tirto.id - Dewan Direktur Indonesia Investment Authority (INA), Ridha Wirakusumah, memastikan bahwa pembangunan pabrik pengolahan plasma darah hasil kolaborasi dengan SK Plasma, anak perusahaan dari SK Group (perusahaan konglomerasi Korea Selatan), dan Palang Merah Indonesia (PMI) secara fisik akan tuntas pada Desember 2025.
"Yang akan segera kita luncurkan, kita kan sama-sama SK Plasma sama PMI, yang lagi bangun pabrik itu, harusnya secara fisiknya selesai bulan Desember ini. Jadi udah tinggal selesai," ujar Ridha di Menteng, Jakarta, Senin (17/11/2025).
Dia menjelaskan, persiapan sumber daya manusia (SDM) juga telah dilakukan jauh-jauh hari untuk mendukung operasional pabrik. INA telah mengirimkan lebih dari seratus orang ke Korea Selatan untuk menjalani pelatihan dan alih teknologi.
"Kita udah kirim orang, lebih seratus orang kalau enggak salah, ke Korea Selatan untuk training, transfer of technology-nya," tambah Ridha.
Dengan kembalinya tenaga terlatih tersebut, Ridha berharap pabrik dapat segera beroperasi dengan baik. "Nah jadi mudah-mudahan sih mereka kembali udah bisa menjalankan dengan baik lah,” ucapnya.
Adapun, keberadaan pabrik plasma darah ini merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan kemandirian kesehatan nasional.
Sebelumnya, komitmen ini diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepakatan investasi antara Indonesia Investment Authority (INA) dan SK Plasma, yang disaksikan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada 2024 lalu.
Melalui kerja sama ini, kedua pihak berkomitmen untuk membangun pusat fraksionasi plasma pertama di Indonesia. Fasilitas yang terletak di Karawang, Jawa Barat ini akan menjadi tulang punggung produksi dalam negeri untuk Produk Obat Derivat Plasma (PODP), dengan kemampuan mengolah hingga 600.000 liter plasma per tahun.
Pembangunan fasilitas tersebut saat ini sedang berlangsung dan diharapkan dapat memulai operasi komersial pada akhir 2026. Sebagai langkah awal, proyek ini akan memulai program manufaktur tol di fasilitas SK Plasma di Korea Selatan, bersamaan dengan proses konstruksi di dalam negeri.
Direncanakan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, pabrik fraksionasi plasma ini diharapkan dapat mengakhiri ketergantungan Indonesia pada impor PODP yang saat ini mencapai 100 persen.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id






































