Menuju konten utama

Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar serta Maknanya dalam Islam

Apa yang dimaksud dengan iman kepada qada dan qadar? Berikut ini penjelasan pengertian iman kepada qada dan qadar beserta maknanya dalam Islam.

Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar serta Maknanya dalam Islam
Ilustrasi Qada dan Qadar. foto/Istockphoto

tirto.id - Salah satu rukun iman adalah iman kepada qada dan qadar. Setiap muslim wajib meyakini adanya takdir yang diciptakan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan dengan hal baik dan buruk.

Salah satu dalil mengenai iman kepada qada dan qadar ini terdapat dalam sebuah hadits yang memuat sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

"Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab; para rasul-Nya; hari akhir; dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk," (H.R. Muslim).

Dalil tentang iman kepada qada dan qadar juga terdapat dalam Al-Quran, seperti Surat Ar-Ra'd ayat 11, Surat Al-Qamar ayat 49, Surat Al-Ahzab ayat 38, Surat Al-Hijr ayat 21, Surat Al-Furqan ayat 2, Surat Al-Hadid ayat 22, dan lain sebagainya.

Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar

Makna iman kepada qada dan qadar dalam Islam adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT sudah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada makhluknya (qadha dan qadar).

Arti qada menurut bahasa adalah ketetapan, ketentuan, ukuran, atau takaran. Sementara itu, menurut istilah dalam Islam, arti qada adalah takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali. Ketetapan dan ketentuan ini sudah diatur Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta.

Dalam Surat Al-Hadid ayat 22, Allah SWT berfirman:

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

"Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.” (Al-Hadid: 22).

Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum segala hal itu terjadi. Semua hal yang telah maupun akan terjadi telah tertulis ketetapannya di Lauhul Mahfudz.

Allah SWT sudah menetapkan seorang bayi yang baru lahir akan menjadi siapa, entah menjadi orang alim, penjahat, dan lain sebagainya. Allah SWT juga sudah ditetapkan juga profesinya, entah menjadi seniman, guru, wirausahawan, dan lainnya.

Mengenai contoh di atas, salah satu dalil yang menjadi rujukan adalah sabda Nabi Muhammad SAW di hadits berikut: "Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).

Sementara itu, qadar adalah realisasi dari qada sehingga identik dengan takdir. Arti qadar secara bahasa adalah ketetapan yang telah terjadi atau keputusan sudah yang diwujudkan.

Secara istilah, arti qadar adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.

Qadar terbagi menjadi 2 jenis, yaitu qadar mubram dan qadar mu'allaq. Pertama, qadar mubram adalah takdir mutlak yang tak mungkin berubah. Misalnya, kematian, masa tua, dan lain sebagainya.

Kedua, qadar mu'allaq yang berarti takdir yang dapat berubah lantaran doa, usaha, hingga ikhtiar yang diupayakan seorang hamba. Dalil mengenai qadar mu'allaq termuat dalam firman Allah SWT di Surat Ar-Ra'd ayat 11:

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri," (QS. Ar-Ra'd [13]: 11).

Kendati perkara qada dan qadar sudah diatur oleh Allah SWT, bahkan qada telah ditetapkan sejak zaman azali, keduanya merupakan perkara gaib. Artinya, hanya Allah SWT yang mengetahui segenap perkara terkait dengan qada dan qadar.

Oleh karena qada dan qadar termasuk perkara gaib, keduanya tak bisa menjadi alasan seorang muslim bersikap pasif, pasrah, ataupun "menyerah" pada takdir. Setiap orang Islam tetap harus berusaha atau berikhtiar untuk memanfaatkan potensinya, sembari tetap berdoa dan bertawakkal kepada Allah SWT.

Dengan usaha atau ikhtiar, seorang muslim dapat mengaktualisasikan potensinya dan bekerja secara produktif. Berusaha atau berikhtiar juga bisa mencerminkan sikap syukur atas segala anugerah dari Allah SWT.

Makna Ikhtiar adalah berusaha mencapai sesuatu yang dikehendaki dengan melakukan segala daya dan upaya. Adapun tawakkal artinya ialah bersikap pasrah untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Dua hal ini harus saling bersanding sehingga ikhtiar mesti diiringi dengan doa dan tawakkal.

Fungsi Beriman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar wajib menjadi bagian dari keyakinan setiap muslim. Jika dijalankan secara benar, iman kepada qada dan qadar akan mengantarkan seseorang pada kebahagiaan dan kemakmuran.

Berikut sejumlah fungsi iman kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam (2017) yang diterbitkan Kemenag RI.

1. Mendorong kemajuan dan kemakmuran

Dengan meyakini takdir mubham bahwa Allah SWT telah mengatur hukum alam secara teratur, manusia dapat merencanakan usahanya dengan logis dan rasional. Sebab, takdir pasti dilatari dengan kausalitas atau sebab akibat. Dengan beriman kepada qada dan qadar, manusia bisa memahami bahwa ada hukum yang bersifat pasti sehingga perlu mempelajarinya untuk memajukan ilmu pengetahuan.

2. Menghindari sifat sombong

Orang yang mengimani qada dan qadar akan terhindar dari sifat sombong. Bagaimanapun juga, segala pencapaian yang ia raih berasal dari ketetapan Allah SWT. Tidak ada kesuksesan dari hasil usahanya sendiri, melainkan juga takdir dari Allah SWT.

Iman kepada qada dan qadar akan membuat seorang muslim rendah hati. Ia sadar, keberhasilannya merupakan hasil campur tangan dan pertolongan dari Allah SWT.

3. Melatih husnuzan atau berbaik sangka

Allah SWT akan selalu menetapkan hal baik kepada hamba-hamba-Nya. Biarpun seseorang mengalami musibah atau bencana, peristiwa buruk itu dimaksudkan sebagai ujian atau teguran kepadanya.

Seseorang yang mengimani qada dan qadar akan selalu berhusnuzan bahwa Allah SWT adalah Zat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tak ada takdir yang ditetapkan dengan maksud buruk Allah kepada seorang muslim.

Baca juga artikel terkait QADA DAN QADAR atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Addi M Idhom