tirto.id - Pilpres 2024 akhirnya termanifestasi dalam tiga poros koalisi dengan jagoannya masing-masing. Mereka adalah pasangan calon Anies Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, serta Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Poros pertama adalah Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang terdiri dari Partai Nasdem, PKB, PKS, dan Partai Ummat. Koalisi ini adalah penopang utama Anies-Muhaimin atau dikenal dengan AMIN. Koalisi kedua adalah poros PDIP dengan PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo yang menjagokan Ganjar-Mahfud.
Sedangkan paslon yang mendaftar ke KPU di hari terakhir pendaftaran adalah pasangan Prabowo-Gibran. Duet ini diusung oleh koalisi gemuk yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). Partai yang tergabung dalam barisan ini, antara lain: Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Partai Demokrat, PBB, Partai Gelora, Partai Garuda, dan PSI. Partai Prima yang tak lolos sebagai peserta pemilu juga berada di barisan ini.
Akan tetapi, meski ketiga poros koalisi resmi mendaftarkan paslon ke KPU, tapi mereka belum mengumumkan struktur lengkap tim pemenangan atau tim kampanye. Hingga artikel ini ditulis, baru ada bocorkan halus gambaran tim inti paslon Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran. Sementara pasangan AMIN belum mengumumkan siapa ketua yang akan memimpin tim pemenangannya.
Dalam catatan yang dihimpun Tirto, kubu Ganjar merupakan poros koalisi yang sudah membocorkan sejumlah nama populer sebagai tim inti mereka, baik yang berlatar belakang parpol, pengusaha, relawan hingga purnawirawan TNI-Polri.
Dari sisi tokoh yang aktif di bidang ekonomi misal, ada Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid yang ditunjuk menjadi ketua tim pemenangan. Nama lainnya adalah CEO Whitesky Group yang juga pengelola Bandara Halim Perdanakusuma, Denon Prawiraatmadja sebagai Deputi Operasi 247.
Mereka yang berlatar belakang pensiunan jenderal, antara lain: mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Andika Perkasa dan mantan Wakapolri Komjen (purn) Gatot Edy Pramono. Keduanya ditunjuk sebagai wakil ketua TPN Ganjar-Mahfud.
Kemudian ada juga mantan Wakil Kepala BSSN Komjen (purn) Luki Hermawan sebagai Deputi Kinetik Teritorial. Lalu, ada mantan KSAU Marsekal (purn) Agus Supriatna, mantan Sekjen Kemhan Laksdya Agus Setiaji dan mantan Sesmilpres Mayjen (purn) TB Hasanuddin.
Selain itu, TPN Ganjar-Mahfud juga diisi nama dari latar belakang yang cukup beragam. Mereka antara lain: Direktur Pemberitaan Inews Media Group dan mantan Stafsus Menparekraf, Prabu Revolusi sebagai Deputi Komunikasi 360; eks Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto; Ketua Umum Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Mustar Bona Ventura; mantan Ketua Umum Seknas Jokowi, Rambun Tjajo; Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto; dan eks relawan Jokowi yang sempat menjadi Deputi IV Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo; advokat Todung Mulya Lubis; dan Ketua KSPSI AGN Andi Gani Nena Wea.
Sedangkan di kubu Prabowo-Gibran dihiasi pejabat, purnawirawan jenderal hingga pengusaha. Untuk pejabat di luar anggota partai, ada Ketua Umum DPP Projo, Budi Arie yang kini menkominfo dan Anggota Wantimpres Habib Lutfhi bin Yahya. Sementara pejabat yang juga petinggi parpol, ada Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan hingga Luhut Binsar Pandjaitan.
Dari kalangan eks TNI-Polri ada cukup banyak, mulai dari Wantimpres Wiranto (eks Menkopolhukam dan mantan Panglima ABRI); Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono; eks Pangdam Wirabuaana dan mantan Menteri Pertahanan Indonesia Jenderal (Hor) (purn) Agum Gumelar; dan petinggi Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya, Mayjen Purn Ari Sujono hingga eks Sekjen Lemhannas Komjen M. Iriawan.
Sementara dari kalangan pengusaha, ada nama eks Ketua Umum KADIN, Rosan P. Roeslani. Ia bahkan ditunjuk sebagai ketua timses. Dari barisan relawan, ada Immanuel Ebenezer yang sebelumnya dari Jokowi Mania menjadi Prabowo Mania 08 maupun kelompok SAMAWI yang mendukung Prabowo.
Di kubu Anies-Muhaimin ada beberapa nama populer non-parpol yang cukup mewarnai, seperti eks Menteri ESDM, Sudirman Said dan eks TGUPP era Anies di DKI, Naufal Firman Yursak. Beberapa tokoh militer juga berada di barisan AMIN ini, yaitu: mantan Stafsus KSAD Letjen (purn) Ediwan Prabowo, mantan Dansesko TNI AL LAksdya (purn) Dedi Muhibah, mantan Stafsus KSAD Mayjen Purn Hartomo, eks Kepala Basarnas Laksdya (purn) M. Syaugi, dan eks Menag Letjen (Purn) Fachrur Rozie.
Mengakomodir Berbagai Kepentingan
Analis politik dari Populi Center, Usep S. Ahyar mengatakan, susunan tim sukses saat ini dibentuk karena beragam kepentingan. Ia juga menilai, timses yang ada dibuat dalam rangka mengakomodir kepentingan tersebut.
“Ini kan yang resmi didaftarkan ke KPU, tetapi yang di luar itu akan lebih banyak lagi dan biasanya direkrut itu publik figur atau pengusaha atau yang secara formal mewakili simpul-simpul yang tergabung pendukungnya,” kata Usep kepada reporter Tirto, Kamis (26/10/2023).
Usep menilai, timses kerap diisi oleh pengusaha karena mereka rerata mempunyai jaringan. Ia mengingatkan bahwa urgensi keberadaan tim sukses adalah upaya membangun kemenangan lewat jaringan. Ia mengatakan, syarat kemenangan terbagi atas tiga, yakni modal capres-cawapres untuk maju, modal kapital, dan modal jaringan.
“Jadi timses ini saya kira memang dipilih orang yang bisa menggerakkan jaringan dan kapital," kata Usep.
Usep menjawab alasan mengapa pengusaha maupun purnawirawan kerap berada di timses. Pengusaha jelas ada untuk membangun jaringan kapital untuk pemenangan. Sementara itu, purnawirawan kerap hadir menjadi penjaga suara dan pembangun kekuatan suara di daerah. Rerata, purnawirawan punya kemampuan daya jelajah dan pengetahuan dalam mengelola publik.
“Paling tidak agar tidak diganggu sangat bagus. Jadi mencantumkan di situ yang penguasa-penguasa atau yang menguasai wilayah itu, saya kira jaringan purnawirawan itu," kata Usep.
Usep menjelaskan, alasan koalisi tidak bisa langsung mengumumkan susunan tim sukses. Menurut dia, semua masih berproses di setiap koalisi sehingga semua koalisi belum bisa menyelesaikan susunan tim pemenangan dengan cepat.
“Yang baru selesai, kan, baru partai dan itu juga belum lama saya kira, sementara jaringan relawan itu juga kadang-kadang bukan hanya jaringan partai, tapi juga di luar jaringan itu dan semua pasti ingin diakomodasi. Itu persoalannya," kata Usep.
Usep mencontohkan kubu Anies yang sudah cukup lama ada. Namun situasi berubah setelah PKB mulai masuk di Koalisi Perubahan. Mereka perlu menyinkronkan lagi gerak dan chemistry jaringan Anies dengan partai, apalagi isunya jaringan relawan Anies mencapai 200 jaringan. Oleh karena itu, kata dia, susunan timses maupun pemilihan timses di kubu Anies cukup sulit.
“Jangan sampai misalnya ketua timses itu oleh sekelompok orang tertentu saja diterimanya, sementara di kelompok simpul lain dia tidak diterima atau tidak dipercaya. Itu penting bagi sebuah kemenangan, dia kan bertugas mengorkestrasi semua simpul pendukung yang ada dan timses secara formal belakangan munculnya, sementara simpul-simpulnya sudah bergerak, sudah agak lama," kata Usep.
Jika melihat kubu Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud yang sudah memiliki ketua tim sukses, Usep mengatakan, pengusaha memiliki jaringan untuk membawa kemenangan. Ia mengakui bahwa kedua tim mencontoh kesuksesan Erick Thohir sebagai pengusaha yang mampu memenangkan pasangan Jokowi-Maruf Amin di Pilpres 2019 mulai dari jaringan hingga simpul.
“Memang perlu profesional juga, bukan hanya sekadar menggerakkan massa, tetapi juga mengatur, memanage berbagai simpul dari latar belakang berbeda itu diperlukan dan itu biasanya ada profesional itu dalam konteks yang pernah memanage pemerintahan besar seperti itu, lalu kemudian perusahaan, mereka pandai mengelola potensi besar itu,” kata Usep.
Sementara itu, peneliti CELIOS, Nailul Huda mencontohkan, tim sukses dengan banyak pengusaha akan memberi pesan kepada pelaku pasar dan publik bahwa sebuah kubu akan dipimpin oleh kelompok pengusaha.
“Susunan tim pemenangan akan menentukan kebijakan ekonomi ke depan. Jika lebih besar pengusahanya, ya kebijakan akan lebih banyak di-drive sama pengusaha, contohnya ya UU Ciptaker,” kata Huda.
Huda menilai, pengaruh itu tentu akan berdampak pada sentimen publik. Ia mencontohkan kubu Prabowo yang menunjuk Rosan akan menandakan kebijakan akan lebih baik bagi pengusaham, tetapi belum tentu berdampak positif bagi pasar keuangan. Hal itu juga dapat dilihat dari keberadaan Arsjad di kubu Ganjar.
“Kubu Anies belum kan ya? Nampaknya sih bukan pengusaha. Kecuali Pak JK turun gunung," kata Huda.
Akan tetapi, kata Huda, dalam Pemilu 2024 ini, siapa pun tim sukses maupun ketua tim sukses tidak akan berpengaruh. Ia beralasan, dunia masih fokus pada situasi AS akibat kenaikan suku bunga The Fed.
“Kalau sentimen pasar nampaknya ada pengaruh, tapi enggak signifikan karena yang jadi penggerak pasar kan lebih banyak dolar ini sekarang," kata Huda.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz