tirto.id - Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri mengingatkan pemilu termasuk pilkada sering dijadikan alat untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Menurut Mega, pemilu atau pun pilkada merupakan cerminan peradaban bangsa, sehingga rakyat tak boleh diintervensi ketika menggunakan hak pilihnya ketika mencoblos.
"Pilkada cermin peradaban bangsa. Dalam pilkada ini, saya selalu menyerukan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan, vox populi vox dei. Ungkapan bijak ini menegaskan, betapa berbahayanya sekiranya pemilu hanya dijadikan alat kekuasaan," kata Megawati dalam keterangannya, Kamis (28/11/2024).
Megawati berkata Indonesia merdeka mengandung semangat pembebasan dari berbagai bentuk penjajahan.
Dengan merdeka, kata dia, rakyat Indonesia memiliki kedaulatan untuk berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapatnya secara bebas sesuai hati nuraninya.
Ia menyebut amanat itu dijalankannya pada saat Pilpres 2004 yang dikenal sebagai pemilu yang paling demokratis tanpa campur tangan kekuasaan.
"Pada 2004, selaku Presiden Republik Indonesia, saya menyelenggarakan pemilu secara langsung yang pertama. Dalam pemilu itu rakyat sungguh berdaulat, lalu mengapa kedaulatan rakyat itu kini dimanipulasi hanya karena kekuasaan?" kata Megawati bertanya-tanya.
Ia khawatir kedaulatan rakyat terus dimanipulasi kekuasaan akan terjadi secara terus-menerus. Ibunda Ketua DPR RI, Puan Maharani, itu lantas bertanya hak dan keadilan dan kedaulatan seluruh rakyat Indonesia.
Menurut Megawati, demokrasi kini terancam mati akibat kekuatan yang menghalalkan segala cara. Kekuatan ini, jelas dia, mampu menggunakan sumber daya dan alat-alat negara.
"Hal ini tampak di beberapa wilayah yang saya amati terus menerus seperti Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, hingga Sulawesi Utara dan berbagai provinsi lainnya," tutur Megawati.
Di Pilkada Jawa Tengah, kata Megawati, dirinya mendapatkan laporan bahwa masifnya penggunaan penjabat kepala daerah, hingga mutasi aparatur kepolisian demi tujuan politik elektoral. Megawati menegaskan hal itu tidak boleh dibiarkan lagi, mengingat Mahkamah Konstitusi telah mengambil keputusan penting bahwa aparatur negara yang tidak netral, bisa dipidanakan.
Ia mengaku mengenal baik Jawa Tengah dengan baik. Sebab, Megawati terpilih sebagai anggota DPR RI selama tiga kali. Ketua Umum PDIP itu mengatakan Jawa Tengah bukan hanya kandang banteng, tetapi menjadi tempat persemaian gagasan nasionalisme dan patriotisme.
"Saya melihat energi pergerakan rakyat, simpatisan, dan kader yang militan dan seharusnya tidak akan terkalahkan jika pilkada dilakukan secara fair, jujur, dan berkeadilan," kata Megawati.
Namun, jelas dia, dalam situasi ketika segala sesuatu bisa dimobilisasi oleh kekuasaan, yang terjadi adalah pembungkaman. Megawati menegaskan yang terjadi saat ini sudah diluar batas-batas kepatutan etika, moral, dan hati nurani.
Oleh karena itu, Megawati meminta seluruh simpatisan, anggota dan kader PDIP serta seluruh rakyat Indonesia, tak pernah takut untuk menyuarakan kebenaran. PDIP, tambah dia, tidak akan pernah lelah berjuang bagi keadilan dan melawan berbagai bentuk intimidasi kekuasaan.
"Ingat, bahwa pilkada seharusnya mencerminkan peningkatan peradaban, etika, moral, hari nurani harus jelas tergambarkan," kata Megawati.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Bayu Septianto