjaga akan masuk dalam sel untuk memeriksa tahanan.

Keluar dari lorong sel tahanan, ke arah kanan, wartawan juga roomtour ke tempat tahanan biasa dibesuk oleh keluarga dan kuasa hukumnya.

Ruangnya lebar, banyak bangku-bangku panjang tempat duduk-duduk sambil ngobrol. Waktu besuk, selama dua jam, atau bisa ngobrol sama keluarga lewat zoom selama 40 menit.

Saat sedang duduk di ruang besuk yang dingin itu, terasa nyaman, mungkin karena bisa ngadem setelah keliling di lorong yang cukup panas. Sambil duduk di bangku tempat biasa tahanan melakukan zoom dengan keluarga atau pengacaranya, Togi bercerita.

Sambil bersemangat dan sedikit mengelap keringatnya, Togi bilang, dia pernah diancam karena hanya berikan waktu zoom selama 40 menit, padahal si tahanan meminta waktu yang sama yaitu 2 jam. Padahal kata Togi, 2 jam itu bukan waktu besuk masing-masing tahanan, tapi 2 jam total waktu besuk. Laptopnya harus gantian.

Dia diancam akan dituntut ke pengadilan karena tak memberi waktu tersebut. Tapi, Togi merasa tetap tenang karena telah menjalani tugas sesuai aturan. Dia juga bilang, masing-masing tahanan hanya boleh dibesuk oleh maksimal 3 orang keluarga. Kalau lebih, mereka harus gantian.

Togi juga cerita, banyak keluarga tahanan yang rewel, dan sulit untuk diusir saat waktu jam besuk habis. Makanya, kata dia, sekarang sudah tak pakai ruangan kecil lagi untuk masing-masing tahanan yang dibesuk. Tapi, mereka dibiarkan mengobrol di ruang terbuka, agar mudah mengingatkan habisnya waktu jam besuk.

Rumah Tahanan KPK

Rumah tahanan Merah Putih KPK, Jakarta Selatan. (FOTO/Dok. Hum KPK)

Saat sedang mendengarkan Togi yang asyik bercerita, ada satu tahanan yang pakai seragam oren, mengintip ke arah kami dari tangga, dia kaget melihat orang ramai ruang besuk. Ternyata, dia dari lantai 2, tempat juga digunakan untuk besuk.

Ternyata hari itu merupakan jadwal besuk pengacaranya. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 15.56. "Nah ini, sedikit lagi waktu berkunjungnya habis, nanti kita lihat gimana petugas mengingatkan waktu pada para pengunjung," kata Togi.

4 menit kemudian, tepat pukul 16.00, di mana jam besuk yang telah dimulai pada 14.00 itu habis, seorang petugas berjalan ke lantai 2, menaiki tangga yang tadi sempat ada tahanan mengintip.

Tak berselang lama, sejumlah tahanan turun bersama para pengacaranya, mereka terlihat belum puas mengobrol. Tapi karena waktu habis, mereka harus berpisah. Para pengacara berjalan ke arah luar, tempat awal wartawan di body chek tahap dua. Itu memang pintu jalur masuk tadi bagi para jurnalis.

Ada sekitar empat tahanan yang turun, ada Yulianti, tersangka kasus korupsi yang sama dengan Ahmad Solhan. Dia kelihatannya suka warna pink, sebab, sejak awal dibawa ke Gedung KPK karena terjaring OTT, saat pengumuman penetapan tersangka, hingga saat bertemu di rutan, Yulianti selalu pakai jilbab pink.

Yulianti berjalan melewati wartawan sambil menutup wajahnya menggunakan map yang dibawa, dia langsung berjalan bersama tiga tahanan lain, masuk ke dalam pintu arah lorong sel.

Pertanyaan terakhir dari wartawan, "Mereka (tahanan) boleh ngerokok nggak sih mas?" tanya wartawan.

"Boleh, tapi di waktu olahraga, dan koreknya mereka nggak boleh bawa sendiri, kita yang pinjemin," jawab Togi sambil melirik ke petugas yang berdiri di depan pintu, petugas itu mengangguk seraya tersenyum, membenarkan omongan Togi.

Baca juga artikel terkait KPK atau tulisan lainnya dari Auliya Umayna Andani

tirto.id - News
Reporter: Auliya Umayna Andani
Penulis: Auliya Umayna Andani
Editor: Anggun P Situmorang