tirto.id - Wilayah Majene dan Mamuju kembali diguncang gempa susulan pada Senin 18 Januari 2021 pukul 12.11.18 WITA. Hasil monitoring BMKG menunjukkan hingga siang hari ini pukul 12.30 WIB (hari ke-5) tercatat sebanyak 39 kali gempa.
Dikutip dari rilis yang diterima Tirto, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa yang baru saja terjadi memiliki magnitudo 4,2.
Episenter terletak pada koordinat 2,91 LS dan 118,99 BT tepatnya di darat pada jarak 27 km arah Tenggara Kota Mamuju dengan kedalaman 10 km.
Menurut Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, seperti rentetan gempa sebelumnya, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas Sesar Mamuju-Majene dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Gempa ini menimbulkan guncangan yang dirasakan di Majene dan Mamuju dalam skala intensitas II MMI dan tidak berpotensi tsunami.
"Warga kembali terkejut dan panik akibat guncangan yang terjadi karena trauma akan guncangan gempa kuat yang telah terjadi sebelumnya," kata Daryono.
Meski gempa yang terjadi sudah mencapai 39 kali, tetapi peristiwa gempa Mamuju dan Majene ini diakui produktivitas gempa susulannya lambat.
"Tidak semestinya gempa kuat bermagnitudo 6,2 pada hari ke-5 baru terjadi 39 gempa susulan. Gempa kerak dangkal dengan kekuatan diatas 6,0 umumnya pada hari ke-5 sudah mendekati 100 kali gempa susulan," ucap Daryono."
Melihat produktivitas gempa susulan yang rendah ini, kita berharap ini sebagai pertanda baik meskipun kita tetap harus waspada."
Semoga kondisi minim gempa susulan ini terus berlangsung dan tidak terjadi gempa kuat lagi, hingga selanjutnya kondisi tektonik di zona gempa kembali stabil dan kembali normal.
"Meskipun harapan kita tidak akan muncul gempa kuat lagi, tetapi gempa susulan dengan kekuatan kecil lazimnya masih akan terjadi," ucap Daryono.
Hal ini karena saat terjadi gempa utama (mainshock) tercipta deformasi kerak bumi yang menimbulkan pergeseran blok batuan cukup luas di bawah permukaan.
Penyebab gempa Majena Mamuju ini lantara adanya pergeseran besar blok batuan ini sehingga memicu terjadinya ketidaksetimbangan gaya tektonik di zona gempa.
Maka sebagaimana biasanya pasca terjadi gempa kuat akan timbul gaya-gaya tektonik yang menggerakkan kembali blok batuan untuk mencari kesetimbangan baru menuju kondisi stabil.
Untuk mendapatkan posisi seimbang tersebut, maka terjadi pergeseran kembali blok-blok batuan secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa susulan.
Fenomena ini akan terus terjadi hingga kondisi kesetimbangan tektonik terwujud dan selanjutnya kondisi batuan benar-benar kembali stabil dan menjadi aman kembali.
Enam Desa Terisolir Karena Longsor Majene
Sebanyak enam desa yang berada di titik gempa di Kecamatan Ulumanda Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat terisolir akibat akses jalan menuju desa itu tertimbun longsor.
"Pemerintah pusat pemerintah daerah dan relawan, enam desa tersebut merupakan lokasi yang paling dekat dengan titik gempa berkekuatan 6,2 magnitudo yang mengguncang Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju," kata Kepala Desa Kabiraan Fajaruddin di Majene, Senin, dikutip dari Antara.
Ia mengatakan, enam desa di Kecamatan Ulumanda dan berada di pegunungan Majene itu antara lain:
- Desa Sambabo,
- Desa Kabiraan,
- Desa Tandiallo,
- Desa Ulumanda,
- Desa Popenga,
- Desa Panggallo.
Menurut dia, ribuan pengungsi warga enam desa di pusat gempa tersebut kesulitan, makanan, air bersih kebutuhan bayi, tenda, dan kebutuhan pengungsi lainnya.
Dia mengatakan, desa-desa tersebut terisolir akibat longsor terjadi di sejumlah titik akses jalan setelah gempa terjadi.
"Masyarakat pengungsi di titik gempa harus dibuka akses jalannya dengan alat berat, dan mereka harus diberikan logistik melalui jalur udara," ujarnya.
59 Sekolah Rusak di Sulbar
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) mencatat hingga hari ini sendikitnya 59 sekolah mengalami rusak akibat terdampak gempa bermagnitudo 6,2 yang mengguncang wilayah itu Jumat (15/1/2021) dini hari.
Sebanyak 59 sekolah itu berada di Kabupaten Mamuju 27 sekolah, Majene 28 sekolah dan Mamasa empat sekolah, dikutip dari Antara.
59 unit sekolah tersebut mengalami kerusakan dengan skala ringan seperti retak di beberapa bagian bangunan, rusak sedang meliputi atap sekolah rusak, plafon jebol dan bangunan retak serta rusak berat meliputi sebagian bangunan dan dinding sekolah roboh.
Editor: Agung DH