Menuju konten utama

Konser Maliq & D'Essentials: Begini Harusnya 20 Tahun Dirayakan

Konser menyambut dua dekade mereka ini sebenarnya adalah pesta pora yang tertunda selama tiga tahun.

Konser Maliq & D'Essentials: Begini Harusnya 20 Tahun Dirayakan
Konser Maliq. FOTO/LIVE AMENUE

tirto.id - Konser Maliq & D’Essentials yang berlangsung di JIEXPO Kemayoran pada 14 Mei 2023 adalah contoh ideal bagaimana seharusnya usia 20 tahun dirayakan.

Konser menyambut dua dekade mereka ini sebenarnya adalah pesta pora yang tertunda selama tiga tahun. Seharusnya mereka mengadakan konser pada 2020 untuk menyambut usia tujuh belas. Namun apa daya, pandemi datang dan mereka harus menunda semua kegiatan.

Semua keburukan, konon, ada hikmahnya.

Dalam kasus Maliq & D’Essentials, hikmahnya adalah mereka bisa mempersiapkan segalanya lebih matang, dalam skala yang lebih besar, dan hasilnya adalah perayaan yang meriah, set dan daftar lagu yang dipikirkan matang, penuh melankolia serta air mata haru, dan energi yang konstan terjaga dari awal hingga akhir.

Sejak sore, orang-orang sudah membanjiri kawasan JIEXPO. Kebetulan pula, ada tiga acara besar di lokasi yang sama hari itu: konser Maliq & D’Essentials, sebuah expo pernikahan, dan satu festival musik.

Lewat pukul 18.00, kawasan JIEXPO semakin ramai. Ada yang membeli merchandise. Ada yang duduk santai di depan lokasi festival C. Sebagian juga sudah masuk ke festival A dan B, untuk mendapat tempat menonton terbaik.

Dari jadwal yang beredar, Maliq & D’Essentials akan naik panggung pukul 19.00. Sayang, hingga lewat 15 menit, mereka tak kunjung nampak. Akhirnya mereka naik panggung sekitar setengah jam lebih lambat dari jadwal.

Bulu kuduk saya merinding mendengar teriakan para penonton.

Di atas panggung, semua personel sigap menempati posisinya. Duo vokalis Angga dan Indah jadi ujung tombak dan selalu wara-wiri ke sisi kiri, kanan, depan, bahkan turun dari panggung. Sedangkan Widi (drum), Lale (gitar), dan Ilman (keyboard) lebih sering tenang di posisinya. Lalu Jawa (bass), tampil atraktif dengan melompat dan sering bergerak dari posnya. Tiga vokalis latar (saya melihat salah satunya adalah penyanyi Kamga) juga relatif tenang, walau Kamga sempat maju ke depan dan menunjukkan lengkingan vokalnya.

Konser Maliq

Konser Maliq. FOTO/LIVE AMENUE

Lagu "Dunia Sekitar" dari album Sriwedari (2013) jadi pembuka yang langsung menyulut semangat. Bagian "Hai, cobalah kau melihat dunia di sekitar" jadi pengundang koor para penonton. Suasana langsung panas!

Matang Berkat Persiapan Panjang

Dari awal lagu, sudah terlihat bagaimana Maliq & D’Essentials mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Yang paling terlihat: kostum. Di bagian awal, mereka memakai seragam berwarna sama. Mereka seperti satu keluarga besar yang memutuskan untuk ngeband, dan bertahan hingga 20 tahun.

Dalam jumpa pers yang diadakan sepuluh hari sebelum acara, Angga dan Indah mengatakan bahwa mereka menyiapkan segala sesuatunya dengan detail. Selain setlist yang terus dibongkar pasang untuk mengakomodir segala suasana dan rentang usia pendengar, mereka juga menyiapkan kostum dan koreografi. Ini bukan tanpa alasan.

"Koreografi itu kami lakukan supaya bisa menerjemahkan lagu, agar lebih gampang diterima," kata indah.

Malam itu, semua persiapan matang terlihat hasilnya di atas panggung.

Konser Maliq

Konser Maliq. FOTO/LIVE AMENUE

Koreografi Angga dan Indah terasa begitu kompak dan padu, walau mereka juga punya gerakan masing-masing yang juga tetap terasa satu. Semua gerakan yang tampilkan begitu padu, dan beberapa top notch. Yang paling bikin penonton bersorak adalah ketika semua personel rebahan. Lalu kaki diangkat, dan bergerak berjoget mengikuti irama lagu. Dahsyat betul koreografi ini. Dan yang bikin heran: mereka masih bisa bermain dengan stabil. Saya membayangkan betapa ribetnya latihan seperti ini.

Gimmick yang ditampilkan juga mengundang teriakan iri, sekaligus tangis haru.

"Ada penonton yang pernah DM gue tapi gak terbalas?" tanya Angga memulai gimmick yang nantinya mengundang keirian banyak penonton.

Sontak banyak sekali penonton yang mengacungkan tangan. Angga kemudian turun panggung, lalu mengajak satu perempuan untuk ikut dengannya. Angga mendudukkannya ke kursi, lalu meminta si penonton membuka DM Instagram.

Ini sebenarnya kesalahan kecil yang mungkin dilupakan Angga. Di lautan belasan ribu penonton, sudah pasti sinyal telekomunikasi buruk. Alih-alih menunjukkan DM yang dimaksud, mungkin si penonton bahkan tak bisa membuka aplikasinya.

Untung Angga tancap gas terus. Dia langsung menyanyikan "Coba Katakan", dan tentu saja si penonton salah tingkah, cuma bisa cengar-cengir --mungkin sembari membatin perbuatan baik apa yang sudah pernah dia lakukan di masa lalu hingga bisa seberuntung ini.

Konser Maliq

Konser Maliq. FOTO/LIVE AMENUE

Membagikan CD dan merchandise yang dilempar oleh para personal dan relawan, juga memberikan kehebohan. Tak hanya itu, mereka bahkan memberikan dua gitar akustik yang sudah ditandatangani semua personel Maliq & D’Essentials ke para penonton.

Namun semua gimmick itu masih kalah jauh dengan ucapan terima kasih para personel bagi orangtua mereka. Angga tak kuat menahan haru dan menangis di atas panggung. Mata saya basah --perkara orangtua memang kriptonit bagi saya. Besar kemungkinan belasan ribu penonton juga disergap oleh keharuan yang sama. Suasana ini makin jadi mengharu biru karena lagu "Idola" langsung dimainkan.

Dia mengantarku melihat dunia dari tidur belajar berdiriBerjalan berlari jatuh bangun lagiKu dewasa seiring dia menua menantikan di akhir usia

Lalu bagaimana dengan pilihan senarai lagu yang ditampilkan?

Dengan karier yang merentang dua dekade, tujuh album panjang, satu EP, dan beberapa single, memilih 31 lagu bukan pekerjaan mudah. Memang sekilas 31 lagu adalah jumlah yang banyak. Namun sebagai band yang sepanjang kariernya pernah membawakan 100 lagu di setlistnya, memerasnya jadi 31 perlu usaha yang lebih keras. Mereka harus memikirkan banyak hal. Mulai dari cakupan seluruh album, demografi penonton, hingga atmosfer lagu.

"Kami gak mau misalkan di awal lagu-lagu yang bikin kita aktif, terus di tengah-tengah kami kehabisan tenaga," kata Widi di jumpa pers.

Kali ini, usaha Maliq & D’Essentials relatif berhasil dengan baik. Pilihan lagunya dibagi menurut atmosfer dan mencakup keseluruhan album. Di tengah-tengah set, Maliq menampilkan sesi akustik untuk mendinginkan suasana sekaligus memulihkan tenaga, termasuk memainkan "Untitled" yang legendaris itu.

Konser Maliq

Konser Maliq. FOTO/LIVE AMENUE

Pilihan lagunya juga memberikan ruang bagi lagu-lagu semua album untuk tampil. Ini memuaskan para penggemar yang datang dari berbagai kalangan umur. Malam itu, penonton tertua yang saya lihat adalah seorang oma yang saya taksir berusia kepala enam. Sedangkan penonton termuda adalah balita yang duduk anteng di stroller-nya.

Namun sebagai penonton, saya pikir dua lagu terakhir encore, "Senja" dan "Menari" akan lebih pas jika ditukar dengan lagu ke 28 dan 29, "Dia" dan "Pilihanku". Lagu "Pilihanku" padahal sudah sangat pecah, dan beat-nya pas untuk dibawakan sebagai lagu penutup yang rancak dan meninggalkan kesan mendalam.

Di luar kekurangan kecil --beberapa kali saya dengar ada suara crackle dan dengung, beberapa penonton di festival C juga mengeluh ada suara yang tak terdengar-- konser 20 tahun Maliq & D’Essentials ini sangat memuaskan semua pihak.

Saya bisa membayangkan kelegaan yang dirasakan oleh para personel Maliq & D’Essentials setelah tiga tahun persiapan yang menguras segala tenaga dan emosi. Promotor dan sponsor juga pasti tersenyum lebar melihat tiket yang terjual habis. Penonton pun bisa pulang dengan hati bungah karena konser ini memberikan setlist paten, sound yang sedap, dan atmosfer konser yang ditata sedemikian rupa.

Malam itu Maliq & D’Essentials memberi contoh sekaligus standar tinggi bagaimana usia 20 tahun dirayakan. Kudos!

Baca juga artikel terkait MALIQ DESSENTIALS atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nuran Wibisono