Menuju konten utama

Terowongan Guoliang, Bahaya dan Pesona di Tebing Terjal

Enggan terus-menerus terisolasi, 13 warga Desa Guoliang memahat bebatuan untuk membuat terowongan yang kelak menghubungkan desa mereka dengan dunia luar.

Terowongan Guoliang, Bahaya dan Pesona di Tebing Terjal
Header Mozaik Terowongan Guoliang. tirto.id/Ecun

tirto.id - Guo Liang bergabung dengan Institut Xinmin pada tahun 1920 atas rekomendasi Mao Zedong dan menjadi anggota Partai Komunis pada 1921. Ia adalah seorang revolusioner gerakan buruh yang mendedikasikan hidupnya untuk meningkatkan kualitas hidup para pekerja.

Aktif dalam mengorganisasi pemogokan dan protes buruh, ia menjadi buronan hingga akhirnya ditangkap dan dieksekusi oleh Kuomintang pada 1928. Setelah kematiannya, kepalanya digantung selama tiga hari sebagai peringatan bagi khalayak.

Sebuah desa kemudian dibangun atas namanya, Desa Guoliang, yang terkenal dengan lokasinya yang unik, karena dibangun di atas punggungan sempit yang dikelilingi tebing curam.

Desa ini menjadi lokasi syuting beberapa film mandarin, seperti Unlucky Uncle Lucky in Love (1987), Bell of Purity Temple (1993), dan Hands Up! (2003).

Desa Guoliang hanya terhubung dengan dunia luar lewat sebuah terowongan yang dikenal dengan Terowongan Guoliang. Terowongan ini diukir melalui gunung oleh 13 penduduk desa hanya dengan menggunakan pahat dan palu selama lima tahun.

Inisiasi Penduduk Lokal

Terowongan Guoliang memiliki panjang sekitar 1,2 kilometer, tinggi 5 meter dan lebar 4 meter, dengan 30 jendela batu berbagai ukuran dan bentuk yang menghadap jurang.

Terowongan itu dibangun oleh 13 penduduk desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa, Shen Mingxin, menggunakan 4.000 palu, 12 ton baja, dan ribuan pahatan.

Sebelum pembangunan terowongan, penduduk desa harus menempuh perjalanan melewati gunung. Kondisi geografis yang sulit dan keterbatasan akses menyebabkan Desa Guoliang menjadi terisolasi.

Penduduk desa terbatas dalam interaksi dengan dunia luar dan sulit untuk mengakses layanan penting seperti transportasi, perdagangan, dan fasilitas publik. Mereka mengandalkan jalan setapak yang berbahaya yang melintasi pergunungan dan lembah.

Mereka juga harus melewati tangga batu yang cukup terjal di tebing Pergunungan Taihang. Tangga ini menjadi pintu utama keluar masuk desa. Penduduk setempat menjulukinya “Tangga Langit” karena tingkat kesulitannya yang luar biasa.

Ketika musim hujan atau cuaca buruk, jalan itu menjadi sangat licin dan berbahaya. Penduduk desa harus menghadapi risiko jatuh atau terjebak di jalan yang terjal dan tidak aman. Keterbatasan akses memengaruhi perekonomian desa, karena sulit bagi mereka untuk memperluas perdagangan dan mengembangkan potensi wisata.

Desa Guoliang sejatinya merupakan desa kuno yang sudah ada sejak akhir Dinasti Han dengan populasi 300 orang pada tahun 1970-an, yang terletak di bagian utara Provinsi Henan.

Mengutip China Discovery, desa ini berjarak 54 km ke barat laut dengan kota Huixian, 82 km dengan kota Xinxiang, dan 172 km dengan kota Zhengzhou. Kondisi yang terisolasi dengan kota-kota lainnya membuat penduduk menyadari perlunya akses yang lebih aman dan nyaman untuk menghubungkan desa mereka dengan dunia luar.

Frustrasi dengan keterasingan, mereka memutuskan untuk membangun terowongan dengan alat sederhana yang didapatkan dari hasil penjualan hewan dan sayuran yang tumbuh subur di desa.

Setelah memiliki peralatan yang cukup, mereka membentuk tim dan memulai proses penggalian melalui tebing berbatu.

Dikerjakan 13 Penduduk

Ide membangun terowongan datang dari Shen Mingxin. Ia awalnya meminta pemerintah untuk membangun jalan, namun ditolak dengan alasan lokasinya yang berbahaya. Selain itu, peralatan modern untuk membangun insfrastruktur juga belum dimiliki China saat itu.

Shen Mingxin merupakan seorang petani dan pengrajin yang memiliki keterampilan dalam memahat batu. Ia akhirnya mengajak warga desa untuk membangun jalan melalui gunung agar bisa mengakses dunia luar dan memudahkan logistik.

Meskipun sangat sulit dan berbahaya, penduduk desa memiliki tekad dan semangat yang kuat.

Pengerjaan Terowongan Guoliang melibatkan sekitar 13 orang penduduk yang bekerja secara sukarela. Proyek ini mereka anggap sebagai kesempatan untuk meningkatkan aksesibilitas desa yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup.

Mereka memulai pekerjaan dengan mengidentifikasi jalur yang paling memungkinkan untuk membangun terowongan. Juga menganalisis tebing dan batuan serta membuat rencana konstruksi yang sederhana, namun cukup efektif.

Pada 1972, dengan pahat dan palu, 13 pekerja mulai menggali terowongan dari kedua sisi tebing gunung. Mereka memahat dan memecah batuan besar menjadi potongan yang lebih kecil, kemudian menggunakan palu untuk memukul batuan hingga terlepas.

Setelah batuan pecah, potongan batuan dibuang dari terowongan dengan menggunakan tali dan alat angkat sederhana untuk membantu proses ini. Mereka juga menggunakan lampu minyak sebagai sumber cahaya karena terowongan masih gelap dan belum ada pencahayaan listrik.

Selama proyek berlangsung, seorang pekerja tewas tertimpa batu, tetapi itu tidak menyurutkan niat untuk menyelesaikan terowongan.

Pada 1 Mei 1977, terowongan itu akhirnya selesai dan dapat digunakan oleh masyarakat luas. Shen Mingxin dan teman-temannya telah menciptakan landmark baru untuk desa mereka dan berhasil menarik wisatawan ke area tersebut.

Infografik Mozaik Terowongan Guoliang

Infografik Mozaik Terowongan Guoliang. tirto.id/Ecun

Jadi Destinasi Wisata

Saat ini, Terowongan Guoliang menjadi salah satu tujuan wisata yang terkenal di China. Warga setempat memiliki kesempatan untuk mengembangkan ekonomi berbasis pariwisata, seperti penginapan, restoran, dan toko suvenir.

Meski tergolong sempit, Terowongan Guoliang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dilewati berbagai jenis kendaraan, termasuk bus kecil. Meski tidak dapat memuat lalu lintas kendaraan dalam jumlah besar secara bersamaan, terowongan ini masih mampu mengalirkan kendaraan dengan ukuran dan berat tertentu.

Yang membuat Terowongan Guoliang luar biasa adalah lokasinya yang terjal di sisi tebing. Terowongan itu diukir di sisi gunung yang curam, terjal, dan pemandangan lanskap sekitarnya yang menakjubkan.

Bentuk dinding Terowongan Guoliang bermacam-macam, ada yang rapi dan rata, ada pula yang tidak rata, berjalan zigzag ke atas bukit, dan di ujung desa akan menemukan banyak air terjun yang indah seperti jaring.

Desa dan terowongannya telah menjadi daya tarik wisata yang populer, menarik pengunjung dari berbagai negara yang datang untuk mengagumi budaya dan prestasi arsitektur tradisionalnya. Musim terbaik untuk mengunjunginya adalah pada musim gugur, karena pemandangan di sana sangat bagus, daun acer merah, dan dataran hijau membuat desa kecil ini kian memesona.

Terowongan Guoliang adalah perwujudan tekad dan kecerdikan manusia. Mengitari lembah batu sebagai bukti semangat gigih penduduk desa yang mengukirnya, mengatasi tantangan besar untuk menghubungkan desa terpencil mereka ke dunia luar.

Hari ini, Terowongan Guoliang berfungsi sebagai simbol ketekunan manusia dan telah menjadi tengara ikonik di China.

Baca juga artikel terkait TEROWONGAN atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi