tirto.id - Naskah khutbah Jumat singkat hari ini, terbaru tanggal 27 Januari 2023 akan berisi tentang keistimewaan bulan Rajab, karena bertepatan dengan awal bulan yang mempunyai banyak keutamaannya ini.
Umat Islam telah menginjak bulan Rajab 1444 H mulai Senin, 23 Januari 2023 lalu. Rajab merupakan salah satu dari 4 bulan haram (bulan suci dan istimewa) dalam Islam.
Dalam kesempatan ini, khotib akan menyampaikan khotbah dengan tema “Keistimewaan Bulan Rajab dan Amalan”.
Naskah Khutbah Jumat Singkat: Keistimewaan Bulan Rajab dan Amalan
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah Swt. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, nabi agung Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Amm ba’du...
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah, pada hari ini, Jumat, 27 Januari 2023, kita dapat berkumpul dalam majelis salat dan khotbah Jumat yang insya Allah dirahmati Allah Swt.
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Umat Islam telah memasuki bulan Rajab 1444 H pada Senin, 23 Januari 2023 lalu. Bertepatan kedatangan salah satu bulan haram tersebut, para muslim seyogyanya menyambut dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.
Rajab merupakan bulan haram yakni waktu yang suci dan istimewa. Keistimewaan bulan Rajab termuat dalam firman Allah Swt. Surah At-Taubah ayat 36 sebagai berikut:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوۡرِ عِنۡدَ اللّٰهِ اثۡنَا عَشَرَ شَهۡرًا فِىۡ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوۡمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ مِنۡهَاۤ اَرۡبَعَةٌ حُرُمٌ ؕ ذٰ لِكَ الدِّيۡنُ الۡقَيِّمُ ۙ فَلَا تَظۡلِمُوۡا فِيۡهِنَّ اَنۡفُسَكُمۡ ؕ وَقَاتِلُوا الۡمُشۡرِكِيۡنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوۡنَكُمۡ كَآفَّةً ؕ وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الۡمُتَّقِيۡنَ
Arab Latinnya:
Inna 'iddatash shuhuuri 'indal laahis naa 'ashara shahran fii Kitaabil laahi yawma khalaqas samaawaati wal arda minhaaa arba'atun hurum; zaalikad diinul qaiyim; falaa tazlimuu fiihinna anfusakum; wa qootilul mushrikiina kaaaf fattan kamaa yuqooti luunakum kaaffata; wa'lamuu annallaaha ma'al muttaqiin.
Artinya:
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, [sebagaimana] dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah [ketetapan] agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam [bulan yang empat] itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa,”(QS. At-Taubah [9]:36).
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Orang Arab zaman dulu memuliakan bulan Rajab melebihi bulan-bulan lainnya. Oleh sebab itu, muncul julukan bahwa bulan Rajab adalah Al-Ashabb, yang dimaknai kebaikan nan mengucur atau menetes dengan deras.
Bulan Rajab juga memiliki julukan Al-Ashamm (tuli), karena di dalamnya tidak terdengar adanya peperangan. Di sisi lain, laman MUImenuliskan bahwa pada bulan Rajab, umat Islam dilarang berperang kecuali bersifat bertahan dari serangan musuh. Salah satu alasan utama dilarangnya perang di bulan tersebut, karena Rasulullah Saw. bersama umatnya memperbanyak beribadah dan menghindari perbuatan dosa.
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa Rajab merupakan bulan Allah Swt. Oleh sebab itu, Rasulullah Saw. menyeru kepada umatnya memperbanyak amalan-amalan kebaikan di waktu tersebut. Terdapat beberapa amalan yang dapat dikerjakan di bulan Rajab.
Pertama, memperbanyak puasa di bulan Rajab. Puasa yang dapat dilakukan di bulan Rajab seperti puasa Senin dan Kamis, puasa Ayyamul Bidh, hingga puasa Rajab: 1 Rajab, Kamis di pekan pertama Rajab, puasa nisfu Rajab, dan puasa 27 Rajab.
Terlepas dari adanya perbedaan pendapat mengenai hukum pelaksanaan puasa Rajab. Sebagian ulama Mazhab Syafi’i dan mayoritas ulama Mazhab Hanbali menganjurkan pelaksanaan puasa Rajab kendati memiliki dalil daif atau lemah, namun dapat dijadikan dasar amalan sunah karena berfokus pada fadhailul a’mal (keutamaan amal).
Di sisi lain, umat Islam yang menunaikan puasa di bulan Rajab akan mendapatkan penggandaan pahala. Hal ini sebagaimana perkataan Abdullah bin Abbas Ra. sebagai berikut:
“Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak,”(Lataif Al-Ma’arif, 2009: 207).
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Amalan kedua yang dapat dilakukan di bulan Rajab adalah memperbanyak sedekah. Amalan tersebut termasuk hal yang mudah dilakukan seorang muslim nan memiliki sisa rezeki.
Orang-orang yang melakukan sedekah di bulan Rajab, akan mendapatkan pahala lebih banyak. Hal ini sebagaimana sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sebagai berikut:
“Barang siapa bersedekah di bulan Rajab, maka Allah swt akan menjauhkannya dari api neraka sejauh jarak tempuh burung gagak yang terbang bebas dari sarangnya hingga mati karena tua.”
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Salah satu amalan yang paling mudah dilaksanakan ketika bulan Rajab adalah membaca istigfar. Amalan ini senantiasa mengingatkan muslim kepada Allah Swt., sehingga terhindar dari perbuatan dosa.
Salah satu jenis istigfar yang dapat dibaca adalah sayyidul istigfar. Jenis istigfar tersebut adalah yang paling utama untuk dibaca karena memuat pengakuan nikmat dan dosa kepada Allah Swt. Berikut ini bacaan, lafal Arab-Latin, dan arti sayyidul istighfar:
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ. أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ. وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ. فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ
Arab Latinnya:
Allâhumma anta rabbî, lâ ilâha illâ anta khalaqtanî. Wa anâ ‘abduka, wa anâ ‘alâ ‘ahdika wa wa‘dika mastatha‘tu. A‘ûdzu bika min syarri mâ shana‘tu. Abû’u laka bini‘matika ‘alayya. Wa abû’u bidzanbî. Faghfirlî. Fa innahû lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta.
Artinya:
“Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.”
Waktu utama membaca sayyidul istigfar adalah ketika pagi dan sore hari. Hal tersebut karena terdapat keistimewan sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dari Syaddad bin Aus, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda berikut:
“Siapa yang membaca sayyidul istighfar di sore hari, lalu ia meninggal di malam itu, niscaya ia termasuk penghuni surga. Demikian juga berlaku bagi mereka yang membaca sayyidul istighfar di pagi hari, lalu wafat di hari itu juga, niscaya ia termasuk penghuni surga,”(Kitab Al-Adzkar karangan Imam An-Nawawi).
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Demikianlah khutbah Jumat pekan ini. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik, dan dapat menjalankan amalan-amalan istimewa di bulan Rajab 1444 H, sehingga Allah Swt. menjadi rida. Aamiin allahumma aamiin.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani