Menuju konten utama

BDS Indonesia: Boikot Bentuk Dukungan Konkret ke Palestina

Sejak 2005, gerakan BDS (Boikot, Divestasi dan Sanksi) telah meminta komunitas internasional untuk menekan Israel secara ekonomi.

BDS Indonesia: Boikot Bentuk Dukungan Konkret ke Palestina
Header Wansus Giri Ahmad Taufik. Tirto.id/Tino.

tirto.id - Serangan Israel bertubi-tubi terhadap Militan Hamas, Palestina, pada awal Oktober 2023, menjadi titik balik Gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) di seluruh dunia. BDS adalah gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan sebagai jalan lain dalam melawan serangan militer Israel.

Sejak 2005, gerakan BDS mengajak warga dunia untuk menekan Israel secara ekonomi. Gerakan ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan sipil terhadap pendudukan, kolonialisme, dan apartheid negara Israel.

Di Indonesia, gerakan BDS mulai masuk sekitar 2020. Gerakan ini mulai terlihat masif setelah aksi kekejaman Israel terhadap warga sipil Palestina yang menewaskan ribuan nyawa pada Oktober 2023 lalu.

"Ini pas 7 Oktober kemarin jadi momentum untuk mengkampanyekan bahwa ada aksi alternatif selain demonstrasi," kata Co-Founder BDS Indonesia, Giri Ahmad Taufik, kepada Tirto, 5 Januari 2024 lalu.

Giri yang juga Dosen Pascasarjana FH Universitas Djuanda menyampaikan, BDS Indonesia saat ini mereplikasi apa yang sudah dilakukan oleh BDS Internasional. Tujuan gerakan BDS adalah memberikan sanksi ekonomi terhadap seluruh brand atau perusahaan yang terbukti secara terafiliasi dengan Israel.

Gerakan boikot produk terafiliasi dengan Israel ini sempat menggema di Indonesia ketika serangan Israel makin membabi buta ke Palestina. Lalu bagaimana sebenarnya kelahiran dari gerakan ini dan bisa masuk ke Indonesia hingga bagaimana aksi nyata ke depan akan dilakukan?

Berikut ini petikan wawancara Tirto dengan Co-Founder BDS Indonesia:

Gerakan BDS awal mulanya di Palestina. Bagaimana hingga akhirnya bisa menyebar sampai ke Indonesia?

Gerakan BDS itu mulanya kalau tidak salah tahun 2005 awal. Yang pertama dilakukan itu cultural boycott (boikot budaya), misal artis datang campaign (karyanya) tidak usah datang ke Israel karena mereka melakukan occupation (okupasi). Lalu akademik boikot, jadi memboikot hasil-hasil produksi ilmuwan Israel.

Pendirinya itu namanya Omar Bargouthi, orang Palestina yang juga warga negara Israel. Omar memulai gerakan BDS ini terinspirasi dari gerakan Afrika Selatan dulu waktu Apartheid.

Salah satu yang mungkin penting bahwa gerakan boycott, divestment, and sanctions ini kan sebenarnya political action. Jadi ada goals-nya jelas, terus dia sifatnya strategic, jadi milih-milih lah. Kalau tidak terlalu signifikan hasilnya, kemudian dampaknya tidak terlalu besar dibandingkan effort-nya maka mungkin tidak dilakukan.

Singkat cerita beberapa kawan melihat ini menarik untuk mendorong gerakan BDS buka chapter di Indonesia.

Jadi ini inisiasinya per negara bukan dari misal BDS Internasionalnya?

Sebenarnya BDS itu organisasi tanpa bentuk, cair aja, organik. Siapa yang mau ikut, bisa kolaborasi dalam gerakan ini. Tapi tidak ada support dana, tidak ada. Jadi jejaring organik saja.

Bagaimana melakukan campaign, prinsip-prinsipnya seperti apa. Karena campaign ini seringkali kepleset misalnya kayak anti Yahudi gitu, itu tidak boleh.

Yang ditarget itu complicity (keterlibatan), sejauh mana sebuah entitas bisnis, politik, atau individu berkontribusi terhadap Israel. Dan yang diperjuangkan itu sebenarnya, bahwa kita semua punya hak yang sama, lalu kita diskusi (bukan pendudukan militer).

Bahwa ada kesetaraan antara hak-hak warga Palestina, baik yang di Tepi Barat di bawah penguasaan PLO (Organisasi Pembelaan Palestina) atau Gaza di Hamas, dan orang-orang Israel. Jadi kesetaraan hak gitu.

Karena Israel itu kan sebenarnya mengokupasi semuanya. Israel bilang bahwa dia tidak ada di Gaza, iya tidak ada secara fisik. Tapi dia mengontrol semuanya. Ketika dia melakukan kontrol terhadap akses ke Gaza, dia punya tanggung jawab untuk memberikan kesetaraan itu.

Inisiasi gerakan BDS di Indonesia ini apakah setelah serangan 7 Oktober 2023 atau jauh sebelum itu?

Giri Ahmad Taufik

Co Founder BDS Giri Ahmad Taufik. (Instagram/@jenteralawschool)

Jauh sebelum itu. Kita kalau di Indonesia itu 2020 ada seminar BDS Indonesia. Saat itu kita mulai menentukan format strateginya, karena rata-rata pesertanya adalah profesional di bidang kerjanya, aktivis, atau PNS.

Cuma iklim di Indonesia kan, kita rasa itu Wakanda, jadi sempat ada ketakutan tertentu. Kita bahkan pernah diskusi potensi kalau dipidana segala macam. Tapi pas 7 Oktober kemarin jadi momentum untuk mengkampanyekan bahwa ada aksi alternatif selain demonstrasi. Ini penting dalam konteks Indonesia, ada hal yang substantif dan strategis di luar kekerasan untuk melawan injustice (ketidakadilan) di Palestina ini.

Jadi gerakan seperti apa di luar demonstrasi yang dilakukan oleh Gerakan BDS?

Orang-orang yang tergabung dalam BDS ini melihat perlu ada hal selain demo atau beri bantuan. Karena Amerika Serikat juga sempat beri bantuan ke Palestina. Tapi harus ada orang yang membidik dan menyentuh persoalan ketidakadilan.

Demo-demo itu cukup baik untuk meningkatkan awareness terkait okupasi Israel di Palestina. Setelah itu, apa yang bisa kita lakukan untuk menekan Israel?

Nah, ini untuk menjawab apa sih selain demo yang bisa dilakukan atau selain bikin charity yaitu melakukan isolasi terhadap Israel. Makanya kita ambil bentuk BDS ini sebagai bentuk yang pas. Sebagai bentuk gerakan untuk perjuangan Palestina.

Tadi sempat bilang rasa Wakanda, apa yang membuat ada perasaan potensi intimidasi terhadap gerakan ini?

Represi terhadap gerakan BDS ini cukup keras dari Amerika Serikat, misalnya. Di Amerika Serikat itu, misalnya jika saya sebagai pengajar mau ke AS atau mendapatkan program dari AS itu akan jadi catatan. Jadi ada potensi risiko terhadap profesi.

Kalau untuk di Indonesia saat ini belum ada potensi apapun, karena kita tidak secara frontal boikot AXA atau Puma. Selain ada juga pertimbangan, misalkan Puma yang supply chain-nya ada di Tangerang. Kalau kita aktif menyuarakan boikot mereka, nanti bagaimana nasib buruhnya. Jadi dulu ada pertimbangan itu. Kita belum pernah melakukan direct action untuk langsung menegur.

Ilustrasi Boikot Israel

Ilustrasi Boikot Israel. (AP Photo/Francois Mori )

Gerakan BDS di Indonesia ini khas. Karena bentuk boikotnya itu organik banget, jadi bukan gerakan yang terstruktur. Gerkan boikot ini murni dari masyarakat, organik sebagai bentuk solidaritas lalu kita boikot beberapa produk.

Yang dilihat juga kan dari boikot yang organik ini antara aksi politik untuk mendukung perjuangan Palestina, mendorong aksi melawan ketidakadilan yang dilakukan Israel terhadap Palestina, bercampur dengan sentimen anti Amerika. Di dalam framework kita, yang organik itu boleh, tapi keterlibatannya harus dicek dulu. Jadi bukan semata karena dia brand Amerika lalu diboikot, tidak seperti itu.

Kayak Starbucks, sebenarnya keterlibatannya cuma gara-gara dia menggugat serikat buruhnya. Sementara McD, mereka tidak bisa tutup mata dong terhadap apa yang dilakukan oleh McD Israel (memberi makan gratis tentara Israel). Harusnya dia punya moral clause perlindungan terhadap brand.

Artinya boikot organik di Indonesia ini lebih banyak yang datang banyak dari masyarakat dibandingkan BDS Internasional? Gerakan boikot utama di BDS Indonesia sendiri seperti apa dan alasan memboikot brand-brand tersebut apa?

Kalau yang targetedboycott, itu kita baru campaign, misalnya HP (Hewlett Packard). HP itu menjadi target boikot di Indonesia karena dia menyediakan alat untuk surveillance orang Palestina. Sebenarnya kalau untuk HP itu sudah di mana-mana bukan hanya di BDS Indonesia.

Kemudian Puma, keterlibatannya itu karena dia membiayai Liga Israel. Dia menjadi sponsor, kayak BRI di Liga Indonesia. Nah, itu diboikot. Akhirnya dia membatalkan atau tidak meneruskan menjadi sponsor Liga Israel. Setelah habis kontraknya, dia tidak memperpanjang sponsornya.

Kenapa itu jadi penting? Kenapa sepak bola Israel harus diboikot? Karena klub di liga itu, sekitar dua atau enam klub itu beroperasi di tepi barat. Jadi kayak nyolong (wilayah Palestina). Itu juga yang membuat isu Israel di FIFA U20. Kita punya standing yang cukup untuk menolak keberadaan tim Israel karena mereka melanggar statuta FIFA. Nah itu sebenarnya harus diboikot.

Bagaimana proses untuk memilah brand mana yang diboikot, divestasi, dan sanksi?

Boikot itu pada dasarnya consumerboycott terhadap sesuatu, mengisolasi entah produk atau kegiatan apapun. Kalau yang divestasi itu untuk investor sebenarnya.

Jadi misal Elbit Systems, perusahaan senjata yang melantai di BEI (Bursa Efek Indonesian). Ya kita tidak boleh (membeli sahamnya). BDS menyerukan, kalau kita punya saham di situ, didivestasi sahamnya. Kita tidak usah ikut saham itu.

Di beberapa serikat buruh di luar negeri, di negara maju gitu, mereka punya iuran terus dibuat dalam bentuk investasi. Nah, itu serikat buruh itu sudah tidak mau investasi di perusahaan yang terlibat dengan Israel.

Kalaupun mereka punya portofolio di perusahaan tersebut, kemudian akan didivestasi. Terakhir kalau tidak salah di New Zealand terjadi bentuk divesment.

Jadi untuk divestasi, kalau kita punya portofolio yang terkait dengan perusahaan tertentu itu harus di-divest.

Terus yang sanctions itu kayak yang dilakukan oleh Malaysia. ZIM tidak boleh masuk. Semua kapal yang dimiliki oleh ZIM, perusahaan perkapalan yang dimiliki oleh perusahaan Australia itu tidak boleh berlabuh di Malaysia. Itu sanctions. Bentuk ekstremnya seperti yang dilakukan Houthi, semua kapal ZIM yang lewat Laut Merah dibajak.

Apakah gerakan BDS ini cukup berhasil menekan perusahaan tersebut?

Airbnb itu sekarang akhirnya tunduk dengan gerakan BDS. Sebelumnya dia ikut menawarkan rumah-rumah yang berada di daerah okupasi Israel. Akhirnya dia blacklist rumah-rumah yang dimiliki oleh Israel di wilayah okupasi itu. Akhirnya tidak masuk dalam list BDS.

Misal, jika Pizza Hut tidak mau masuk dalam daftar boikot, ya nyatakan misal kami tidak beroperasi di Israel, tidak mendukung, atau setidaknya menyatakan bahwa perusahaan tunduk dan taat pada hukum internasional. Jadi goals-nya itu.

Aksi Amnesty Internasional di Kedubes AS

Sejumlah pegiat HAM dari Amnesty International Indonesia membentangkan spanduk dan poster saat melakukan aksi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Jakarta, Jumat (27/10/2023). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nym.

Apakah dari masing-masing negara cek keterlibatan perusahaan yang diduga terlibat atau sementara ini mengikuti arahan BDS International?

Kita belum punya resource ya untuk mengecek satu per satu. Jadi mengikuti list yang dikeluarkan oleh PBB lalu dimodifikasi sama BDS secara kolektif ini perusahaan (terafiliasi) karena targeted. Dari list itu kemudian ditarget lagi yang kita anggap kemudian terlibat. Belum ada mekanisme baku pengusulan boikot perusahaan ini seperti apa.

Apakah bisa dibilang gerakan BDS ini berhasil atau tidak?

Kalau kontak jaringan BDS internasional kayaknya belum ada tools yang menilai gerakan kita ini berhasil atau tidak. Tapi ada dua ya yang perlu dilihat. Pertama, tujuan utamanya kan isolasi ekonomi. Kemudian kedua adalah campaign-nya itu sendiri untuk orang-orang agar aware terhadap situasi ketidakadilan di Palestina yang kemudian mengambil sikap.

Kalau untuk bidang ekonomi itu ada perbedaan pendapat. Jadi ada tulisan dari salah satu media alternatif yang menguraikan bahwa BDS ini sukses memberi tekanan ekonomi kepada Israel. Namun, di sisi lain ada yang bilang tidak berhasil.

Argumennya, mau menekan gimana pun industri Israel itu semua adalah industri dasar. Di sisi situ, argumen ekonominya panjang tapi kurang lebih seperti itu. Itu dari sisi isolasi ekonomi terus memberikan tekanan terhadap perusahaan.

Nah, yang paling berhasil itu menurut saya sih target campaign ya. Karena pemerintah Israel itu sampai mengkategorikan bahwa BDS itu adalah bahaya bagi Israel. Jadi kalau gerakan ini terus berkembang, Israel bisa runtuh dan mati.

BDS bisa menjadi ancaman eksistensial bagi Israel karena kita melakukan isolasi terhadap mereka. Israel itu sampai mengeluarkan uang yang besar untuk melawan campaign BDS, terutama di Eropa.

Kalau di Indonesia, sejauh ini pencapaiannya seperti apa? Sudah bisa dibilang berhasil atau belum?

Saat ini kita, pertama itu campaign media dan yang kedua kita lobi kebijakan. Jadi dalam waktu dekat rencananya, kita akan mendorong beberapa agenda advokasi. Idenya advokasi kebijakan.

Misalnya, HP sebagai target boikot. Apakah pemerintah bisa mengeluarkan aturan untuk tidak menggunakan produk keluaran HP. Jadi semua lembaga pemerintah itu haram hukumnya untuk menggunakan dan tidak boleh ada produk HP di lingkungan pemerintahan.

Jadi lebih pada advokasi kebijakan bentuknya, yang paling nyata kayak di Malaysia atau Turki. Di lingkungan parlemen Turki tidak boleh ada produk Nestle dijual di lingkungan parlemennya. Nah, bentuk-bentuk kayak gitu. Jadi pemerintah yang akan memboikot.

Di Malaysia itu kan outputnya produknya misalnya larangan bagi kapal ZIM yang punya Israel. Tidak boleh sandar di pelabuhan dia.

Bentuknya apakah kebijakan resmi atau parsial?

Masih parsial sektoral. Ini yang saya bayangkan pada akhirnya harus ada undang-undang yang memboikot. Jadi advokasinya ada undang-undang anti pendudukan yang jadi payung besar dan sektor-sektor tertentu diminta list mana yang diboikot.

Baca juga artikel terkait WAWANCARA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Rina Nurjanah
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri