Menuju konten utama

Jadwal Puasa Asyura 2024 Jatuh Tanggal Berapa?

Jadwal puasa Asyura 2024 jatuh tanggal berapa? Simak daftar hadis, keistimewaan, sejarah, niat mandi Asyura, & amalan.

Jadwal Puasa Asyura 2024 Jatuh Tanggal Berapa?
Ilustrasi Salat. foto/istockpphoto

tirto.id - Jadwal puasa Asyura 2024 jatuh tanggal berapa menurut kalender Masehi? Puasa Asyura termasuk puasa sunah yang memiliki banyak keutamaan. Kapan puasa Asyura 2024?

Muharram adalah salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT. Umat Islam dianjurkan melaksanakan amalan-amalan, salah satunya puasa hari Asyura.

Puasa Asyura ialah puasa yang dilakukan di hari kesepuluh Muharram atau tanggal 10 Muharram. Selain puasa Asyura, ada pula puasa Tasua yang dilaksanakan sehari sebelumnya atau pada tanggal 9 Muharram.

Jadwal Puasa Asyura 2024

Jadwal Puasa Asyura 2024 terdapat perbedaan antara puasa Asyura versi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini terjadi karena perbedaan penetapan 1 Muharram 1446 H sehingga mempengaruhi jadwal puasa.

Tahun Baru Islam 1446 Hijriah versi Muhammadiyah jatuh pada hari Minggu, 7 Juli 2024, dan sama seperti keputusan pemerintah. Sementara NU menetapkan 1 Muharram 1446 H pada hari Senin, 8 Juli 2024.

Dengan demikian, jadwal puasa Asyura versi Muhammadiyah dan pemerintah dilakukan pada Selasa, 16 Juli 2024. Sementara puasa Asyura versi NU dilaksanakan sehari kemudian atau pada Rabu, 17 Juli 2024.

Berikut jadwal puasa Asyura dan puasa sunah lainnya di bulan Muharram:

1. Muhammadiyah dan pemerintah

  • Puasa 1-8 Muharram: 7-14 Juli 2024
  • Puasa Tasua (9 Muharram): 15 Juli 2024
  • Puasa Asyura (10 Muharram): 16 Juli 2024
  • Puasa Ayyamul Bidh: 19-21 Juli 2024
2. Nahdlatul Ulama (NU)

  • Puasa 1-8 Muharram: 8-15 Juli 2024
  • Puasa Tasua (9 Muharram): 16 Juli 2024
  • Puasa Asyura (10 Muharram): 17 Juli 2024
  • Puasa Ayyamul Bidh: 20-22 Juli 2024

Hadis tentang Puasa Asyura

Puasa Asyura termasuk puasa sunah yang dianjurkan bagi umat Islam, apalagi puasa ini dilaksanakan pada bulan Muharram. Berpuasa bulan Muharram memiliki keistimewaan tersendiri. Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim).

Sementara terkait puasa Asyura, Aisyah RA pernah mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW menerapkan puasa Asyura bersama orang-orang Quraisy sebelum hijrah ke Madinah.

“Dari Aisyah RA, sesungguhnya orang-orang Quraisy dulu pada masa jahiliyah berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah SAW pun memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu hingga turunnya perintah wajib puasa Ramadhan.

"Rasulullah (setelah kewajiban puasa Ramadhan datang) berkata: barang siapa menghendaki maka ia boleh berpuasa Asyura sedangkan yang tidak mau puasa maka tidak mengapa.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keistimewaan Puasa Tasua dan Asyura

Keistimewaan puasa Tasua dan Asyura terdiri dari bermacam hal. Puasa Tasua tanggal 9 Muharram dan Asyura tanggal 10 Muharram memiliki sederet keistimewaan.

Berikut beberapa keutamaan puasa Tasua dan Asyura:

1. Puasa terbaik setelah Ramadhan

Muharram termasuk salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Tak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah mengungkapkan bahwa puasa paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram.

2. Menghapus dosa setahun lalu

Keutamaan Puasa Asyura adalah puasa ini mampu menghapus dosa setahun yang lalu. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Adapun puasa pada hari Asyura, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya." (HR Muslim)

3. Pembeda dari agama lain

Puasa Tasua dilaksanakan sebagai pelengkap puasa Asyura. Puasa Tasua sendiri dianjurkan dilakukan untuk membedakan ibadah orang Islam dengan praktik keagamaan dari agama lain (Yahudi).

“Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR Ahmad).

4. Pahala setara puasa 30 hari

Sebuah hadis menyatakan berpuasa satu hari di bulan Muharram memiliki pahala setara dengan orang yang berpuasa 30 hari. Meski tergolong hadis gharib, tapi sanadnya dianggap tidak bermasalah.

Ibnu Abbas ra pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari di bulan Muharram, maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr)

5. Diistimewakan Rasulullah SAW

Puasa Asyura termasuk puasa yang begitu istimewa bagi Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW dikisahkan selalu antusias dalam melaksanakan puasa Asyura. Hal ini sesuai dengan sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Abbas Ra yang artinya:

"Tidak pernah aku melihat Nabi SAW sengaja berpuasa pada suatu hari yang Beliau istimewakan dibanding hari-hari lainnya kecuali hari Asyura dan bulan ini, yaitu bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).

Sejarah Puasa Asyura & Bedanya dengan Yahudi

Berdasarkan informasi yang mengutip laman Muhammadiyah, dikisahkan sempat muncul asumsi bahwa puasa Asyura terinspirasi dari puasa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi.

Dalam hadis riwayat Bukhari, Ibnu ‘Abbas ra pernah mengatakan bahwa Rasulullah SAW mendapati orang Yahudi sedang melakukan puasa setiap 10 Muharram (Asyura) untuk merayakan kemenangan Nabi Musa AS.

“Dari Ibnu ‘Abbas ra bahwa Nabi SAW ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) melaksanakan shaum hari Asyura dan mereka berkata: “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Lalu Nabi Musa as mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah”. Maka Rasulullah bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat Beliau untuk mempuasainya." (HR. Bukhari).

Meski demikian, perlu diketahui Nabi Muhammad SAW sebenarnya telah melaksanakan puasa Asyura bersama suku Quraisy saat masih di Mekkah atau sebelum hijrah ke Madinah, hingga bertemu orang Yahudi.

Hal ini sesuai hadis yang mengungkapkan Aisyah RA pernah mengatakan jika masyarakat Quraisy selama masa jahiliyah sudah melaksanakan puasa hari Asyura. Nabi Muhammad SAW pun memerintahkan umat untuk berpuasa sebelum datangnya perintah puasa Ramadhan.

Setelah Allah SWT memerintahkan puasa Ramadhan, Nabi Muhammad SAW tetap menganjurkan puasa Asyura. Sedangkan bagi yang tidak melaksanakan, juga tidak berdosa alias mempunyai hukum sunah.

Demi membedakan dengan puasa yang dilakukan orang Yahudi, Nabi Muhammad SAW menganjurkan umat Islam agar melaksanakan puasa Tasua sehari sebelum Asyura atau pada tanggal 9 Muharram.

Niat Mandi Puasa Asyura & Amalan Hari Asyura

Niat mandi puasa Asyura dan amalan hari Asyura termasuk salah satu yang perlu diperhatikan. Mandi dan puasa merupakan dua amalan yang dianjurkan selama hari Asyura.

Kedua amalan akan lebih sempurna jika didahului dengan niat. Berikut bacaan niat mandi dan puasa Asyura:

1. Niat mandi di hari Asyura

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِدَفْعِ الْبَلَايَا سُنَّةً لِلّهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla lidaf'il balaayaa sunnatan lillaahita'alaa)

Arti: Saya berniat mandi untuk menghilangkan berbagai bahaya, sunnah karena Allah ta'alaa

2. Niat puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ)

Arti: Aku berniat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah SWT

Apabila niatnya dilakukan saat siang hari, maka lafal niatnya adah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ)

Arti: Aku berniat puasa sunnah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT

Umat Islam juga dianjurkan untuk melakukan amalan-amalan untuk menyempurnakan ibadah di hari Asyura. Mengutip laman NU Online melalui artikel berjudul "Doa dan Amalan Hari Asyura 10 Muharram" yang ditulis Kendi Setiawan, setidaknya terdapat beberapa amalan selain mandi dan puasa. Berikut adalah daftarnya:

  • Shalat
  • Bersedekah
  • Silaturahmi
  • Berziarah pada ulama (baik yang hidup maupun yang meninggal)
  • Memakai celak mata
  • Menjenguk orang sakit
  • Menambah nafkah keluarga
  • Memotong kuku
  • Mengusap kepala anak yatim
  • Membaca Surat Al-Ikhlas 1000 kali

Baca juga artikel terkait MUHARRAM 2024 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani