Menuju konten utama

Penyebab Perang di Laut Merah antara Houthi Yaman dan AS-Inggris

Apa penyebab perang antara Houthi Yaman melawan Amerika Serikat dan Inggris di Laut Merah?

Penyebab Perang di Laut Merah antara Houthi Yaman dan AS-Inggris
Milisi Houthi di Sanaa, Yaman. REUTERS/Mohamed al-Sayaghi

tirto.id - Pertempuran di Laut Merah terjadi antara Houthi Yaman dan Amerika Serikat (AS) bersama Inggris pada Jumat (12/1/2024) dini hari. Apa penyebab perang tersebut?

Mohammed al-Attab dari Al Jazeera, melaporkan dari ibu kota Yaman, Sanaa, bahwa sebuah pangkalan militer di utara Sanaa, sekitar Bandara Hodeidah di Saada, dan unit militer Houthi menjadi sasaran serangan yang dilakukan oleh AS dan Inggris.

Pejabat Houthi menggambarkan serangan tersebut sebagai “agresi” yang dilakukan AS dan Inggris, dan telah memperingatkan bahwa “agresor akan menanggung akibat atas apa yang telah mereka lakukan”.

Para pejabat Houthi telah memperingatkan bahwa serangan apa pun yang dilakukan pasukan Barat akan menimbulkan respons yang lebih kuat.

AS-Inggris sudah bersiap untuk melakukan gempuran senjata kepada Houthi Yaman sejak Rabu, 10 Januari 2024 usai kapal komersil mereka diserang dan dibajak oleh Houthi Yaman.

The Guardian melaporkan, dewan kemanan PBB menyerukan diakhirinya segera serangan Houthi Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Dewan keamanan PBB pada hari Rabu, juga telah mengesahkan sebuah resolusi tanpa persetujuan Rusia dan Tiongkok.

Ketentuan penting dalam resolusi yang didukung oleh AS dan Jepang itu adalah mencatat hak negara-negara anggota PBB, sesuai dengan hukum internasional, “untuk melindungi kapal mereka dari serangan, termasuk serangan yang melanggar hak dan kebebasan navigasi”.

Apa Penyebab Perang antara Houthi Yaman dan AS-Inggris?

Reuters mewartakan, AS-Inggris melancarkan serangan dari udara dan laut terhadap militer Houthi di Yaman sebagai tanggapan atas serangan yang dilakukan oleh Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Kapal-kapal yang dimaksud adalah kapal komersial terkait Israel yang melewati Laut Merah. Serangan tersebut dilakukan oleh Houthi untuk membela Palestina yang digempur oleh Israel secara brutal dalam beberapa bulan terakhir.

Presiden AS, Joe Biden memperingatkan dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam bahwa dia tidak akan ragu untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.

“Serangan yang ditargetkan ini adalah pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra kami tidak akan menoleransi serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi,” kata Biden.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "indikasi awal menunjukkan bahwa kemampuan Houthi untuk mengancam pengiriman barang dagangan telah terpukul."

Di lain pihak, menurut al-Attab, kelompok Houthi mengatakan bahwa alih-alih melakukan eskalasi militer, AS dan Inggris seharusnya meredakan ketegangan dengan mencegah pembantaian Israel di Gaza dan mengizinkan masuknya makanan dan obat-obatan ke wilayah Palestina yang terkepung.

AP News melaporkan pada Minggu, 7 Januari 2024, Juru bicara Houthi Yaman, Jenderal Yahya Saree mengklaim serangan yang mereka lakukan di Laut Merah “menargetkan kapal Amerika yang memberikan dukungan kepada entitas Zionis,” tanpa memberikan informasi lebih lanjut.

Dia juga menggambarkannya sebagai “tanggapan awal” terhadap pasukan Amerika yang menenggelamkan kapal-kapal Houthi dan membunuh 10 pejuang pemberontak pekan lalu.

Houthi akan “terus mencegah kapal-kapal Israel atau mereka yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki untuk berlayar di Laut Merah sampai agresi berhenti dan pengepungan terhadap saudara-saudara kita yang setia di Jalur Gaza berakhir,” kata Saree.

Kelompok Houthi mengatakan serangan mereka bertujuan untuk mengakhiri serangan udara dan darat Israel yang menargetkan Jalur Gaza di tengah perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung.

Baca juga artikel terkait URGENT atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Politik
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra & Balqis Fallahnda