tirto.id - Pendiri Aplikasi KALBU (platform online untuk kesehatan mental masyarakat) Iman Hanggautomo menjelaskan ada beberapa kelompok yang dinilai rentan terkait kesehatan mental di masa pandemi COVID-19.
Kelompok yang rentan terhadap kesehatan mental adalah anak dan remaja, kalangan pekerja, terutama yang kehilangan pekerjaan atau berkurang penghasilannya. Kemudian, orang tua dan pasangan yang diharuskan terlalu sering bersama karena adanya pembatasan kegiatan.
Apabila persoalan mental itu tidak diatasi dengan baik, kata Iman, akan ada dampak lain yang muncul. Maka daripada itu, perlu juga untuk melakukan konsultasi psikologis secara daring, apalagi saat ini sudah banyak tersedia platform untuk berkonsultasi.
“Kita harus menghilangkan stigma negatif tentang konsultasi psikologis, bahwa kesehatan mental bukanlah hal yang tabu. Edukasi pentingnya kesehatan mental juga harus ditingkatkan sejak dini, misalnya dengan menyisipkan pendidikan tersebut ke dalam pelajaran sekolah,” ungkap Iman seperti dilansir laman resmi Satgas Covid-19.
Ia juga menjelaskan, akan ada tiga dampak yang mungkin terjadi akibat buruknya kesehatan mental seseorang, yaitu:
1. Hubungan menjadi tidak harmonis
Hubungan yang tidak harmonis bisa juga berasal dari dampak paling ringan buruknya kesehatan mental. “Kalau tidak harmoni itu jadi suka marah-marah di dalam rumah, atau perasaannya jadi lebih sensitif. Tentu ini tidak baik ya," ucapnya.
2. Terganggunya kesehatan fisik
Kesehatan mental dan kesehatan fisik saling berkaitan. Apabila seseorang mengalami persoalan kesehatan mental, maka hal itu akan berdampak pada kesehatan fisik.
“Kan kalau mental terganggu, jadi stres. Lama-lama bisa meninggal karena stres atau sakit komplikasi yang muncul,” ungkap Iman.
3. Bunuh diri
Iman mengatakan, kesehatan mental seseorang tidak bisa dianggap sebelah mata karena dampak buruknya bisa mengakibatkan seseorang nekat mengakhiri hidupnya sendiri atau bunuh diri.
“Ini cukup banyak terjadinya. Mereka cari jalan pintas dengan bunuh diri,” kata Iman.
Menurut World Health Organization (WHO), ada beberapa hal yang harus diketahui tentang upaya bunuh diri, seperti banyak orang berpikir tentang bunuh diri di beberapa titik dalam hidup mereka.
“Jalan dan perilaku bunuh diri adalah tanda-tanda tekanan emosional yang parah, bukan kelemahan. Tidak apa-apa untuk bertanya kepada seseorang apakah mereka berpikir tentang bunuh diri agar mungkin untuk menjadi lebih baik,” demikian pernyataan WHO.
“Jika Anda khawatir tentang seseorang yang berisiko bunuh diri, bicaralah dengan mereka. Dengarkan dengan pikiran terbuka dan tawarkan dukungan Anda,” kata WHO menjelaskan.
--------------
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Editor: Iswara N Raditya