tirto.id - Ahmad Dhani ikut muncul dalam aksi demo 4 November, menuntut proses hukum Ahok. Dalam orasinya, Ahmad Dhani melontarkan sejumlah kritikan kepada Presiden Jokowi. Sehari setelah orasi itu, Laskar Rakyat Jokowi (LRJ) dan Projo ke Polda Metro Jaya melaporkan Ahmad Dhani ke polisi dengan tuduhan telah menghina Presiden Jokowi.
Dalam Laporan Polisi Nomor : LP /5423/XI/2016/PMJ/Dit Reskrimum tanggal 7 November 2016, relawan Jokowi melaporkan Ahmad Dhani ke polisi dengan tuduhan melanggar Pasal 207 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang penghinaan terhadap penguasa.
Sesaat setelah dilaporkan ke polisi, Ahmad Dhani menggelar jumpa pers. Ia memberikan klarifikasi atas pernyataannya, sekaligus curhat tentang kerugiannya akibat pelaporan ke polisi.
"Kami sudah mengalami kerugian. Dua konser Dewa 19 dibatalkan karena izinnya tidak keluar dari kepolisian," kata kuasa hukum Dhani, Ramdan Alamsyah, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/11/2016).
Kedua konser tersebut yaitu di Palembang pada 9 Desember dan Jakarta pada 11 Desember, yang disebut telah direncanakan sejak lama.
"Saya tidak tahu mengapa polisi sampai melarang, padahal konser Dewa 19 itu konser eksklusif. Tiketnya di atas Rp1 juta. Jadi tidak ada hubungannya dengan Projo (relawan Jokowi)," kata Ahmad Dhani.
Ia mengatakan, kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan itu mencapai ratusan juta rupiah. "Kasian promotornya jika konsernya tidak terjadi karena Dewa 19 sudah separuh dibayar," ujar Dhani.
Ahmad Dhani juga membantah telah menghina Presiden Joko Widodo dalam orasi demonstrasi 4 November dan menyebut video yang viral di internet merupakan editan.
"Video yang beredar tidak sempurna yang juga termuat dalam laporan mereka (relawan Presiden Jokowi). Ada yang dipenggal dan mengubah makna dari fakta sebenarnya," kata Ramdan.
Ia menjelaskan, dalam video tersebut kata-kata "tapi tidak boleh" telah dipotong sehingga menjadi seperti penghinaan. Padahal menurut dia, jika tidak dipotong, kalimat tersebut bertujuan justru mengedukasi dan meredam demostran.
Kisah awal November ini seakan melengkapi beragam kontroversi setelah Ahmad Dhani memutuskan masuk ke panggung politik. Prestasi musiknya yang gemilang di masa lalu nyaris tak lagi tersisa.
Di masa lalu, Ahmad Dhani adalah sosok cemerlang di dunia musik. Ia mengawali perjalanannya dengan membentuk Dewa 19 bersama kawan-kawan satu sekolah di SMP Negeri 6 Surabaya pada 1986. Nama Dewa adalah inisial para personel awal mereka: Dhani, Erwin, Wawan, dan Andra. Bongkar pasang personel kemudian terjadi, hingga pada 1992 mereka merilis album pertama bertajuk Dewa 19. Waktu itu personel mereka adalah Dhani, Andra, Ari Lasso, Erwin, dan Wawan.
Album itu mempopulerkan lagu "Kangen" yang di kemudian hari direkam ulang oleh Chrisye dan Sophia Latjuba. Album perdana Dewa 19 ini berhasil terjual 300.000 keping. Mereka juga mendapat 2 penghargaan di ajang BASF Award untuk kategori Pendatang Baru Terbaik dan Album Terlaris.
Indonesia kemudian mengenal Dewa 19 sebagai grup musik pop yang terpengaruh sedikit jazz. Dhani juga dikenal sebagai pembuat lagu yahud dan penulis lirik jempolan yang menguasai berbagai tema. Lagu "Cukup Siti Nurbaya" adalah kritik terhadap orang tua otoriter, "Satu Hati (Kita Semestinya)" adalah lagu cinta yang meneguhkan, "Terbaik-Terbaik" menampilkan erotika dengan sangat anggun, hingga "Selatan Jakarta" yang merupakan salah satu lagu terbaik tentang ibu kota yang akan relevan hingga kapanpun.
Namun kemudian, seperti kebanyakan band besar, ada masalah yang terjadi dalam tubuh Dewa 19. Beberapa personel kecanduan narkoba, termasuk Ari Lasso. Hal itu berujung pada pemecatan Ari pada 1999. Ari, dalam berbagai kisah, bercerita bahwa dia yang memilih untuk mundur. Dewa 19 memutuskan untuk vakum dan mengeluarkan album The Best Of.
Di sela vakumnya Dewa 19, Dhani memilih untuk membuat band baru bernama Ahmad Band. Kali ini formatnya super band. Bersama Andra, Pay dan Bongky dari Slank, dan Bimo Sulaksono. Mereka merilis satu album, Ideologi Sikap Otak. Dibandingkan dengan penjualan album Dewa 19, album itu memang berada dalam kelas semenjana. Namun, secara pencapaian artistik, album ini termasuk juara. Album ini berhasil menelurkan hits seperti "Distorsi", "Bidadari di Kesunyian", "Ode Buat Extrimist", dan tentu saja lagu legendaris "Aku Cinta Kau dan Dia" yang ditulis Dhani bersama Bebi Romeo.
Karena Dewa vakum dan Dhani serta Andra sibuk dengan proyek lain, banyak orang menduga inilah akhir dari karier Dewa 19. Banyak orang setuju kalau Ari Lasso adalah nyawa dari band ini. Karakter vokalnya begitu lekat dengan Dewa 19.
Tepat di sana Dhani membuktikan dua hal: orang-orang itu salah; dan Dhani adalah otak dari Dewa 19. Untuk mengisi kekosongan personel, pria yang menggemari Queen ini merekrut dua personel baru, yakni Elfonda Mekel alias Once untuk departemen vokal, dan Tyo Nugros untuk jadi drummer. Dewa 19 format baru ini merilis album Bintang Lima.
Di luar dugaan, album ini laris manis. Laku sekitar 1,7 juta keeping: album Dewa 19 yang paling laris. Nyaris semua lagu di album ini menjadi hits. Dan tentu saja nyaris semuanya dibuat oleh Dhani. Lagu seperti "Roman Picisan", "Dua Sejoli", "Risalah Hati", hingga "Separuh Nafas" dengan segera menjadi klasik.
Album berikutnya adalah Cintailah Cinta yang melahirkan lagu hits seperti "Pupus", "Arjuna", dan "Kasidah Cinta". Meski tak bisa menyamai penjualan Bintang Lima, album ini masih bisa terjual sebanyak 1 juta keping.
Selain menjadi musisi, Dhani juga sukses sebagai produser. Dia menjadi produser sekaligus pembuka pintu popularitas bagi mantan penyanyi latar Dewa 19, Reza Artamevia. Dua album Reza, Keajaiban dan Keabadian adalah buah tangan dingin Dhani. Selain itu Dhani juga pernah jadi produser Krisdayanti, Denada, hingga Ratu.
Ratu adalah duo yang terdiri dari istri Dhani, Maia Estianty dan Mulan. Tak ada yang menduga kalau duo ini menjadi salah satu titik kejatuhan Dhani. Mulan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Dhani. Tentu tidak penting membahas soal ini. Tapi bagaimanapun juga, masalah personal seperti ini yang sekarang dijadikan nama tengah Ahmad Dhani.
Alih-alih membikin musik bagus seperti saat bersama Dewa 19 dulu, kini Dhani dibicarakan karena kontroversinya. Hal ini diperparah dengan masuknya Dhani ke ranah politik. Membincang Dhani sekarang berarti bicara tentang kebodohan memakai kostum Nazi, kecelakaan anak bungsunya, komentar-komentar rasisnya, hingga usulnya untuk meminta maaf pada ISIS. Tak lebih.
Soal musik? Apa yang lebih menyedihkan ketimbang Dhani, yang dulu pernah menciptakan lagu-lagu dahsyat macam "Restoe Boemi" atau "Selatan Jakarta", membeli (iya, dia sampai harus membeli) lagu ultra aneh berjudul... "Neng Neng Nong Neng".
Dhani sempat mengemukakan ide untuk jadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta. Dhani berkoar dia akan diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa. Namun ternyata gagal. Target diturunkan: jadi Wakil Gubernur. Tapi tak ada yang mau menggandengnya. Ia pun putar haluan menjadi calon wakil bupati Bekasi.
Soal musik dan politik, mungkin Dhani harus belajar ke Bim Bim dan Iwan Fals. Sebagai musisi, dua nama itu jelas punya penggemar yang jauh lebih banyak dan fanatik ketimbang Dhani. Apalagi Iwan Fals yang dulu sempat didapuk sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Asia. Kalau cuma sekadar ingin jadi anggota DPRD atau DPR, urusan gampang itu. Besar kemungkinan akan lolos. Tapi toh mereka tidak serta merta masuk ke gelanggang politik. Masalah dukung mendukung di dunia politik, ya itu wajar dan sudah hak mereka.
Iwan masih tetap melakukan konser. Sesekali jadi bintang iklan. Begitu pun Bim Bim. Drummer Slank ini masih aktif konser bersama bandnya, juga membuat album baru, reStart Hati, yang sekaligus menandai album ke 21 Slank. Bahkan tak cukup ngeband bersama Slank, ia membentuk band keluarga bernama The Sidhartas.
Lebih baik Dhani melupakan politik. Namanya sudah buruk, terutama di kalangan perempuan yang pasti mendukung Maia. Menurut Harry B Rahmadi, Kepala Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia, pemilih pemilu DKI sebagian besar adalah perempuan.
Seharusnya memang Dhani kembali ke khittahnya: dunia musik. Meski namanya sudah kadung bopeng, tapi tak bisa dipungkiri kalau dia merupakan seorang jenius. Baik sebagai musisi ataupun produser. Sebagai produser musik, dia punya segalanya. Insting kuat, selera musik bagus, tamak, oportunis, dan tentu sedikit bumbu culas.
Pilihan lainnya adalah: serius menggarap reuni Dewa 19. Karena sekarang sedang zaman band 90-an yang reuni. Uangnya besar. Makin banyak festival yang mengundang band-band 90-an. Dewa 19 juga tak akan sendirian. Mulai dari Base Jam, KLa Project, hingga Java Jive. Sudah sejak beberapa tahun terakhir Dewa 19 reuni dengan Ari Lasso, Once, dan Tyo. Konser mereka selalu dipenuhi penonton. Bagaimana kalau reuni ini dibawa ke jalan yang lebih jauh: bikin album baru.
Tentu itu semua adalah pilihan. Kalau Dhani memang masih mau terus berkubang di dunia politik, tentu itu haknya. Tapi selama cara berpolitiknya masih tidak tentu arah seperti ini, hal itu berarti dua hal: kita sudah kehilangan Ahmad Dhani yang dulu membentuk Dewa 19; dan betapa benar lirik lagu Silampukau, band folk asal Surabaya dalam lagu “Doa 1”.
Aku cemas, Gusti, suatu nanti,
Aku berubah murahan seperti Ahmad...
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti