tirto.id - Amalan 10 Muharam apa saja yang bisa kita lakukan untuk merayakan momen istimewa dalam Islam dan merupakan lebaran atau Hari Raya Anak Yatim (Idul Yatama) ini?
Dalam penanggalan Masehi tahun ini, 10 Muharram bertepatan dengan hari Senin tanggal 8 Agustus 2022.
Tanggal 10 Muharram juga disebut sebagai 'Hari Asyura'. Asyura berasal dari kata ‘asyara, artinya bilangan sepuluh.
Adapun pada tanggal 10 Muharram ini, Allah SWT memuliakan 10 Nabi. Penjelasan ini tertuang di Kitab Nazaatul Majalis Wa Muntakhobun Mawaidz karya Syekh Abdurahman Al-Sofuri dan Kitab Al-Nawadzir karya Syekh Sihabuddin bin Salamah Al-Qolyubi.
Dikutip dari artikel yang berjudul "Keutamaan Bulan Muharram bagi Para Nabi" di laman NU Online, yang memuat penjelasan KH Djamaluddin Ahmad atas isi dua kitab di atas, salah satu peristiwa istimewa pada 10 Muharram dialami oleh Nabi Adam as.
Pada hari itu, Allah SWT menerima pertaubatan yang dilakukan oleh Nabi Adam setelah ia dikirim ke bumi bersama Hawa dalam kondisi terpisah. Allah SWT menerima taubat Nabi Adam AS, atas kesalahannya memakan buah terlarang di surga.
Nabi lain yang mendapatkan kemuliaan pada 10 Muharram adalah Nabi Ibrahim AS. Ayah dari Nabi Ismail AS ini diangkat oleh Allah SWT sebagai khalilullah atau kekasihnya Allah tepat pada tanggal 10 Muharram.
Selain dua peristiwa tersebut, tanggal 10 Muharram terkait pula dengan kisah Nabi Isa AS. Hari itu merupakan waktu kelahiran Nabi Isa. Pada tanggal yang sama, Nabi Isa juga diangkat ke langit.
Sebagian masyarakat menganggap 10 Muharram sebagaian Hari Raya atau lebaran anak yatim. Dikutip laman bsmu.or.id istilah Idul Yatama (Hari Raya anak yatim) sebenarnya hanyalah ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim, sebab pada saat itu banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka.
Dalam hadits riwayat Abu Dawud ra. dinyatakan bahwa Hari Raya umat Islam hanya ada dua, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri :
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Dari Anas, ia berkata : Rasulullah SAW datang ke Madinah dan mereka (orang Madinah) menjadikan dua hari raya di mana mereka bergembira. Lalu Rasulullah bertanya: “Apa maksud dua hari ini?” Mereka menjawab: “Kami biasa bermain (bergembira) pada dua hari ini sejak zaman Jahiliyah.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untukmu dengan dua hari raya yang lebih baik dari padanya, yaitu hari raya Adha dan hari raya Fitri”(HR : Abu Daud : 1134).
Amalan 10 Muharram
Momentum 10 Muharram dijadikan sebagai Idul Yatama, berdasarkan anjuran untuk menyantuni anak-anak yatim pada hari tersebut.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat menyayangi anak-anak yatim. Dan beliau lebih menyayangi lagi pada hari Asyura (tanggal 10 Muharram).
Di mana pada tanggal tersebut, Beliau menjamu dan bersedekah bukan hanya kepada anak yatim, tapi juga keluarganya.
Kemudian dalam kitab Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin disebutkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَوَابَ عَشْرَةِ آلافِ مَلَكٍ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أُعْطِيَ ثَوَابَ عَشْرَةِ آلَافِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ وَعَشْرَةِ آلافِ شَهِيدٍ ، وَمَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً
“Barangsiapa berpuasa para hari Asyura (tanggal 10) Muharram, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada’. Dan barang siapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya“.
Amalan 10 Muharram lainnya adalah umat Islam dianjurkan untuk berpuasa sunah. Puasa sunah Asyura disyariatkan sebelum kewajiban puasa Ramadan, sebagaimana tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Aisyah RA:
"Bahwasanya orang-orang Quraisy pada zaman Jahiliah melakukan puasa Asyura, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar melakukan puasa Asyura tersebut sampai diwajibkan puasa Ramadan, dan Rasulullah SAW mengatakan:
'Barang siapa yang ingin melakukan puasa Asyura silahkan, dan barang siapa yang tidak ingin melakukannya silahkan berbuka'," (H.R. Bukhari dan Muslim).
Puasa Asyura juga memiliki fadilah besar karena keutamaannya yang dapat menggugurkan dosa selama setahun. Dalilnya dirujuk dari hadis Abu Qatadah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa di hari Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu," (H.R. Abu Daud).
Tidak hanya itu, puasa Asyura juga dianggap sebagai puasa yang agung karena derajatnya setingkat di bawah puasa Ramadan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah [puasa] di bulan Allah Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam," (H.R. Muslim).
Sementara itu, dilansir dari NU Online, berikut ini amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada hari Ayura, dan secara umum dianjurkan untuk dikerjakan pada Muharam:
- Memperbanyak salat sunah
- Berpuasa
- Menyambung silaturahmi
- Bersedekah
- Mandi
- Memakai celak mata
- Berziarah kepada ulama (baik yang hidup maupun yang meninggal)
- Menjenguk orang sakit
- Menambah nafkah keluarga
- Memotong kuku
- Mengusap kepala anak yatim
- Membaca Surat al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.
Editor: Addi M Idhom