Menuju konten utama

Kenaikan Tarif Ojol akan Bikin Warga Beralih Ke Kendaraan Pribadi

Research of Socio-Economic Development (RISED) menyatakan rencana kenaikan tarif ojek online (ojol) bisa membuat para penggunanya beralih ke kendaraan pribadi.

Kenaikan Tarif Ojol akan Bikin Warga Beralih Ke Kendaraan Pribadi
Salah satu pengendara ojek online melintasi trotoar di kawasan Jalan KH. Hasyim Ashari, Jakarta, Senin, (28/1/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Wacana kenaikan tarif ojek online (Ojol) oleh pemerintah disinyalir bakal membuat warga atau pengguna angkutan umum beralih menggunakan kendaraan pribadi.

Hal tersebut terungkap dari hasil survei Research of Socio-Economic Development (RISED) tentang Persepsi Konsumen terhadap jasa ojek online di Indonesia.

"Konsumen dapat dengan mudah kembali menggunakan kendaraan pribadi sepenuhnya apabila tarif ojol naik signifikan. Yang dikhawatirkan pengguna motor atau mobil pribadi akan bertambah banyak," terang Ketua Tim Peneliti RiSED Rumayya Batubara dalam konferensi pers di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Senin (11/2/2019).

Survei yang dilakukan terhadap 2001 konsumen Ojol di 10 provinsi itu menunjukkan bahwa sebanyak 22,99 persen responden keberatan jika tarif Ojol dinaikkan. Sementara 48,1 persen bersedia asal kurang dari Rp5000 dan 28,88 persen bersedia dengan kenaikan tarif.

Dengan rata-rata perjalanan 8,8 km/hari dan tarif sebesar 2.200/km, kata Rumayya, maka rata-rata pengeluaran konsumen per hari sebesar Rp19.360. Jika mengacu ke rencana kenaikan tarif Ojol ke angka Rp3.100 oleh pemerintah, maka rata-rata pengeluaran harian untuk ongkos meningkat menjadi Rp27.280.

Dengan demikian, ada kenaikan sebesar Rp7.920 sehari atau di atas Rp5.000.

"Artinya, ada 74 persen dari total konsumen atau 7 dari 10 konsumen berpotensi akan mengurangi orderan," tutur Rumayya.

Hasil riset juga menunjukkan bahwa konsumen yang menikmati mobilitas Ojol telah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. 18,63 persen dari total responden mengaku menggunakan kendaraan pribadi 10-20 kali/sepekan, 72,52 persen mengaku menggunakan kendaraan pribadi 1-10 kali per pekan, serta 8,85 persen tak lagi mengunakan kendaraan pribadinya.

Ekonom dari Universitas Indonesia Fhitra Faisal menyampaikan, kenaikan tarif Ojol bisa mengurangi jumlah penumpang busway serta kereta Commuter Line Jabodetabek. Pasalnya, pengguna dua kendaraan pribadi tersebut masih menggunakan Ojol sebagai penghubung (feeder) dari rumahnya ke stasiun atau terminal Transjakarta.

"40 persen lebih itu ojol ini tujuannya atau destinasinya ke stasiun atau terminal terdekat. dan kalau kita lihat pembangunan masiv LRT-MRT segala macam itu kan sebenarnya kita masih butuh feeder-feeder. Di sini ada potensi zero ridership nantinya MRT ini," tutur Faisal.

Baca juga artikel terkait OJEK ONLINE atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno