tirto.id - Warsa 1992, UNESCO menetapkan kawasan Hutan Nasional Zhangjiajie yang terletak di Distrik Wulingyuan, Provinsi Hunan, Cina, sebagai situs warisan alam dunia.
Wilayah seluas 4.810 hektare itu terdiri dari sekitar 3.000 pilar karst yang menjulang, ditumbuhi pepohonan di bagian atas dan sisinya.
Pada 2004, Hutan Nasional Zhangjiajie ditetapkan sebagai geopark global dan menjadi inspirasi Mountain Hallelujah dalam film Avatar (2009) besutan sutradara James Cameron.
Dikutip dari Antara, Pemerintah Cina menyebut bahwa tanpa Zhanjiajie, kecil kesempatan Avatar untuk menjadi film terlaris sepanjang masa.
Di antara banyaknya tebing karst, terdapat beberapa objek wisata, salah satunya Zhangjiajie Grand Canyon Glass Bridge (jembatan kaca Zhangjiajie) yang mampu menampung 800 orang sekaligus dan 8.000 pengunjung per hari.
Seturut sang arsitek, Haim Dotan, dalam artikelnya yang berjudul "Zhangjiajie Grand Canyon Glass Bridge" (2016), selain menyuguhkan pemandangan alam yang eksotis, para pengunjung dapat menguji adrenalin dengan wahana terjun lenting (bungee jumping) dan seluncur tali. Jembatan juga didesain untuk pertunjukan kebudayaan.
Keamanan yang Tidak Abal-abal
Selesai dibangun pada Juni 2016, jembatan kaca ini merupakan proyek yang dikembangkan oleh Zhangjiajie Grand Canyon Tourism Management Co. Ltd. dan BRDI. Sementara Cina Railway Major Bridge Reconnaissance & Design Institute Co. Ltd. untuk teknik strukturalnya.
Berawal dari petuah Lao Tzu yang menyatakan bahwa "musik yang bagus terdengar sama; bentuk yang bagus tidak memiliki bentuk", Haim Dotan kemudian merancang jembatan kaca itu agar tidak terlihat. Tujuannya agar tidak merusak keindahan alam.
"Alam itu indah apa adanya. Kita ingin memberikan dampak sekecil mungkin terhadapnya," ujarnya.
Bahan kaca yang digunakan merupakan panel kaca laminasi bening dengan ukuran 3x4 meter dan ketebalan sekitar 50mm, yang terdiri dari 3 lapis kaca berukuran 16 mm dan 2 lapis film SGP (Sentry Glass Plus). Sedangkan untuk rangka jembatan, digunakan balok gelagar dari campuran baja dan beton yang dirancang secara memanjang dan melintang.
Pemilihan bahan-bahan tersebut untuk meminimalisasi goncangan angin. Untuk tetap mempertahankan konsep awal jembatan yang tidak terlihat, tinggi gelagar tidak lebih dari 0,6 meter dan kedalaman sekitar 60 cm.
Menara jembatan terbuat dari tiang pancang yang pondasinya digali secara manual dan dicor secara berlapis. Masing-masing menara penyangga kabel di setiap tepi tebing berjarak 45 meter dan didesain menyerupai batu alam.
"[Kabel penahan jembatan dibentuk] menyerupai sayap kupu-kupu," terang Haim Dotan (2016).
Pada tahap awal perencanaan pembangunan, Haim Dotan sempat memilih pegangan tangan jembatan dari bahan kaca. Namun, atas pertimbangan kecepatan angin yang dapat mencapai 56 meter per detik, yang dikhawatirkan akan berdampak pada instabilitas jembatan, sang arsitek mengurungkan niatnya dan memilih pegangan jembatan berbahan baja.
Secara keseluruhan, jembatan kaca ini memiliki bobot seberat 22 ton (tanpa kabel) dengan panjang 385 meter dan tinggi 300 meter di atas ngarai Hutan Nasional Zhangjiajie. Sedangkan lebar jembatan, didesain menyempit ke tengah, dari 15 meter di kedua tepinya menjadi 6 meter di tengah jembatan.
