Menuju konten utama

Kenapa AS, Inggris, & Israel Serang Yaman, Apa Terkait Houthi?

Apa yang menjadi alasan AS, Inggris, & Israel menyerang Yaman serta kaitannya dengan kelompok Houthi?

Kenapa AS, Inggris, & Israel Serang Yaman, Apa Terkait Houthi?
Houthi Yaman. AP / Hani Mohammed

tirto.id - AS, Inggris, dan Israel secara kompak melakukan serangan terhadap Yaman. Apa yang melatarbelakangi tindakan AS beserta sekutunya serta kaitan dengan Houthi yang dibekingi Iran?

Konflik Israel-Palestina semakin memanas seiring keputusan AS dan Inggris yang mulai meluncurkan serangan terhadap Yaman.

Presiden AS, Joe Biden, menyebutkan Amerika Serikat bersama Inggris melancarkan serangan udara dan rudal di daerah-daerah yang dikuasai Houthi di Yaman.

Biden menyebut tindakannya mendapatkan dukungan dari sejumlah negara, seperti Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda.

Ia mengklaim negara-negara tersebut ikut terlibat dalam serangan ke kantong-kantong markas Houthi.

"Serangan ini merupakan respons langsung terhadap serangan Houthi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kapal-kapal maritim internasional di Laut Merah, termasuk penggunaan rudal balistik anti-kapal untuk pertama kali dalam sejarah," ucap Joe Biden, dikutip The Guardian.

"Serangan-serangan itu telah membahayakan personel AS, pelaut sipil, dan mitra kami, membahayakan perdagangan, dan mengancam kebebasan bernavigasi," sambung politikus Partai Demokrat itu.

Awal Serangan Houthi di Laut Merah

Apa yang dilakukan AS bersama sekutunya terhadap negara Yaman tidak terlepas dari tindakan kelompok Houthi.

Houthi merupakan milisi Yaman yang berlatar belakang Islam Syiah Zaidi. Kelompok ini mempunyai anggota berjumlah 20.000 lebih. Mereka menguasai sebagian besar wilayah barat Yaman dan bertanggung jawab atas garis pantai Laut Merah.

Selama ini, Houthi diduga mendapatkan dukungan penuh dari Iran yang memang sudah lama berseberangan dengan Arab Saudi. Kelompok Houthi juga secara tegas menyatakan dukungan untuk Hamas dalam perang melawan Israel di Gaza.

Pasca insiden 7 Oktober 2023, Abdul Malik Al-Houthi, pemimpin Houthi, mengungkapkan pasukannya siap bergerak dalam jumlah ratusan ribu orang untuk bergabung bersama rakyat Palestina dalam menghadapi invasi Israel.

Sejurus kemudian, Houthi meluncurkan serangan rudal dan pesawat tak berawak alias drone ke kapal-kapal yang melintasi Laut Merah.

Kawasan Laut Merah terkenal sebagai salah satu jalur pelayaran paling padat di dunia sekaligus menghubungkan Eropa, Asia, dan Afrika timur.

Sebagian besar rudal Houthi berhasil dicegat melalui serangan balasan kapal-kapal Amerika Serikat dan Israel yang sudah berada di lokasi perairan Laut Merah.

Namun, militan Houthi juga sukses membajak sebuah kapal pengangkut mobil yang terkait dengan pengusaha asal Israel. Mereka melakukan aksi dengan menggunakan helikopter hingga menculik para awak.

Houthi menegaskan semua kapal yang mereka anggap terkait dengan Israel atau sekutunya akan menjadi target angkatan bersenjata.

Puncak Serangan Houthi

Puncak serangan Houthi di Laut Merah terjadi pada Kamis (11/1/2024) dini hari waktu setempat. Menurut keterangan militer AS, Houthi menembakkan rudal balistik anti-kapal ke jalur pelayaran di Teluk Aden.

Serangan tersebut menjadi yang ke-27 terhadap pelayaran internasional di Laut Merah sejak 19 November 2023 silam.

France24 mengabarkan serangan semakin intensif hingga menyebabkan perusahaan-perusahaan pelayaran mengalihkan rute pelayaran ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Alhasil, keputusan itu bisa memicu guncangan ekonomi secara global.

Amerika Serikat dan sekutunya sempat mengeluarkan peringatan terhadap Houthi agar menghentikan serangan. AS lalu membentuk koalisi internasional yang terdiri dari 12 negara guna melindungi lalu lintas maritim di wilayah tersebut.

Akan tetapi, Houthi lagi-lagi melancarkan serangan yang dinilai paling signifikan pada Selasa (9/1). AS dan Inggris mengklaim telah menembak jatuh 18 pesawat tak berawak dan 3 rudal.

AS & Sekutu Serang Balik Markas Houthi di Yaman

Menyikapi tindakan Houthi di Laut Merah, AS bersama sekutunya lantas sepakat untuk menyerang balik markas-markas Houthi di Yaman.

Time mengabarkan militer AS dan Inggris membombardir lebih dari 12 lokasi yang dianggap menjadi basis Houthi pada hari Kamis, (11/1).

Pejabat AS menyebutkan pihaknya menggunakan rudal Tomahawk yang diluncurkan dari kapal perang dan kapal selam serta pengerahan jet tempur.

Target militer adalah lokasi pertahanan udara dan radar pantai serta lokasi penyimpanan drone, peluncuran drone, dan rudal.

4 ledakan terjadi di ibukota Yaman, Sanaa, pada Jumat (12/1) dini hari waktu setempat. 5 ledakan kuat turut menghantam daerah pelabuhan barat kota yang terletak di Laut Merah.

Tempat ini adalah kota pelabuhan terbesar yang dikuasai Houthi. Serangan juga terjadi di Taiz dan Dhamar, kota-kota di selatan Sanaa.

Sementara Reuters menuliskan serangan itu turut menargetkan pangkalan militer yang berdekatan dengan bandara Sanaa, situs militer di dekat bandara Taiz, pangkalan Angkatan Laut Houthi di Hodeidah, serta situs-situs militer di Hajjah.

Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak menyampaikan Angkatan Udara Kerajaan melakukan serangan yang mentargetkan fasilitas militer Houthi.

Kementerian Pertahanan Inggris menambahkan 4 jet tempur yang berbasis di Siprus dikerahkan untuk ikut ambil bagian dalam serangan ini.

"(Inggris mengambil) tindakan terbatas, perlu, dan proporsional untuk membela diri, bersama Amerika Serikat dengan dukungan non-operasional dari Belanda, Kanada, dan Bahrain terhadap target-target yang terkait dengan serangan-serangan ini, untuk menurunkan kemampuan militer Houthi dan melindungi pelayaran global," beber Rishi Sunak.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menilai serangan mereka mentargetkan kemampuan Houthi, termasuk pesawat tak berawak, rudal balistik dan jelajah, radar kostal, dan pengawasan udara.

Baca juga artikel terkait PERANG YAMAN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra