Menuju konten utama

KPK Apresiasi Polri Tangkap Pelaku Penyiraman Novel Baswedan

KPK mengapresiasi Polri karena dikabarkan telah berhasil menangkap pelaku penyiraman air raksa terhadap Novel Baswedan.

KPK Apresiasi Polri Tangkap Pelaku Penyiraman Novel Baswedan
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menyapa wartawan saat akan dirujuk ke rumah sakit khusus mata di Jakarta, Selasa (11/4). Penyidik senior KPK itu diserang dengan air keras oleh orang tak dikenal seusai menjalankan Salat Subuh di masjid dekat rumahnya. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar.

tirto.id -

KPK mengapresiasi kepolisian yang dikabarkan telah berhasil menangkap pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengaku terus berkoordinasi dengan Polda Metro terkait perkembangan pengungkapan kasus ini.

"Komunikasi terkait progres penanganan kasus itu memang sudah dilakukan antara KPK dengan Polda Metro Jaya. Untuk penangkapan seseorang yang diduga pelaku akan kita koordinasikan lebih lanjut," kata Febri Diansyah di Kantornya Gedung Merah Putih, Jakarta Selatan, Rabu, (10/05/2017).
Febri mewakili institusinya KPK menyampaikan terimakasih atas kinerja Polda Metro selama masa pengejaran pelaku tersebut selama 29 hari sejak Novel disiram air keras sepulang shalat Subuh pada Senin, 11 April 2017.
"Prinsipnya tentu kita sampaikan terimakasih pada tim Polri. Karena sampai hari ke-29 setelah penyerangan tersebut masih bekerja terus. Harapan kami, semoga penangkapan ini menjadi awal untuk mengungkap siapa otak pelaku dari penyerangan terhadap penyidik KPK tersebut," kata Febri Diansyah.
Kendati telah ditemukan salah seorang pelaku dari dua pelaku penyiraman air keras tersebut. Namun, informasi yang diterima KPK, Polda Metro masih mengejar pelaku lainnya yang masih menjadi daftar pencarian orang (DPO). Kendati begitu, KPK meyakini pelaku lainnya akan segera diringkus oleh Polda Metro.

"Kami masih berharap misteri ini akan segera dibongkar. Termasuk aktor intelektualnya. Kinerja Polri memang sangat mumpuni untuk mengejar pelaku kriminal. Jika dia masih di Indonesia. Tapi kalaupun sudah di luar negeri tentu bisa dikomunikasikan dengan pihak Interpol luar," kata Febri.

Terkait pengungkapan identitas pelaku, Febri mengaku, hal itu sepenuhnya menjadi wewenang Polda Metro.

"Kita tunggu saja pengumuman dari Polri. Tentu sesuai KUHAP kan ada waktu penangkapan tersebut hingga penentuan status hukum. KPK juga menunggu pengumuman resmi itu," jelas Febri.

Senada dengan KPK, Indonesian Corruption Watch (ICW) menaruh apresiasi luar biasa terhadap kinerja Polri.

"Terimakasih. Ini bukti bahwa Polri memegang janjinya. Yang jelas dari penangkapan pelaku saja tidak cukup. Tapi yang harus dilakukan oleh Polri adalah mendalami motif penyiraman. Terlebih, mengungkap siapa aktor intelektual kasus ini bisa terjadi," kata Aktivis ICW Tama Satrya Langkun kepada Tirto.
Tama menilai jika motif telah diketahui. Barulah kasus ini bisa dikaji lebih dalam. Tama menyebut setelah motif dan aktor intelektual ini, tugas kepolisian belum selesai.
"Kita gak bisa berpuas diri juga kalau sudah ketemu pelakunya. Karena kita sebagai pengawal kasus penganiayaan penyidik KPK masih harus mengawal proses hukum selanjutnya untuk pelaku dan otak pelaku. Jangan sampai pelakunya kena tapi otak pelakunya tidak. Kan gak adil juga buat hukum di Indonesia," jelas Tama.
Kasus teror terhadap Novel Baswedan terjadi pada Senin pagi, 11 April 2017 lalu. Kala itu Novel usai melaksanakan shalat subuh berjamaah di mesjid Al Iklas, Kepala Gading, Jakarta Utara hendak pulang ke rumah yang tak jauh dari mesjid tersebut. Saat akan pulang ke rumah, tiba-tiba Novel dihentikan oleh dua orang yang berada di atas motor. Kedua orang itu lalu menyiramkan cairan asam ke wajah Novel Baswedan di sisi sebelah kiri. Novel kemudian dibawa ke Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading sekitar 300 meter dari rumahnya. Novel yang tidak dapat melihat itu sempat terbentur pohon di depannya, sampai dahi Novel berdarah.
Untungnya, Novel langsung mendapat perawatan intensif di RS itu. Menjelang Senin sore Novel dipindahkan ke RS Jakarta Eye Center di Menteng, Jakarta Pusat. Menjelang malam di hari yang sama Novel dipindahkan ke RS Mount Elizabeth, Singapura. Perpindahan Novel ketiga RS ini adalah upaya perbaikan dari penglihatan Novel yang mengalami disfungsi sekitar 40% di mata sebelah kiri. Namun, di tangan para media handal penglihatan Novel beranjak pulih, sekalipun masih mendapatkan penanganan ektra di RS Singapura itu.

Baca juga artikel terkait NOVEL BASWEDAN DISIRAM AIR KERAS atau tulisan lainnya dari Dimeitry Marilyn

tirto.id - Hukum
Reporter: Dimeitry Marilyn
Penulis: Dimeitry Marilyn
Editor: Agung DH