tirto.id - Makna lirik lagu "Si Paling Mahir" yang dinyanyikan Raisa sebenarnya menceritakan kisah yang bagaimana? Apakah lagu yang terserak sebagai track ke-8 dalam album AmbiVert (2025) tersebut mengisahkan aku lirik sebagai sosok yang selalu berusaha tegar, walaupun dirinya lelah dan ingin berhenti?
Lagu "Si Paling Mahir" diciptakan Raisa dengan kolaborasi bersama Lafa Pratomo Setio Windarko, Haris Pranowo. Seperti karya-karya sebelumnya, dalam lagu berdurasi 4 menit dan 15 detik ini, Raisa memadukan lirik yang reflektif dengan vokal yang lembut namun kuat. Ini menghadirkan emosi yang autentik dan dekat dengan realitas yang dialami banyak orang.
Video musik lagu ini sudah dirilis pada 23 Oktober 2024. Dengan demikian, hari ini hampir tepat setahun sejak rilis video yang digarap oleh TIM Collaborate dengan sutradara IKhsan Rekayasa. Sampai Rabu (22/10) sore hari pukul 16.30 WIB, video musik ini sudah ditonton sebanyak 2,3 juta kali dengan komentar baru yang cukup masif sejak kabar terbaru seputar Raisa.
Lirik Lagu "Si Paling Mahir" Raisa
Berikut ini lirik lagu "Si Paling Mahir" yang ada di dalam album AmbiVert, album kelima Raisa.
Usahaku buatmu nyaman
Jadi tempat berlabuh yang aman
Tiap kecewa yang kurasakan
Hanya bisa kujadikan pelajaran
Harus meredam semua amarah
Terus abaikan segala gundah
Jangan sampai terucap lelah
Walau kadang ingin ku menyerah
Adakah berharga
Akankah bahagia
Kalau bukan aku, siapa yang bisa
Membuat yang sulit terlihat mudah
Kalau bukan aku, siapa yang mau
Membuat yang berat terlihat ringan dengan indah
Aku Si Paling Mahir
Terlihat baik-baik saja
Apalah gunanya tangisan
Bila tak ada yang jadi ringan
Aku pembuat keputusan
Ingin aku berganti peranan, tapi...
Kalau bukan aku, siapa yang bisa
Membuat yang sulit terlihat mudah
Kalau bukan aku, siapa yang mau
Membuat yang berat terlihat ringan dengan indah
Aku Si Paling Mahir
Terlihat baik-baik saja
Baik saja, ku baik saja
Aku Si Paling Mahir
Terlihat baik-baik saja
Makna Lirik “Si Paling Mahir” Raisa Menceritakan tentang Apa?
Sebagai gambaran besar, lirik "Si Paling Mahir" menggambarkan seseorang (aku lirik) yang selalu berusaha kuat, selalu tampak baik-baik saja di mata orang lain. Padahal, di dalam dirinya, aku lirik menyimpan kelelahan sekaligus ingin untuk berhenti sejenak. Lagu ini jadi refleksi emosional bagi pendengar, yang kerap merasa harus selalu tegar, meskipun sedang rapuh, atau bahkan hancur.
Di bagian pembuka, "Usahaku buatmu nyaman/ Jadi tempat berlabuh yang aman” langsung memperkenalkan karakter aku lirik yang selalu mau berkorban untuk kekasihnya. Ia rela menjadi sandaran bagi sang kekasih.
Bukan berarti aku lirik adalah sosok yang benar-benar baja atau tidak bisa mengeluarkan air mata. Namun, ia seperti tidak memiliki opsi lain kecuali tetap tegar, karena “Tiap kecewa yang kurasakan/Hanya bisa kujadikan pelajaran”.
Pilihan baris yang demikian memang klop dengan kehidupan banyak orang. Seringkali orang yang terlihat paling kuat, atau dalam konteks ini "Si Paling Mahir", sebenarnya tidak benar-benar kuat atau tanpa cela. Namun, ia sudah terlalu terbiasa menggunakan topeng, atau menutupi semua rasa lelah dan kecewa dengan wajah tenang dan sikap yang tampak tangguh.
Salah satu bagian paling kuat dalam lagu ini “Si Paling Mahir” adalah “Kalau bukan aku, siapa yang bisa/Membuat yang sulit terlihat mudah" yang diikuti "Kalau bukan aku, siapa yang mau/Membuat yang berat terlihat ringan dengan indah”.
Dalam baris-baris tersebut, aku lirik tampak menyimpan beban psikologis dari peran "penolong" abadi dalam hubungan. Aku lirik mengakui ingin berhenti, ingin berganti peran sebagai orang yang ditolong, bukan cuma yang menolong. Namun, di sisi lain, ia juga sadar, dirinya harus tetap kuat atau menjaga keseimbangan, agar segalanya tidak berantakan.
Dari sudut pandang lain, "Si Paling Mahir" dengan apik menangkap masalah utama yang sering dihadapi oleh seseorang dalam hubungan jangka panjang, terutama dengan kekasih. Lagu ini mengingatkan kepada siapa pun untuk tidak apa-apa untuk mengaku sedang tidak baik-baik saja.
"Si Paling Mahir" adalah lagu yang ideal didengar dan dinikmati oleh mereka yang selalu dianggap kuat, padahal hanya ingin didengar.
Editor: Iswara N Raditya
Masuk tirto.id

































