Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Macam-Macam Takdir dalam Islam: Pengertian dan Perbedaannya

Macam-macam takdir dijelaskan dalam tulisan ini. Simak pembagian takdir beserta contohnya untuk lebih mengenal dan memahami ragamnya.

Macam-Macam Takdir dalam Islam: Pengertian dan Perbedaannya
Ilustrasi. foto/istockphoto

tirto.id - Macam-macam takdir secara garis besar bisa dibedakan berdasarkan kehendak dan berdasarkan takdir yang berlaku. Apa penjelasan dari takdir tersebut dan pembagiannya?

Takdir bermakna ketetapan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takdir juga memiliki arti "ketentuan Tuhan".

Membicarakan takdir tidak terlepas dari segala sesuatu yang ada kaitannya dengan kehidupan dan hal-hal yang berasal dari ketentuan atau ketetapan Allah. Bagi seorang muslim, meyakini adanya takdir adalah bagian dari Rukun Iman.

Macam-macam Takdir

Jenis takdir dibagi menjadi takdir berdasarkan kehendak dan berdasarkan takdir yang berlaku. Setiap jenisnya masih memiliki rincian tersendiri. Berikut macam-macam takdir dan contohnya:

1. Macam-macam takdir berdasarkan kehendak

a. Takdir Mubram

Pengertian dari takdirmubram adalah takdir yang sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah lagi meskipun dengan menggunakan segala cara.

Pasalnya, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak yang berasal dari Allah SWT. Artinya, manusia tidak bisa menolak atau mengganti terhadap terciptanya takdir mubram ini.

Beberapa contoh yang termasuk dalam golongan takdir mubram di antaranya adalah proses kelahiran manusia dari orang tuanya.

Seorang anak tidak dapat menentukan tentang bapak atau ibunya karena hal tersebut sudah merupakan ketetapan dari Allah.

Selain itu, waktu kelahiran juga tidak bisa dipilih karena merupakan kehendak dari Yang Maha Kuasa.

Demikian pula mengenai kematian manusia. Umat manusia tidak bisa mengetahui tentang waktu saat mengalami proses kematian karena hal tersebut merupakan ketetapan Allah SWT.

b. Takdir Muallaq

TakdirMuallaq adalah takdir atau ketetapan dari Allah SWT yang dapat diubah oleh umat manusia dengan wujud adanya ikhtiar atau semacam usaha.

Artinya, manusia masih diberikan peran dalam mengganti atau merubah terhadap adanya takdir tersebut.

Salah satu hal yang dapat dipakai sebagai contoh semisal masalah kemiskinan. Ketika seorang manusia ditakdirkan menjadi miskin, maka ia masih bisa merubah takdir yang sedang dialami tersebut. Yakni dengan jalan bekerja keras agar tidak menjadi miskin seperti sebelumnya.

Contoh lainnya adalah sakit. Sakit datangnya dari Allah SWT. Sebagai Maha Pencipta, Allah pasti yang menciptakan adanya penyakit tersebut.

Tatkala manusia ditakdirkan kedapatan sakit atau mengalami sebuah musibah dengan adanya penyakit tersebut, maka masih ada kesempatan untuk menghindar dari rasa sakit alias sembuh, caranya yaitu dengan berobat.

Kasus lain yang masuk dalam jenis takdir muallaqyakni kesuksesan seorang siswa dalam proses belajar.

Ketika ia tekun dalam belajar di sekolah atau dengan sistem daring seperti sekarang, maka prestasi yang diinginkan bisa saja terwujud di kemudian hari.

2. Berdasarkan takdir yang berlaku

a. At-taqdiirul ‘aam

At-taqdiirul 'aam yaitu takdir yang bersifat umum. Artinya, takdir dari Allah berlaku bagi seluruh alam dan Dia mengatahui dengan ilmu-Nya, mencatat, menghendaki hingga menciptakannya.

Dalilnya yaitu:

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah“. [Al-Hajj/22 : 70]

Takdir ini telah dicatat dalam kitab-Nya, Lauh Mahfuzh. Allah yang lebih mengetahui segala apa pun dalam takdir ini.

b. At-taqdiirul basyari

At-taqdiirul basyari adalah takdir yang Allah mengambil janji dari semua manusia, bahwa Al]lah adalah tuhan mereka. Allah menjadikan mereka menjadi saksi atas hal tersebut. Allah juga yang menentukan orang-orang dalam kebahagiaan atau pun celaka.

Contoh takdir ini yaitu orang-orang bisa memperoleh kebahagiaan mereka sesuai dengan amal masing-masing. Ahli surga akan dimudahkan berbuat kebaikan. Adapun ahli neraka juga dimudahkan dengan amalan untuk penghuni neraka.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

“Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), Bukankah Aku ini Rabb-mu. Mereka menjawab, Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb).” [Al-A’raf/7 :172]

c. At-taqdiirul 'umri

At-taqdiirul 'umri yaitu takdir yang diberlakukan sepanjang hidup manusia. Takdir ini meliputi ketentuan Allah tentang kehidupan, kesengsaraan, kebahagiaan, usia, sampai kematian seseorang.

Dari Abdullah bin Mas'ud, bahawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

”Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”. [HR. Bukhari dan Muslim]

d. At-taqdiirus sanawi

At-taqdiirus sanawi yaitu takdir yang terjadi setiap tahun dan terutama berkaitan dengan Lailatul Qadar pada bulan Ramadan. Takdir ini sepenuhnya hak Allah.

Pada malam itu juga diatur mengenai segala urusa dalam satu tahun ke depan. Misalnya terkait kemarian, kehidupan, kehinaan dan kemuliaan, sampai rezeki dan hujan. Orang-orang yang dipanggil berhaji juga ditetapkan dalam malam Qadar

Allah berfirman dalam surah Al Qadr ayat 4-5:

“Pada malam itu turun para Malaikat dan juga Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [Al-Qadr/97 : 4-5]

e. At-taqdiirul yaumi

At-taqdiirul yaumi adalah takdir yang berlaku harian. Allah mengatur apa pun yang terjadi pada manusia setiap hari dan setiap waktu. Contohnya Allah dapat menjadi manusia mulia atau hina, kaya atau miskin, mati atau hidup, dan sebagainya.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar