Menuju konten utama

Kelas Tirto Edisi Yogyakarta Rampung Dihelat di Tiga Kampus

Kelas Tirto edisi Yogyakarta telah selesai terselenggara di tiga kampus, yakni UGM, UNY, dan UPN. Simak isi kelas jurnalisme data Tirto di bawah ini.

Kelas Tirto Edisi Yogyakarta Rampung Dihelat di Tiga Kampus
Kelas Tirto jurnalisme data di Universitas Negeri Yogyakarta. tirto.id/Amir Fuaddi

tirto.id - Roadshow Kelas Tirto edisi Yogyakarta telah dilaksanakan pada 19-21 Februari 2024. Kelas Tirto yang dilangsungkan selama tiga hari berturut-turut ini disponsori oleh Micro-Star International (MSI).

Kelas Tirto bertajuk “Bercerita Lewat Data & Visual” tersebut secara berturut-turut digelar di tiga kampus. Diawali di Universitas Gadjah Mada (UGM), kemudian Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan diakhiri dengan gelaran di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Di tiga kampus tersebut, MSI memeriahkan Kelas Tirto dengan membagikan sejumlah merchandise menarik kepada peserta di sela-sela pelatihan berlangsung. Selain itu, MSI membuka booth yang memamerkan berbagai produk laptop terbaru MSI, baik seri gaming maupun non-gaming.

Kelas Tirto edisi Yogyakarta dibuka untuk umum, tanpa dipungut biaya. Peserta yang mengikuti Kelas Tirto juga boleh membuat karya jurnalisme data, baik secara kolaboratif maupun perorangan, bertema bebas. Karya-karya tersebut nantinya akan diseleksi oleh redaksi Tirto.id. Laporan jurnalisme yang terpilih berhak dirilis di situs web Tirto.id.

Ada tiga narasumber yang mengisi agenda pelatihan atau kelas jurnalisme data di Yogyakarta. Semuanya berasal dari internal redaksi Tirto.id, yakni Nuran Wibisono, Redaktur Pelaksana Mild Report Tirto.id sekaligus penulis buku; Alfons Yoshio dari tim riset; dan Erenn Pratama selaku Art Director.

Kelas Tirto “Bercerita Lewat Data & Visual” di Yogyakarta digelar dengan format sama, baik di UGM, UNY, maupun UPN. Masing-masing kelas pelatihan terbagi ke dalam dua sesi, yakni “Data Journalism 101” dan “Visual Crafting for Mobile Journalism”.

Durasi pelaksanaannya pun sama, yakni empat jam. Lamanya gelaran Kelas Tirto itu sudah termasuk jeda istirahat dan ice breaking yang dimeriahkan MSI.

Jurnalisme Data Tidak Melulu Harus Bertema "Berat"

Kelas Tirto sesi pertama dibawakan oleh Nuran Wibisono dan Alfons Yoshio. Nuran mendapat giliran pertama yang mengulas data dalam cerita. Nuran banyak membahas tentang penerapan jurnalisme data dalam lifestyle journalism atau jurnalisme gaya hidup.

Dalam tiga Kelas Tirto, yang masing-masing berlangsung di UGM, UNY, dan UPN, Nuran menjelaskan bahwa data tidak hanya melulu digunakan untuk mengerjakan tema-tema serius, misalnya ekonomi dan politik. Data dapat dimanfaatkan untuk menggarap tema-tema yang cenderung santai dan menghibur, seperti gaya hidup.

Berkaitan dengan hal tersebut, Nuran memaparkan bahwa jurnalisme data dapat mencakup berbagai bidang, termasuk musik, makanan, film, dan travelling. Dalam materinya, Nuran mencontohkan penggunaan jurnalisme gaya hidup berbasis data dalam berbagai laporan. Salah satunya laporan berjudul “Why Songs of the Summer Sound the Same” (2018) oleh Sahil Chinoy dan Jessia Ma, dipublikasikan di New York Times.

Ada pula laporan terbitan Tirto.id bertajuk “61 Tahun Iwan Fals” (2022), ditulis oleh I Putu Gede Paramahamsa dan Ni Made Tasyarani. Karya jurnalisme data itu membedah soal Iwan Fals dan lagu-lagunya, dari pemilihan tema hingga diksi di tiap bait liriknya.

Berdasarkan data yang diperoleh, disimpulkan bahwa Iwan Fals tampak lebih lugas saat Era Orde Baru. Namun, pasca-reformasi, Iwan Fals menjadi lebih berani dalam lagu-lagunya. Selain itu, Iwan Fals tercatat lebih banyak menulis lagu yang menyoal kondisi sosial dan cinta daripada politik.

Dalam pemaparan materinya, Nuran juga memberikan sejumlah tip bagi yang ingin menekuni jurnalisme data. Salah satunya ialah memulai penggarapannya dengan tema yang dekat dan disukai, misalnya tentang mi, skincare, dan sebagainya.

Kelas Tirto jurnalisme data di UNY

Alfons Yoshio Kelas Tirto jurnalisme data di UNY. tirto.id/Amir Fuaddi

Ambil Data Secara Menyeluruh, Tidak Parsial

Alfons mendapat giliran setelah Nuran. Hal ini karena Alfons diberi jatah materi tentang cara mengumpulkan dan menggunakan data. Ia memulai penjelasannya dengan membahas pengertian data, kemudian sumber data, dan diakhiri dengan cara mengolah data.

Dalam penjelasannya, Alfons menyebutkan, sumber data dibedakan menjadi dua, yakni data primer dan sekunder. Sumber data primer maupun sekunder umum digunakan untuk keperluan jurnalisme data.

Untuk mengolah data, Alfons memberikan tip agar menggunakan data yang benar-benar dimengerti. Penting untuk memahami data secara menyeluruh, mulai dari variabelnya, deskripsi, hingga informasi kontekstual lainnya. Dengan memahami secara seksama, interpretasi data dapat dilakukan secara tepat.

Tak lupa, dalam materinya, Alfons membeberkan karya laporan jurnalisme data di rubrik "Periksa Data" Tirto.id. Beberapa yang diulas oleh Alfons antara lain “Menilik Data Perempuan Korban Pembunuhan di Indonesia”, "Mengapa Kasus Diabetes Melitus pada Anak Meroket", dan “Seberapa Banyak Objek Vital yang Bersebelahan dengan Pemukiman”. Ketiganya diproduksi dan terbit pada 2023.

Setelah pemaparan Nuran dan Alfons, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Terdapat berbagai pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa, termasuk terkait posisi Tirto.id dalam memilih data. Dalam hal ini, penanya mencontohkan kasus approval rating Presiden Jokowi yang memiliki data berbeda-beda. Ada hasil survei berangka tinggi. Ada pula yang rendah.

Atas pertanyaan tersebut, Alfons menjelaskan bahwa penting untuk mengambil data secara menyeluruh, tidak secara parsial. Hal ini mesti dilakukan karena memang tak semua data memiliki hasil sama.

Saat menemukan data berbeda, hal yang dapat dilakukan adalah mencari pembanding. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengumpulkan data secara kualitatif melalui wawancara.

Wawancara bisa dilakukan untuk mengulik lebih lanjut, misalnya sebagai kepanjangan tangan data yang menunjukkan ketidakpuasan terkait kinerja Jokowi. Dengan menghadirkan pembanding, pembaca dapat memperoleh informasi dari sudut pandang berbeda.

Bagaimana Mengemas Data Muluk hingga Jadi Konten Visual Menarik?

Erenn mendapat giliran pemungkas untuk membahas cara menyampaikan cerita dan data melalui kemasan visual. Erenn, dalam materinya, banyak membahas hal teknis untuk membuat konten visual berbasis data.

Contoh yang dibahas oleh Erenn salah satunya adalah konten #cukuptau dalam media sosial Tirto.id. Erenn menerangkan, konten #cukuptau merupakan kombinasi antara infografik eksploratif dan naratif. Permisalan yang ditunjukkan olehnya ialah konten berjudul “Harta Para Pejabat Pajak & Keuangan”.

Dalam konten visual tersebut, kekayaan diilustrasikan sebagai brankas yang diurutkan dari posisi terkecil hingga terbesar. Itu menggambarkan urutan kekayaan pejabat pajak dan keuangan.

Contoh lain yang dibahas Erenn ialah sebaran jalan rusak di Indonesia. Dalam konten tersebut, Erenn menggambarkan jalan rusak dengan gambar jalan yang retak sekaligus menambahkan unsur mata guna memberikan kesan interaktif.

Menurut Erenn, untuk membuat konten visual yang menarik dan memudahkan pembaca, harus memperhatikan sejumlah aspek. DI antaranya prinsip dasar layout, pemilihan font tepat, kombinasi warna, serta penggunaan gambar, ilustrasi, dan foto sesuai konteks. Selain itu, Erenn menekankan bahwa untuk dapat memiliki keahlian membuat konten visual yang menarik diperlukan jam terbang.

Setelah pemaparan Erenn, dibuka sesi tanya jawab lagi untuk peserta. Salah satu pertanyaan yang diajukan kepada Erenn ialah cara menyusun konten visual dari sumber artikel panjang agar tidak terjadi bias.

Menjawab pertanyaan tersebut, Erenn menjelaskan bahwa penting untuk memilih informasi yang akan dijadikan sebagai konten visual. Pasalnya, konten visual memang memiliki keterbatasan dalam menarasikan informasi.

Baca juga artikel terkait KELAS TIRTO atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin