Menuju konten utama

MANJA Rilis "Goliath Falling", dari Bali demi Bumi

Singel ini akan resmi dirilis pada Jumat 10 Oktober 2025 via Alarm Record, label rekaman pertama di Indonesia yang berorientasi pada isu iklim.

MANJA Rilis
Single artwork "Goliath Falling" dari band asal Bali, MANJA. Foto/ MANJA

tirto.id -

Setelah merilis debut album Between Borders pada Juni 2025 lalu, trio alternative pop-rock asal Denpasar, Bali, MANJA kembali dengan karya terbaru berjudul “Goliath Falling”. Singel ini akan resmi dirilis pada Jumat 10 Oktober 2025 di bawah bendera Alarm Record, label rekaman pertama di Indonesia yang berorientasi pada isu iklim.

Langkah Kecil yang Menggulingkan Raksasa

“Goliath Falling” mengambil inspirasi dari simbol klasik Daud dan Goliat, kisah si kecil tetap bisa mengalahkan si besar. Melalui lagu ini, MANJA menegaskan bahwa perubahan besar bisa dimulai bahkan dari langkah kecil yang berani.

Vokalis dan penulis lirik James Sukadana menjelaskan, lagu ini terinspirasi dari dua kisah perjuangan si kecil. Yaitu, perjuangan Mama Aleta dan rakyat Molo di Timor Tengah Selatan yang menolak penambangan batu di wilayah adat mereka. Serta kisah Pak Harun, seorang sopir truk yang setelah ikut menjadi salah seorang kru produksi di film Pulau Plastik memutuskan untuk berhenti menjadi sopir dan kini aktif menanam ribuan pohon demi memulihkan lingkungan.

“Di verse pertama, saya bercerita tentang perempuan Molo yang menolak penambangan granit dengan senyum di wajahnya, weaving smile. Sementara di verse kedua, kisah Pak Harun menjadi simbol dari tangan-tangan kecil yang berani mengambil kembali apa yang dirampas,” ujar James.

"Selain itu, lirik ini juga sangat terinspirasi oleh teori 3,5 persen dari Erica Chenoweth,” catat vokalis blasteran Australia-Bali itu. Teori itu, lanjutnya, menyebutkan bahwa perubahan sosial selalu mungkin terjadi jika 3,5% populasi bergerak secara aktif dan berkelanjutan, tanpa perlu kekerasan.

Lewat seruan “we’re tiny but we’re mighty”, MANJA mengajak pendengar untuk percaya bahwa kekuatan besar bisa lahir dari komunitas kecil yang solid.

Berasal dari Bali, MANJA adalah trio alternative pop-rock yang beranggotakan Mark Saputra (keyboard), Nick Pratama (gitar), dan James Sukadana. Identitas, jati diri dan pola pikir mereka terbentuk di tengah persimpangan budaya, Barat dan Timur. Kakak beradik Nick dan Mark memiliki ayah Belgia dan ibu asli Sukabumi. Sementara James lahir dari rahim ibu asal Australia dan ayah asli Bali.

Sejak kecil mereka dibesarkan di tengah budaya Bali yang walaupun sangat kental tradisi namun juga kosmopolit. Itu semua otomatis juga membentuk musik mereka. Semua terdengar jelas di album debut MANJA, Between Borders, yang sudah tersedia di berbagai platform musik digital.

Nada Positif untuk Gerakan Iklim

“Goliath Falling” lahir saat MANJA mengikuti rangkaian lokakarya IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) yang digelar di Ubud, Bali, Juni 2025 lalu. Para musisi yang terlibat di sana memang mendalami isu iklim, mengeksplorasi keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, dan menerjemahkannya ke dalam karya musik.

Selain sebagai lagu penyemangat perlawanan demi Bumi, “Goliath Falling” juga bisa disebut sebagai bentuk harapan. Energi positifnya akan menggema secara live dalam IKLIM Fest, festival musik dan seni yang merayakan peluncuran sonic/panic Vol. 3. Festival ini adalah ruang bersama bagi musisi dan publik untuk merayakan seni yang berpihak pada Bumi dan kehidupan.

Singel “Goliath Falling” bisa didengar di semua layanan streaming mulai 10 Oktober 2025.

Baca juga artikel terkait BAND atau tulisan lainnya dari Siaran Pers

Penulis: Siaran Pers
Editor: Siaran Pers