Untuk sistem keamanan, jembatan dibekali teknologi peredam kejut dan anti getar dengan menempatkan 50 bola kaca seberat 500 kg di sepanjang bentang jembatan.
Bahkan untuk menjamin keamanan dan ketahanan, selama enam bulan dilakukan simulasi pengujian terhadap gelagar dan kaca dengan kecepatan angin 56 m/detik atau 201,6 km per jam di Laboratorium Pengujian Angin dari Universitas Hunan yang berlokasi di Changsa.
Untuk membuktikan kekuatan jembatan kaca yang didesainnya kepada khalayak, Haim Dotan mengujinya dengan menaiki sebuah truk seberat 40 ton yang berjalan di atas jembatan kaca. Hasilnya, kaca hanya mengalami defleksi sekitar 2,16 cm.
Selanjutnya, secara terbuka orang-orang diundang untuk memukul panel kaca menggunakan palu. Akibatnya, lapisan kaca mengalami keretakan, sedangkan dua lapisan bawahnya tetap utuh.
"[Para pejabat turut diundang untuk] mengendarai mobil melintasi jembatan selama upacara pengujian," tulis Dana Varinsky dalam Insider.
Pengujian dilakukan untuk menghindari kecelakaan, sekaligus menghindari keretakan kaca yang sebelumnya pernah terjadi di jembatan kaca pertama di Tiongkok, Brave Man’s, di kawasan Taman Geologi Nasional Shiniuzhai pada bSeptember 2015.
Mengutip BBC News Indonesia, meski bukan yang pertama, keberhasilan pembangunan jembatan kaca Zhangjiajie mendorong pembangunan jembatan kaca lainnya di Cina. Hingga 2019, jumlah jembatan kaca di Negeri Tirai Bambu mencapai 2.300.
Seturut Antara, pada tahun 2022, rekor jembatan kaca terpanjang yang sempat disematkan pada Zhangjiajie gugur, digantikan oleh jembatan kaca Bach Long (Naga Putih) di Distrik Moc Chau, Provinsi Son La, Vietnam, yang memiliki panjang sekitar 632 meter.
Sempat Ditutup
Jauh sebelum diterapkannya lockdown akibat pandemi Covid-19, jembatan kaca itu pernah ditutup dua minggu setelah dibuka secara resmi pada 22 Agustus 2016.
Penutupan dilakukan untuk pembaruan dan pemeliharaan fasilitas yang mendesak akibat tingginya jumlah pengunjung. Kala itu, kunjungan tiap hari bisa mencapai sepuluh kali lipat dari kapasitas daya tampung jembatan.
"Kami kewalahan dengan volume pengunjung," ujar juru bicara departemen pemasaran dan penjualan Zhangjiajie Grand Canyon, dikutip dari The Guardian.
Hal ini menimbulkan banyak kekecewaan, khususnya para pengunjung yang sudah memesan tiket perjalanan menuju objek wisata tersebut. Melalui media sosial, salah seorang wisatawan mengungkapkan merasa ditipu oleh pengelola jembatan kaca Zhangjiajie.
Mengutip Xinhua, selama penutupan, pengelola jembatan memasang sistem pemantauan untuk mengendalikan arus masuk dan keluar pengunjung, dan menyiapkan layanan bus antar jemput gratis. Setelah semuanya selesai, jembatan kaca dibuka kembali pada 30 September 2016.
Sepanjang jembatan dibuka, baru satu kali terjadi kasus kecelakaan: seorang pengunjung terluka akibat tertimpa batu ketika berjalan di atas jembatan. Meski begitu, tidak ada laporan mengenai keretakan kaca.
Penulis: Andika Yudhistira Pratama
Editor: Irfan Teguh Pribadi