tirto.id - Uji coba program makan bergizi gratis (MBG) dilakukan wakil presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, mendapatkan kritikan dari berbagai pihak. Pasalnya, program MBG dilakukan di tiga sekolah dasar negeri di Surakarta, Jawa Tengah itu menggunakan kemasan makanan berbahan plastik.
Dalam foto yang beredar, program makan bergizi gratis itu menggunakan kemasan mika plastik dengan tutup transparan dan bagian bawah berwarna hitam. Kemasan itu, diisi dengan nasi putih beserta sendok, dua lauk berupa ayam, sayur dan buah. Tidak hanya makanan, anak-anak juga dapat susu putih berukuran kira-kira 200 ml.
Periset Center of Reform on Economic (CORE), Eliza Mardian, menilai penggunaan kemasan plastik sekali pakai di program makan gratis menimbulkan dampak negatif berupa penambahan sampah plastik.
Ini juga sejalan dengan berbagai penelitian yang mengungkapkan bahwa penggunaan plastik dan limbah plastik kian meningkat setiap tahunnya.
Bahkan, kata Eliza ada riset yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Dibandingkan dengan jenis sampah lainnya, proses penguraian sampah plastik memakan proses yang jauh lebih lama karena memerlukan bantuan radiasi sinar UV. Bahkan, penguraian sampah plastik bisa memakan waktu hingga 20–500 tahun lamanya.
Bila tidak terurai dengan benar, proses penguraian plastik justru menghasilkan partikel kecil atau mikroplastik, senyawa kimia, dan logam berat yang lebih berbahaya dan beracun. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk menekan dampak sampah plastik yang dapat terjadi.
“Apalagi ini bukan program nasional. Ini dapat meningkatkan biaya sosial dan lingkungan jangka panjang yang harus ditanggung masyarakat, seperti polusi, kerusakan ekosistem, dan biaya pengelolaan sampah,” tutur Eliza kepada Tirto, Senin (29/7/2024).
Manajer Kampanye Polusi dan Urban Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Abdul Ghofar, menambahkan penggunaan kemasan plastik dalam program makan bergizi gratis akan menjadi ancaman baru bagi lingkungan hidup.
Sebab, plastik sendiri merupakan salah satu sampah terbesar di Indonesia selain sisa makanan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sendiri memproyeksikan timbulan sampah plastik di Indonesia terus meningkat dalam hampir sedekade terakhir. Pada 2017, misalnya, proyeksi timbulan sampah plastik nasional mencapai 9,2 juta ton. Jumlah itu setara 13,98 persen dari total volume timbulan sampah RI.
Timbunan sampah plastik di dalam negeri diproyeksikan terus bertambah selama 2017 hingga 2025 mendatang. Pada tahun depan diproyeksikan mencapai 9,9 juta ton, juga setara 13,98 persen dari total volume timbulan sampah periode tersebut.
"Ini akan menjadi ancaman baru bagi lingkungan hidup," kata Ghofar saat dihubungi Tirto, Senin (29/7/2024).
Ghofar mengatakan, bila program ini tidak dikelola dengan baik akan menjadi kombinasi yang dapat meningkatkan komposisi dua jenis sampah terbesar. Sampah terbesar pertama adalah sampah sisa makanan (40,5 persen), kemudian plastik yang angkanya mencapai 19,2 persen.
"Jadi, program ini dengan kemasan plastik punya dampak tinggi terhadap lingkungan," ucap Abdul.
Walhi, sejak awal sudah mengkritisi program unggulan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto-Gibran itu. Sebab, program itu dinilai mengancam lingkungan karena sampah sisa makanan menghasilkan metana yang berdampak pada krisis lingkungan, sedangkan plastik sangat sulit diurai dan berdampak ke tubuh manusia.
"Kami melihat ini masalah baru," tutur Abdul.
Ghofar kemudian menyinggung Gibran perihal penggunaan botol plastik saat momen debat cawapres. Saat itu, Gibran menyindir cawapres Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dengan mempertanyakan komitmen Ketua Umum PKB itu soal lingkungan hidup karena menggunakan botol plastik saat debat.
Gibran mencontohkan dirinya dan pasangan lain tidak menggunakan botol plastik saat debat. Saat itu, putra sulung Presiden Jokowi itu terkesan paling pro terhadap lingkungan, tetapi kini lupa dengan komitmennya.
"Gibran perlu me-refer kembali proses yang dia lakukan saat debat cawapres yang mengatakan isu lingkungan itu penting," tutup dia.
Dampak Penggunaan Kemasan Plastik Bagi Kesehatan
Di luar dari dampak masalah lingkungan, Dokter Ahli Gizi, Tan Shot Yen, menilai penggunaan kemasan plastik untuk makanan berdampak negatif pada kesehatan tubuh manusia.
Salah satunya risiko akan zat kimia yang terkandung dalam plastik, yakni Bisphenol A atau kerap dikenal dengan singkatan BPA.
"Wadah plastik juga perlu dipikirkan risiko BPA free tidak, apalagi jika makanan dikemas dalam kondisi masih panas," ujar Tan Shot Yen kepada Tirto, Senin (29/7/2024).
Berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalam sampah plastik juga bisa menimbulkan beragam masalah kesehatan, seperti kanker. Sebab berbagai senyawa kimia beracun yang berasal dari plastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara, makanan, dan minuman yang terkontaminasi limbah plastik.
Limbah plastik ini bisa menghasilkan zat karsinogenik yang dapat memicu kanker, seperti kanker paru-paru, kanker payudara, kanker prostat, dan kanker testis.
Selain itu, berisiko juga terhadap kerusakan organ. Paparan logam berat dan mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan kulit dan memicu berbagai gangguan pada tubuh, seperti gangguan saraf, masalah pencernaan, gangguan pernapasan, dan gangguan kelenjar endokrin, misalnya penyakit tiroid.
Selain itu, beberapa zat beracun dari limbah plastik atau olahan sampah plastik juga bisa menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan hati.
“Jadi program yang baik tidak boleh menyisakan masalah bagi program lain yang juga sama baiknya,” ujar Tan.
Perlu Atur Manajemen Sampah
Untuk meminimalisir penggunaan kemasan plastik dan risiko terhadap kesehatan, maka perlu direncanakan secara matang bagaimana manajemen sampahnya.
Misalnya, kata Eliza Mardian, bisa dengan menciptakan sistem pos pengumpulan sampah dan pemilahan sampah di setiap sekolah tempat makan bergizi gratis.
Dalam program makan siang gratis, lanjut Eliza, seharusnya anak-anak bisa sekalian diajarkan bagaimana cara memilah sampah sekaligus juga mengurangi sampah yang bisa menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA).
Pemisahan sampah organik dan anorganik ini bisa bermanfaat untuk memudahkan pembuatan pupuk kompos dari sisa makanan yang dapat digunakan oleh sekolah atau ibu PKK yang menanam di pekarangan.
“Selain itu, perlunya insentif untuk mendorong inovasi untuk mencari alternatif kemasan yang lebih ramah lingkungan. Ini bisa membuka peluang bisnis baru dan menciptakan lapangan kerja di sektor ekonomi hijau,” ujar Eliza.
Menurut Eliza, pemerintah Prabowo-Gibran nantinya bisa belajar dari Meksiko yang berhasil mengolah limbah alpukat menjadi kemasan makanan, sendok dan sedotan. Indonesia pun, sebenarnya banyak sekali berlimpah limbah-limbah dari tanaman, namun sayangnya belum dimanfaatkan.
“Pemerintah harus mendorong industri untuk bermitra dengan perguruan tinggi dalam menciptakan inovasi dalam kemasan yang ramah lingkungan,” ujar dia.
Respons Gibran
Wakil presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, mengaku tengah mencoba berbagai skema untuk memastikan program makan bergizi gratis yang menyasar anak-anak sekolah berjalan sukses. Termasuk penggunaan kemasan plastik untuk makanan para siswa.
"Ini kan masih uji coba, akan kami coba skema lain," katanya saat meninjau uji coba makan bergizi gratis di Solo, Jawa Tengah.
Gibran belasan tujuan penggunaan kemasan plastik dalam program MBG agar mudah dibawa pulang ketika makanan tidak habis. Namun, ia mengaku terbuka jika ada masukan soal pemakaian kemasan yang bisa digunakan berulang kali, seperti piring dan stray dari stainless.
"Nanti kami tindak lanjuti lagi, yang jelas kemarin pertimbangan kalau tidak habis dibawa pulang, tetapi kalau sekiranya menimbulkan dampak negatif karena kemasan plastik akan kami uji coba dengan piring atau stray stainless," katanya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto