tirto.id - Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menyayangkan banyaknya gangguan yang terjadi pada LRT Jabodebek akhir-akhir ini. Ia pun meminta pihak LRT untuk memberikan sebuah kompensasi berupa penerapan tarif termurah.
"Dalam kondisi pelayanan sarana menurun, saya menyarankan untuk mengenakan tarif yang termurah dulu untuk pelanggan sebagai kompensasi waktu tunggu yang relatif lama dan frekuensi perjalanan yang berkurang, misalnya kembali ke tarif tetap Rp5.000 seperti sebelumnya," kata Aditya saat dihubungi Tirto, Jakarta, Kamis (2/11/2023).
Selain kompensasi, Aditya juga mendorong operator maupun pemerintah untuk segera mempercepat pemulihan operasional LRT dengan mempercepat proses penyelesaian gangguan yang terjadi dalam hal keausan roda.
Aditya juga memberikan dua saran yang bisa dilakukan LRT saat ini untuk kembali memperbaiki serta memulihkan kondisi LRT saat ini setelah mengalami gangguan. Pertama, Aditya menyebut LRT perlu mempercepat proses bubut roda, kemudian kedua LRT perlu memastikan bahwa pembelian roda2 baru untuk cadangan sudah memenuhi kualitas standar yang ditetapkan.
Ketiga, LRT perlu mempertimbangkan untuk menata ulang lebar lengkung jalur rel untuk mengurangi tingkat keausan roda. Keempat LRT harus meningkatkan kapasitas bubut dengan menambah jumlah mesin bubut roda.
Meskipun LRT sering mengalami gangguan akhir-akhir ini, Aditya mengatakan negara tidak mungkin merugi secara langsung. Tetapi, gangguan yang sering dialami oleh LRT Jabodebek dapat mempengaruhi ke operasional serta arus kas KAI sebagai operatornya.
"Negara mungkin tidak merugi secara langsung, tapi tentu pengaruh ke operasional dan cash flow KAI sebagai badan usaha operator nya karena gangguan-gangguan ini," pungkas Aditya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang