Menuju konten utama

11 Contoh Puisi Pahlawan Singkat dan Menyentuh Hati

Puisi tentang perjuangan pahlawan dapat dibacakan saat peringatan Hari Pahlawan 10 November. Berikut ini beberapa contoh puisi pahlawan.

11 Contoh Puisi Pahlawan Singkat dan Menyentuh Hati
Ilustrasi puisi Hari Pahlawan bertema pahlawan. Foto 'multiple exposure' penyair Imam Ma'arif membacakan puisi yang dia tulis dalam buku Antologi Puisi Untuk Rindu Rendra di Gedung Teater Usmar Ismail, Jakarta, Rabu (6/11/2019). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.

tirto.id - Hari Pahlawan diperingati saban tahun, setiap 10 November. Tujuan peringatan ini adalah mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang dalam Pertempuran Surabaya.

Meskipun kemerdekaan sudah diraih dan dinikmati hingga saat ini, generasi muda tetap harus memperingati jasa para pahlawan.

Sebagaimana ucapan Soekarno dalam salah satu pidatonya, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya."

Ada banyak cara untuk memperingati Hari Pahlawan. Tidak harus berbentuk perayaan besar, peringatan Hari Pahlawan bisa dilakukan secara simbolik. Misalnya, dengan membacakan puisi tema pahlawan di acara perayaan 10 November.

Kumpulan Contoh Puisi Hari Pahlawan

Contoh puisi pahlawan dapat dibacakan di hari-hari peringatan nasional yang berkaitan dengan momen kepahlawanan. Salah satunya adalah Hari Pahlawan, yang dikuduskan setiap 10 November.

Puisi tentang perjuangan pahlawan yang hendak dibacakan bisa mengutip dari karya sastrawan terdahulu, seperti Chairil Anwar atau W.S. Rendra. Berikut ini lebih dari 10 contoh puisi tema pahlawan:

1. Contoh puisi pahlawan "Diponegoro" karya Chairil Anwar

"Diponegoro"

karya Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati

MAJU

Bagimu negeri

Menyediakan api

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju

Serbu

Serang

Terjang

(1943)

2. Contoh puisi tentang perjuangan pahlawan "Karawang-Bekasi" karya Chairil Anwar

"Karawang-Bekasi"

karya Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami

Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda

Yang tinggal tulang diliputi debu

Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Menjaga Bung Karno

Menjaga Bung Hatta

Menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat

Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang-kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

(1948)

3. Puisi pahlawan "Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang" karya W.S. Rendra

Tuhanku,

WajahMu membayang di kota terbakar

dan firmanMu terguris di atas ribuan

kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa

Tanah sepi kehilangan lelakinya

Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini

tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti

sempurnalah sudah warna dosa

dan mesiu kembali lagi bicara

Waktu itu, Tuhanku,

perkenankan aku membunuh

perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku

adalah satu warna

Dosa dan nafasku

adalah satu udara

Tak ada lagi pilihan

kecuali menyadari

-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan

oleh bibirku yang terjajah?

Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai

mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku,

Erat-erat kugenggam senapanku

Perkenankan aku membunuh

Perkenankan aku menusukkan sangkurku

(1960)

4. Contoh puisi tema pahlawan "Darahmu Darahku"

Deraian ombak merah melintas dalam kepala

Kuingat cerita guru sejarah mendeskripsikan lukamu

Sebuah ikat kepala Merah-Putih bertengger di kepala

Ternoda keberanian merah membara

Mati terinjak kerumunan pejuang lainnya

Berlari tanpa takut hingga tubuh yang tersisa

Darahmu adalah darahku, wahai pahlawanku

Kuingat kisah tentang penembakan-penembakan itu

Dari udara melesat sesuatu yang tak terduga

Kau pasang badan layaknya cangkang kura-kura

Kau pegang yang belum meledak, sampai berurai air mata

Hidupmu tak sia-sia

Darahmu adalah darahku juga

Ku tanam jelas di kepala pengorbanan yang tak terkira

Nyawamu hilang tubuh melayang

Ledakan hilang jiwamu terbang

Darahmu mengalir darahku terisi

Jangan bilang kau mati, kau masih ada di sini

Di dalam nadi kami

5. Contoh puisi pahlawan "Perjuangan Demi Negeri"

Kompolotan penjajah berlagak dengan dada bidang

Berjalan seakan dia akan menang

Ku lihat samping, kiri, lalu ke kanan

Ternyata di sekitar ada seorang pejuang

Ia lantunkan merdeka, sambil teriak bak tengah terinjak tulang

Merah-Putih-Biru, dirobekkan bagian birunya

Kulihat sosok pejuang, rela mati demi negerinya

Masuk ke barisan orang putih tinggi, ia tak kenal namanya mati

Menusuk satu-satu dengan belati, tak kunjung pulang ia sendiri

Ditendang kepala, pahlawanku menusuk

Ditendang kaki, badan musuh terburai

Larimu hebat, bak singa menerkam kumpulan angsa terbang

Hidupmu memang tak pasti tapi bermakna bagi negeri

Kau jatuh dari langit, tapi sampai ke bumi pertiwi

Itulah, bentuk perjuanganmu demi kami

6. Contoh puisi Hari Pahlawan "Tauladan Bumi Pertiwi"

Tanah air, diinjak tak karuan

Kau bela layaknya hidup sudah memiliki tujuan

Lantas, dimanakah letak kau berperan?

Hinggap di tubuh, mengalir ke kepala

Berlarian tak juga, maju terus tangan pisau menuju ke kepala

Tertembak mati, ku tak bisa melihat nyatanya

Sejarah yang abadi, tauladan keberanian jawabannya

Hidupmu berarti, tepi jurang jadi genggamannya

Merdeka atau mati, itu yang ingin diketahuinya

Tauladan penuh arti, bumi pertiwi tahu tangisnya

Senangku di sisi melihat mereka berjuang semestinya

Tak kusangka dirimu pergi

Hidupku bangun di saat ini

Tauladanku dalam bernegeri

Tolong semangatkan jiwa kami

Tauladanku pahlawan bumi pertiwi

Jangan lemahkan hati kami

Tauladan bumi pertiwi

Berikan kami ujung belati

Menghunus segala zaman yang dikata ngeri

Demi kebaikan dan pembangunan NKRI

7. Contoh puisi pahlawan “Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari” karya Sitor Situmorang

Sederhana dan murni

Impian remaja

Hikmah kehidupan

berNusa

berBangsa

berBahasa

Kewajaran napas

Dan degub jantung

Keserasian beralam

Dan bertujuan

Lama didambakan

Menjadi kenyataan

Wajar, bebas

Seperti embun

Seperti sinar matahari

Menerangi bumi

Di hari pagi

Kemanusiaan

Indonesia merdeka

17 Agustus 1945

8. Contoh puisi pahlawan "Gugur" karya W.S. Rendra

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Tiada kuasa lagi menegak

Telah ia lepaskan dengan gemilang

pelor terakhir dari bedilnya

Ke dada musuh yang merebut kotanya.

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua

luka-luka di badannya.

Bagai harimau tua

susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga

menatap musuh pergi dari kotanya.

Sesudah pertempuran yang gemilang itu

lima pemuda mengangkatnya

di antaranya anaknya

Ia menolak

dan tetap merangkak

menuju kota kesayangannya

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya.

Belum lagi selusin tindak

maut pun menghadangnya.

Ketika anaknya memegang tangannya

ia berkata :

“Yang berasal dari tanah

kembali rebah pada tanah.

Dan aku pun berasal dari tanah

tanah Ambarawa yang kucinta

Kita bukanlah anak jadah

Kerna kita punya bumi kecintaan.

Bumi yang menyusui kita

dengan mata airnya.

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.

Bumi kita adalah kehormatan.

Bumi kita adalah jiwa dari jiwa.

Ia adalah bumi nenek moyang.

Ia adalah bumi waris yang sekarang.

Ia adalah bumi waris yang akan datang.

Hari pun berangkat malam

Bumi berpeluh dan terbakar

Kerna api menyala di kota Ambarawa.

Orang tua itu kembali berkata:

“Lihatlah, hari telah fajar!

Wahai bumi yang indah,

kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu

seorang cucuku

akan menancapkan bajak

di bumi tempatku berkubur

kemudian akan ditanamnya benih

dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun berkata:

“Alangkah gembur tanah di sini!

Hari pun lengkap malam

ketika ia menutup matanya

9. Contoh puisi tema pahlawan "Grilya" karya W.S. Rendra

Tubuh biru

Tatapan mata biru

Lelaki berguling di jalan

Angin tergantung

Terkecap pahitnya tembakau

Bendungan keluh dan bencana

Tubuh biru

Tatapan mata biru

Lelaki berguling di jalan

Dengan tujuh lubang pelor

Diketuk gerbang langit

Dan menyala mentari muda

Melepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merah

Dengan sayur-mayur di punggung

Melihatnya pertama

Ia beri jeritan manis

Dan duka daun wortel

Tubuh biru

Tatapan mata biru

Lelaki berguling di jalan

Orang-orang kampung mengenalnya

Anak janda berambut ombak

Ditimba air bergantang-gantang

Disiram atas tubuhnya

Tubuh biru tatapan mata biru

Lelaki berguling di jalan

Lewat gardu

Belanda dengan berani

Berlindung warna malam

Sendiri masuk kota Ingin ikut ngubur ibunya

10. Contoh puisi pahlawan "Lasykar arek Suroboyo" karya Luthfi Rachman

Lasykar arek Suroboyo

datang dari front utara

sebelum berangkat jihad

hatinya menyimpan mutiara di

rumah mertua

ia yang kehilangan cium anak

bininya

sekarang langit merah membakar

hatinya menapak teguh

tekadnya telah terpadu

Dengan teriak lantang senja

penghabisan

ia meloncat ke atas dinding motor

tang

ia menyebut kemudian menghentak

berdentang

meledaklah granat nanas di genggamannya

bumi pecah dahsat

tangan-tangan menggapai kemudian

kejang

Lasykar arek Suroboyo

telah rebah bersama heningnya bumi

tercinta

aspal kebon rojo depan kantor pos

kota

bersimbah darah mengental hitam

beku

Senja itu berat tersenyum ramah

suara adzan dan takbir menyentuh

dalamnya taukhid

mendesis deras menembus kabut

putih

ia telah menghadap dalam kesucianMu

Saat itu

bibirnya yang pucat tipis kemudian

bergetar

pertanda salam harapnya mengantar

kerinduan

untuk anak bini dan semua yang bakal

lahir

adalah senyum kemerdekaan dan

kebebasan

dalam kepasrahan atas diri-Mu

11. Contoh puisi Hari Pahlawan "Pahlawan Tak Dikenal" karya Toto Sudarto

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring

Tetapi bukan tidur, sayang

Sebuah lubang peluru bundar di dadanya

Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang

Kedua lengannya memeluk senapang

Dia tidak tahu untuk siapa dia datang

Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

Wajah sunyi setengah tengadah

Menangkap sepi padang senja

Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu

Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujanpun mulai turun

Orang-orang ingin kembali memandangnya

Sambil merangkai karangan bunga

Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring

Tetapi bukan tidur, sayang

Sebuah peluru bundar di dadanya

Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda.

(1953)

Baca juga artikel terkait HARI PAHLAWAN atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Fadli Nasrudin