Menuju konten utama

Kekerasan Perpeloncoan di Dunia Pendidikan

Kekerasan perpeloncoan kerap terjadi di dunia pendidikan, baik kekerasan verbal maupun fisik. Tak jarang juga hingga menelan korban.

Kekerasan Perpeloncoan di Dunia Pendidikan
Siswa baru memakai berbagai atribut yang tidak sesuai dengan proses belajar mengajar ketika mengikuti masa orientasi peserta didik baru (mopdb) di SMK Yuppentek 1 Tangerang, Banten. Antara foto/Widodo S. Jusuf.

tirto.id - Sampai saat ini, kekerasan verbal maupun fisik masih mewarnai dunia pendidikan di Tanah Air. Variasi perploncoannya juga lebih beragam, bahkan cenderung kejam. Misalnya hantaman lutut ke bagian rusuk, dijemur tanpa menggunakan pakaian serta diperintah untuk mencium ketiak teman-temannya.

Selain itu, mahasiswa baru juga diperintah untuk berjalan jongkok, dan diinjak oleh seniornya. Tak urung pelecehan terhadap mahasiswi baru kerap mewarnai. Semua bahkan tidak ada hubungannya dengan pendidikan yang akan ditempuh.

Tak jarang perpeloncoan juga menelan korban. Menurut penelusuran yang dilakukan tirto.id dari berbagai sumber, setidaknya kurang lebih sembilan orang yang meninggal akibat perpeloncoan. Hal tersebut terjadi mulai dari awal 2011 hingga awal 2016.

Mereka di antaranya : Rasyid Setiadi dari Universitas Pakuan Bogor, Daniel Vicli Pardamean dari Universitas Amajaya Jakarta, Jonoly dari IPDN, Fikri Dolas Mantya dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Dimas Dikita Handoko dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Erfin Juniayanto dari Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Tangerang, Rinra Sujiwa Syahrul Putra dari STPDN, Yudi Akbar Rizky dan Lutfi Rahmawati dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel.

Baca juga artikel terkait atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto