Menuju konten utama

Kecelakaan Maut di Tempat Wisata Berulang & Urgensi Pengawasan

Lemahnya pengasawan dan standar kelayakan yang tak teruji, seringkali menjadi biang kerok yang mengundang maut datang di tempat wisata.

Kecelakaan Maut di Tempat Wisata Berulang & Urgensi Pengawasan
Jembatan Kaca Hutan Pinus Limpakuwus. twitter/Info Jateng

tirto.id - Peristiwa nahas terjadi di sekitar Hutan Pinus Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Di lokasi tersebut, sebuah jembatan kaca di tempat wisata bernama The Geong, pecah pada Rabu (25/10/2023) pagi. Akibat kecelakaan itu, seorang wisatawan berinisial FA (49) meninggal.

Menurut keterangan Polresta Banyumas, para pengunjung yang kala itu mengenakan wahana jembatan kaca merupakan rombongan wisatawan dari Cilacap, berjumlah 11 orang. Kombes Pol Edy Suranta menyampaikan, ada empat orang wisatawan dalam rombongan tersebut yang jatuh akibat lembaran kaca yang pecah saat diinjak.

“Saat kacanya pecah, dua orang sempat berpegangan pengaman yang ada di jembatan kaca tersebut, kemudian dua orang lagi jatuh ke bawah,” jelas Edy.

Dua orang wisatawan yang jatuh tersebut berjenis kelamin perempuan, yakni berinisial AI (41) mengalami luka-luka dan FA (49) dinyatakan meninggal dunia oleh tim dokter. Dalam kesempatan terpisah, Ketua Koperasi Hutan Pinus Limpakuwus, Eko Purnomo mengatakan wahana jembatan kaca The Geong bukan bagian dari pengelolaan HPL.

Menurut dia, wahana jembatan kaca The Geong berada di lahan milik Kementerian Pertanian yang dikelola Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUHPT) Baturraden, bukan di lahan milik Perum Perhutani yang saat ini dimanfaatkan untuk kawasan wisata Hutan Pinus Limpakuwus.

Dalam hal ini, kata Eko, pengelola The Geong bekerja sama dengan Kokarnaba yang merupakan koperasi milik BBPTUHPT. Menurut Eko, pihaknya banyak menemukan komplain di media sosial yang menyoroti masalah konstruksi dan pengamanan wahana jembatan kaca tersebut.

“Kami menemukan komplain melalui komentar di media sosial yang melebihi batas toleransi. Angkanya hampir 5 persen dari angka kunjungan,” ungkap Eko.

Sayangnya, pihak Kokarnaba maupun pengelola The Geong tidak bisa menghadiri undangan yang dilayangkan Eko. Mereka hanya dapat diwakilkan, sehingga tidak ada titik temu atas komplain yang disampaikan pengunjung melalui media sosial.

Jembatan kaca di Banyumas pecah

Petugas Inafis Polresta Banyumas usai mengambil DVR kamera CCTV yang terpasang di dalam loket wahana jembatan kaca 'The Geong', kawasan wisata Hutan Pinus Limpakuwus, Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Rabu (25/10/2023). ANTARA/Sumarwoto

Peristiwa pecahnya jembatan kaca di tempat wisata kali ini, menambah daftar hitam insiden serupa yang kerap terjadi di destinasi wisata. Lemahnya pengasawan dan standar kelayakan yang tak teruji, seringkali menjadi biang kerok yang mengundang maut datang di tempat wisata.

Sebelumnya, pada April 2023, empat orang wisatawan tewas tenggelam di pemandian Lubuak Cempong, Pasaman Barat, Sumatera Barat. Korban meninggal karena saling berupaya membantu korban lainnya yang lebih dulu tenggelam.

Tahun lalu, insiden di tempat wisata yang membuat heboh juga terjadi di Surabaya. Sebanyak 9 orang terjatuh dari seluncuran kolam renang yang ambrol di Kenpark, Kecamatan Bulak, Surabaya. Akibat kejadian ini, wisatawan yang juga terdapat anak-anak, mengalami cedera dan fraktur tulang. Satu anak dikabarkan mengalami cedera otak.

Pada 2021, peristiwa nahas juga terjadi pada tempat wisata di Waduk Kedung Ombo, Boyolali, Jawa Tengah. Sebuah perahu yang ditumpangi 20 wisatawan terbalik dan menyebabkan penumpangnya tenggelam. Para penumpang diduga berswafoto di ujung perahu sehingga menyebabkan perahu oleng dan terbalik. Sebanyak 9 orang dikabarkan meninggal pada insiden ini.

Teranyar, sebuah lift karyawan putus saat membawa lima orang pegawai Ayu Terra Resort, Gianyar, Bali. Lima orang karyawan tersebut tewas akibat tali terputus sehingga membuat tabung lift meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi. Dua orang meninggal langsung di tempat kejadian.

Kecelakaan berulang di tempat wisata ini sudah selayaknya menjadi perhatian seluruh pihak agar tidak ada lagi nyawa melayang saat hendak liburan. Peristiwa pecahnya jembatan kaca di Banyumas, menjadi alarm bahwa kelayakan dan keamanan sejumlah destinasi wisata perlu dievaluasi.

Urgensi Pengawasan

Ketua DPR RI, Puan Maharani menyoroti pentingnya pengawasan pada destinasi wisata agar keselamatan pengunjung terjamin. Ini disampaikannya merespons insiden pecahnya jembatan kaca di Banyumas.

“Mendorong pemerintah dan stakeholder terkait untuk melakukan pengawasan ketat terhadap destinasi wisata maupun pengelolanya sehingga semua fasilitas bagi pengunjung sudah sesuai standar,” kata Puan dalam keterangan, Jumat (27/10/2023).

Menurut dia, insiden tersebut menjadi pelajaran berharga bagi pengelola tempat wisata, untuk memastikan keselamatan pengunjung. Utamanya, pada wahana wisata yang memiliki tingkat risiko tinggi.

Terlebih, kata dia, pihak kepolisian menyatakan bahwa tempat wisata tersebut belum melalui uji kelaikan. Ia mendorong pengawasan ketat pada destinasi wisata melalui pemantauan rutin.

“Itulah pentingnya pemangku kebijakan memberikan pengawasan sehingga setiap objek wisata terjamin keamanannya,” tegas dia.

Pengamat pariwisata sekaligus Founder Indonesia Tourism Strategist, Taufan Rahmadi menilai, kecelakaan berulang di tempat wisata terjadi akibat lalainya pelaksanaan audit secara periodik terhadap tempat tersebut. Taufan menyatakan, audit destinasi wisata merupakan SOP wajib yang harus dilakukan.

“Sekaligus merupakan langkah mitigasi untuk menjaga keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan saat berwisata,” ujar Taufan dihubungi reporter Tirto, Jumat (27/10/2023).

Proses audit, kata Taufan, meliputi pengawasan dan evaluasi terhadap kondisi wahana atau destinasi wisata untuk memastikan dan merekomendasikan lokasi tersebut layak dikunjungi atau tidak. Ia meminta stakeholder terkait untuk rutin mengaudit destinasi wisata agar tidak terjadi insiden berikutnya.

“Lengkapi setiap destinasi dengan tim yang bertugas secara profesional, tidak saja mampu di dalam mengawasi keamanan dan keselamatan, tetapi juga memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi wisatawan,” terang Taufan.

Sementara itu, Pengamat Pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Chusmeru menyatakan, destinasi wisata luar ruang (outdoor) memang memiliki risiko lebih tinggi kecelakaan. Menurut dia, ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di tempat wisata.

Faktor pertama meliputi kondisi alam, cuaca, dan hidrometeorologi. Selain itu, faktor sarana dan prasarana wahana wisata juga dapat menentukan.

“Misal, konstruksi wahana yang jelek, keropos, maupun tidak sesuai standar,” kata Chusmeru dihubungi reporter Tirto, Jumat (27/10/2023).

Chusmeru menambahkan, ada faktor pengelola yang tidak profesional dalam menjalankan bisnis wisatanya. Adapun kelalaian pengunjung juga bisa memicu kecelakaan di tempat wisata.

“Pengelola tidak ada SOP yang jelas. Tidak melakukan pengawasan kepada wisatawan serta tidak secara rutin melakukan pengecekan terhadap wahana,” sambung Chusmeru.

Terkait insiden di jembatan kaca Banyumas, Chusmeru menilai, seharusnya terlebih dahulu dilakukan uji laboratorium atau uji kelayakan yang menyangkut aspek konstruksi jembatan, ketebalan kaca, kontur tanah, dan daya tampung maksimal pengunjung.

Ia menambahkan, pemerintah daerah dan pusat perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap wahana wisata luar ruang. Setiap wahana wisata diwajibkan untuk melakukan studi kelayakan sebelum membuka usaha wahana wisata.

“Perlu juga diterapkan syarat sertifikasi bagi wahana wisata. Jika tidak lolos sertifikasi sebaiknya wahana tersebut ditutup,” tegas Chusmeru.

Respons Pemerintah

Insiden pecahnya jembatan kaca di The Geong, Banyumas, juga menjadi sorotan Komnas HAM. Koordinator Subkomisi Penegakan HAM, Uli Parulian Sihombing menyampaikan, pihaknya mendesak agar pengelola wahana memastikan keselamatan pengunjung sesuai prinsip-prinsip bisnis dan HAM dalam pengelolaan usaha wisata.

Selain itu, Komnas HAM meminta penegakan hukum yang adil baik bagi korban maupun bagi semua pihak yang dalam kapasitasnya bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut.

“Komnas HAM akan meminta keterangan pengelola untuk mendapatkan informasi, dan fakta mengenai peristiwa pecahnya jembatan kaca maupun data lain yang diperlukan,” ujar Uli dalam keterangannya, Jumat (27/10/2023).

Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong dilakukannya evaluasi terkait uji kelayakan dari atraksi Jembatan Kaca di destinasi wisata The Geong, Kabupaten Banyumas. Menparekraf Sandiaga Uno menyayangkan insiden yang memicu korban jiwa tersebut.

Untuk itu, kata Sandiaga, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas dan Kepolisian Resor Banyumas untuk memantau hasil penyelidikan atas insiden tersebut sehingga dapat diketahui kronologi dan penyebab secara detail dari insiden ini.

“Saya tekankan bahwa aspek keamanan dan keselamatan wisatawan harus menjadi prioritas bagi seluruh pelaku pariwisata, dan insiden serupa tidak boleh terjadi lagi,” ujar Sandia dalam keterangan, Jumat (27/10/2023).

Sandiaga juga menuturkan akan memantau kepulihan korban yang saat ini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit. “Kemenparekraf terus memantau proses pemulihan korban secara fisik dan psikologis,” ujar Sandiaga.

Baca juga artikel terkait JEMBATAN KACA PECAH atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz