tirto.id - Menurut studi terbaru, hubungan yang harmonis dengan pasangan ternyata tidak hanya memperbaiki kehidupan Anda sehari-hari. Hubungan yang harmonis dengan pasangan ternyata sangat mempengaruhi kualitas tidur pada malam hari.
Di sisi lain, menurut penelitian tersebut, orang yang tidak merasa dihargai oleh pasangannya cenderung lebih mengalami gangguan tidur, dan kecil kemungkinannya mendapatkan manfaat kesehatan restoratif dari waktu yang mereka habiskan di tempat tidur.
Untuk menganalisis hubungan antara hubungan romantis dan kualitas tidur, periset dari Turki dan Amerika Serikat mensurvei 698 orang Amerika, berusia 35 sampai 86 tahun, yang semuanya sudah menikah atau tinggal dengan pasangannya.
Survei tersebut mencakup beberapa pertanyaan tentang karakteristik yang dikenal sebagai tingkat responsif: Berapa banyak peserta merasa bahwa pasangan mereka peduli terhadap mereka, memahami perasaan mereka, dan menghargai mereka, misalnya.
Para periset juga melihat data tentang kualitas tidur peserta (dikumpulkan melalui kuesioner dan pelacak aktivitas), serta berapa banyak gejala kecemasan atau depresi yang mereka alami pada minggu lalu.
Mereka menemukan bahwa orang-orang yang menganggap pasangan mereka responsif memiliki lebih sedikit masalah tidur yang dilaporkan sendiri dan cenderung mengalami depresi atau cemas - dua penyebab umum tidur yang buruk, menurut para peneliti. Tingkat kecemasan yang lebih rendah (tapi bukan tingkat responsif pasangan secara langsung) juga dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk seperti yang diukur oleh pelacak aktivitas.
Hasil ini tidak mengherankan, dikatakan peneliti tersebut, karena diketahui bahwa tidur restoratif memerlukan keamanan, rasa aman, dan terlindungi. Dan bagi manusia, sumber terkuat dari perasaan ini adalah mitra sosial kita -seperti orang penting lainnya yang kita tidur di samping setiap malam.
"Memiliki mitra responsif untuk melindungi dan menghibur kita jika terjadi kesalahan adalah cara paling efektif bagi kita manusia untuk mengurangi kecemasan, ketegangan, dan gairah," penulis utama penelitian tersebut Emre Selçuk, PhD, seorang psikolog perkembangan dan sosial di Middle East Technical University di Turki melalui rilis media.
Sifat responsif memang tampaknya merupakan sifat yang diinginkan pada calon pasangan. Selçuk dan rekan-rekannya sebelumnya telah menghubungkan sifat responsif pasangan dengan aspek kesehatan fisik dan psikologis lainnya - dan studi baru-baru ini menemukan bahwa tingkat responsif pasangan bahkan mempengaruhi kehidupan seks mereka.
"Orang menginginkan banyak kualitas dari pasangan (daya tarik, kesehatan, status sosial dan sumber daya material, dll.)," kata Selçuk kepada Real Simple.
"Tapi ketika menyangkut efek hubungan pada fungsi kita sehari-hari, nampaknya kualitas utamanya adalah apakah pasangan Anda orang yang peduli dan pengertian,” pungkasnya.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri